Perekonomian HASIL DAN PEMBAHASAN

123 sektor bangunan; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa. Struktur pembentukan perekonomian Kabupaten Bangka memiliki perbedaan dengan perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara umum. Perekonomian Kabupaten Bangka dalam beberapa tahun ke depan masih akan didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor pertambangan dan penggalian; pertanian; serta perdagangan, hotel, dan restoran. Kontribusi ketiga sektor ini sangat dominan dalam pembentukan PDRB Pendapatan Domestik Regional Bruto Kabupaten Bangka. Distribusi persentase PDRB ADHB Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2008, seperti yang tersaji pada tabel berikut dapat memperkuat fakta kondisi perekonomian tersebut. Tabel 29. Kontribusi Tiga Sektor Utama dalam Pembentukan PDRB Kabupaten Bangka tahun 2008 No Lapangan Usaha Kontribusi PDRB Real Growth 1. Pertambangan dan penggalian 23,86 0,34 2. Pertanian 23,80 4,27 3. Perdagangan, hotel, dan restoran 19,98 7,15 Sumber: Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka 2010 Produk utama dari pertambangan dan penggalian diantaranya pertambangan timah, penggalian pasir kuarsa, penggalian tanah kaolin, dan pasir bangunan lainnya. Tingginya kontribusi sektor ini disebabkan oleh kondisi geologis Kabupaten Bangka yang sangat kaya dengan kandungan mineral bumi. Pengusahaan tambang timah TI atau tambang Inkonvensional, selain diusahakan oleh masyarakat, juga dikelola oleh perusahaan besar, yaitu PT. Timah. Meskipun memberikan kontribusi yang besar, namun pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian ini menunjukkan tren yang terus menurun. Jika pada tahun 2005 pertumbuhannya mencapai 6,37 persen, maka pada tahun 2008, pertumbuhannya hanya mencapai 0,34 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor ini tidak dapat terus-menerus dijadikan andalan perekonomian Kabupaten Bangka. Penyebabnya antara lain tingkat produksi yang terus berkurang dan harga output 124 yang fluktuatif. Selain itu, penambangan timah dapat menyebabkan degradasi lahan dan landscape yang tinggi. Sektor pertanian yang didominasi oleh subsektor perkebunan merupakan prime mover dalam perekonomian Kabupaten Bangka. Disebut prime mover karena sektor ini mampu memberikan kontribusi besar dalam perekonomian, baik ditinjau dari aspek harga berlaku, harga konstan, dengan adanya komoditi timah, maupun tanpa adanya timah; memiliki derajat kepekaan dan derajat penyebaran yang tinggi; dan merupakan sektor utama yang banyak memberikan pengaruh positif terhadap sektor lain. Tiga keunggulan utama sektor pertanian yang menjadikannya selalu memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian daerah adalah input produksinya yang sebagian besar domestic resource base, memiliki tingkat backward dan forward linkage yang tinggi dengan sektor-sektor lainnya, serta outputnya yang export oriented. Selain itu, sektor pertanian juga menjadi sektor yang paling tahan terhadap krisis ekonomi dan moneter. Bahkan, hingga saat ini, sebagian besar komoditi dan devisa ekspor Kabupaten Bangka berasal dari sektor pertanian. Sektor pertanian di Kabupaten Bangka terdiri atas lima subsektor pembentuk, yaitu subsektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan, serta perikanan. Kontribusi masing- masing subsektor terhadap sektor pertanian dalam PDRB ADHB tahun 2008, dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Kontribusi Subsektor Terhadap Sektor Pertanian dalam PDRB ADHB Kabupaten Bangka Tahun 2008 No Subsektor Kontribusi PDRB Sektor Pertanian Jumlah Juta Rupiah 1. Tanaman bahan makanan 5,88 228.148 2. Tanaman perkebunan 10,58 410.161 3. Peternakan dan hasil-hasilnya 0,65 25.274 4. Kehutanan 0,64 24.730 5. Perikanan 6,05 234.708 Keterangan: Angka Sangat Sementara Sumber: Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka 2010 125 Tabel 30 menunjukkan bahwa subsektor yang berkontribusi paling besar terhadap pembentukan PDRB ADHB sektor pertanian Kabupaten Bangka pada tahun 2008 adalah subsektor tanaman perkebunan. Terdapat beberapa tanaman yang menjadi tanaman unggulan dalam membentuk PDRB subsektor tanaman perkebunan. Salah satunya adalah tanaman lada, selain karet, kelapa, dan kelapa sawit, yang merupakan tanaman-tanaman produksi dengan jumlah produksi yang paling besar di Kabupaten Bangka, khususnya pada tahun 2008 Tabel 28. Produksi tanaman lada di Kabupaten Bangka pada tahun 2008 adalah 1.659,22 ton. Berdasarkan data harga rata-rata lada putih tahun 2008 dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu sebesar Rp 41.467 per kg, maka nilai produksi lada di Kabupaten Bangka adalah sebesar Rp 68.802.875.740. Tanaman karet rakyat Kabupaten Bangka, pada tahun 2008 memiliki produksi sebesar 14.643,77 ton. Jika diasumsikan harga karet rata-rata pada tahun 2008 adalah sekitar Rp 10.342 per kg Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2009, maka nilai dari produksi karet rakyat di Kabupaten Bangka pada tahun 2008 adalah Rp 151.445.869.300. Produksi kelapa sawit di Kabupaten Bangka dihasilkan oleh perkebunan rakyat dan swasta. Produksi perkebunan kelapa sawit rakyat pada tahun 2008 adalah 19.191,51 ton. Jika diasumsikan produksi tanaman kelapa sawit perkebunan rakyat di Kabupaten Bangka seluruhnya adalah TM X, maka harga rata-rata tahun 2008 untuk tandan buah segar TM X rakyat adalah sekitar Rp 1.408 per kg Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009. Berdasarkan asumsi tersebut didapat nilai produksi sawit perkebunan rakyat di Kabupaten Bangka, yaitu mencapai Rp 27.021.646.080. Nilai produksi dari tanaman lada, karet, dan kelapa sawit tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 31. 126 Tabel 31. Nilai Produksi Tanaman Lada, Karet, dan Kelapa Sawit di Kabupaten Bangka Tahun 2008 No Tanaman Produksi Ton Asumsi Harga RpKg Nilai Produksi Rp 1. Lada 1.659,22 41.467 68.802.875.740 2. Karet 14.643,77 10.342 151.445.869.300 3. Kelapa Sawit 19.191,51 1.408 27.021.646.080 Total 247.270.391.120 Keterangan: Produksi tandan buah segar diasumsikan TM X Sumber: Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Bangka 2010 dan Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2008 Berdasarkan estimasi perhitungan nilai produksi yang telah dilakukan untuk tanaman lada, karet, dan kelapa sawit, jika dibandingkan antara nilai produksi tersebut terhadap besarnya PDRB ADHB subsektor tanaman perkebunan Kabupaten Bangka, maka persentase nilai produksi perkebunan lada, karet, dan kelapa sawit rakyat Kabupaten Bangka masing-masing sekitar 16,77 persen, 36,92 persen, dan 6,59 persen dari PDRB ADHB subsektor tanaman perkebunan. Persentase total nilai produksi ketiga tanaman tersebut dibandingkan dengan PDRB ADHB subsektor tanaman perkebunan Kabupaten Bangka adalah sekitar 60,29 persen. Sisanya, sekitar 39,71 persen dapat berupa kontribusi tanaman perkebunan lain, seperti kelapa, cokelat, aren, cengkeh, kemiri, pinang, atau tanaman perkebunan kelapa sawit yang diusahakan perusahaan swasta. Hal ini memberi gambaran bahwa, tanaman lada, karet, dan kelapa sawit signifikan peranannya dalam pembentukan PDRB Kabupaten Bangka, khususnya PDRB ADHB subsektor perkebunan tahun 2008. Penyebab lain yang menjadikan sektor pertanian sebagai prime mover adalah laju pertumbuhanya yang juga terus meningkat dari 4,13 persen di tahun 2006, menjadi 4,27 persen di tahun 2008. Meskipun mengalami peningkatan, jika diamati secara mendetail, peningkatan pertumbuhan tersebut tidak beranjak dari level empat persen. Relatif lambannya pertumbuhan ini disamping disebabkan karena lambatnya perkembangan teknologi produksi, juga disebabkan oleh terus menurunnya tingkat harga jual beberapa komoditi utama, seperti lada, karet, dan kelapa sawit, serta pada saat yang bersamaan, tingkat harga input produksi utama, seperti pupuk dan sarana produksi lainnya cenderung terus meningkat. 127 Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan representasi dari sektor pariwisata. Selama beberapa tahun terakhir, sektor perdagangan, hotel, dan restoran selalu memberikan kontribusi dominan terhadap perekonomian. Tingginya kontribusi tersebut disebabkan karena secara tradisional, Kabupaten Bangka merupakan daerah dengan transaksi jasa yang tinggi dan didukung sektor pariwisata yang banyak menjadi tujuan utama wisatawan, dengan disertai berbagai potensi, baik kondisi alam, maupun sosial budaya masyarakat yang mendukung, serta letak strategis antar pulau sebagai tempat untuk pertemuan- pertemuan penting, olahraga, dan istirahat. Akibat tradisi pariwisata tersebut adalah cepat tumbuhnya subsektor perdagangan dan restoran, serta tingginya tingkat hunian hotel-hotel dan penginapan yang ada. Faktor lain yang menyebabkan tingginya kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran, adalah karena sektor ini merupakan salah satu sektor yang digerakkan oleh sektor pertambangan dan pertanian. Fluktuasi yang terjadi di sektor pertambangan dan pertanian akan diikuti juga oleh fluktuasi di sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Kondisi ini terlihat jelas dari sisi pertumbuhan ekonomi sektoral. Dalam tiga tahun terakhir, sektor ini mengalami pertumbuhan yang terus meningkat, dari 6,18 persen di tahun 2006, 6,23 persen di tahun 2007, dan 7,15 persen di tahun 2008. Berdasarkan gambaran di atas dapat diprediksi bahwa dalam beberapa tahun ke depan, saat deposit timah sudah habis terkuras, maka sektor-sektor dalam pembentukan PDRB Kabupaten Bangka akan mengalami pergeseran. Potret kondisi perekonomian tanpa timah ini sekaligus memberikan gambaran bagaimana prospek perekonomian di masa depan. Sektor pertanian serta perdagangan, hotel, dan restoran tetap akan mendominasi. Sedangkan sektor pertambangan diperkirakan tidak lagi menjadi bagian sektor yang dapat dikembangkan. Sebagai gantinya, pengembangan perekonomian juga harus diarahkan kepada sektor bangunan, sektor jasa-jasa dan keuangan, serta sektor persewaan dan jasa perusahaan. VI PEMBAHASAN

6.1. Karakteristik Responden

6.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh karakteristik responden menurut umur seperti pada Tabel 32. Tabel 32. Karakteristik Responden Menurut Umur No Kelompok Umur Tahun Jumlah Orang Persentase 1. 30-34 1 3,33 2. 35-39 6 20 3. 40-44 9 30 4. 45-49 3 10 5. 50-54 4 13,33 6. 55-59 5 16,67 7. 60-64 2 6,67 Total 30 100 Keterangan: Klasifikasi kelompok umur berdasarkan format Badan Pusat Statistik Tabel 32 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok umur 40-44 tahun. Jika diasumsikan bahwa batas umur produktif manusia adalah 55 tahun, maka 76,66 persen reponden 23 orang dikatakan masih produktif. Artinya sebagian besar responden petani lada masih sanggup untuk melakukan kegiatannya dengan optimal, khususnya dalam mengusahakan lada.

6.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Status

Berdasarkan hasil pengolahan data lapangan, diperoleh karakteristik responden seperti yang tertera pada Tabel 33. Tabel 33. Karakteristik Responden Menurut Status No Status Jumlah Orang Persentase 1. Menikah Telah berkeluarga 28 93,33 2. Belum Menikah Belum berkeluarga 2 6,67 Total 30 100 129 Sebagian besar responden petani lada, yaitu berjumlah 28 orang atau 93,33 persen, menyatakan diri telah menikah atau berkeluarga. Hanya dua orang atau 6,67 persen saja yang menyatakan diri belum menikah atau belum berkeluarga. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tanggungjawab untuk menghidupi keluarganya, selain dirinya sendiri.

6.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Responden memiliki karakteristik pendidikan yang berbeda-beda. Karakteristik tersebut dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34. Karakteristik Responden Menurut Pendidikan No Pendidikan Jumlah Orang Persentase 1. SD Setingkat 11 36,67 2. SMP Setingkat 9 30 3. SMA Setingkat 9 30 4. Diploma 1 3,33 Total 30 100 Tabel 34 menunjukkan bahwa jenjang pendidikan terakhir yang pernah dienyam petani adalah mulai dari SD hingga Diploma. Tingkat pendidikan terakhir yang paling banyak dienyam oleh petani adalah SD setingkat, yaitu 11 orang atau 36,67 persen. Jika dilihat dari program wajib belajar sembilan tahun, maka 60 persen dari responden atau 18 orang telah menyelesaikan program tersebut.

6.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Mengusahakan

Lada Pengalaman mengusahakan lada ditentukan berdasarkan waktu yang telah dihabiskan oleh petani untuk mengenal dan mengusahakan lada. Semakin lama waktu yang dihabiskan petani, maka mereka akan semakin mengenal dan berpengalaman dalam mengusahakan lada, khususnya pengalaman teknis mereka di lapangan. Hasil pengolahan data mengenai karakteristik responden yang dikelompokkan berdasarkan pengalamannya dalam mengusahakan lada dapat dilihat pada Tabel 35. 130 Tabel 35. Karakteristik Responden Menurut Pengalaman Mengusahakan Lada