Urgensi Lembaga Amil Zakat

Bicara visi dan tanpa mencari laba, berarti ada yang diperjuangkan. Apa itu? Itulah nilai-nilai dan moralitas yang diusung lembaga nirlaba. Inilah segi yang paling mendasar yang membedakan lembaga nirlaba dengan perusahaan. Produk lembaga nirlaba adalah nilai dan moral. Sedang produk perusahaan adalah barang dan jasa. Dalam memperjuangkan nilai dan moralitas, lembaga nirlaba tetap membutuhkan dana. Dana yang diperoleh hanya untuk operasional, bukan mencari uang untuk meraup laba sebesar-besarnya. Sumber dana berasal dari donasi masyarakat. Sifat dana tentu tidak mengikat dan bukan pinjaman, baik berasal dari zakat, infaq, shadaqah, wakaf dan hibah. Lembaga nirlaba dapat saja membuat usaha yang hasil usahanya bisa digunakan untuk menunjang operasional dan membiayai berbagai kegiatannya. Contoh organisasi yang termasuk lembaga nirlaba adalah lembaga zakat baik BAZ, LAZ, dan BAZNAS, panti-panti asuhan yatim dan jompo. 37 Lembaga amil zakat sebagai organisasi nirlaba yang berada di tengah- tengah donatur sangat penting untuk dijaga kepercayaan dan amanah mereka karena dana yang diperoleh dari para donatur didistribusikan untuk kegiatan sosial dan dana tersebut untuk keberlangsungan program-program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Lembaga zakat sangat erat hubungannya dengan pemberian kepercayaan, kesetiaan loyalitas, kepada donatur untuk keberlangsungan pembiayaan berbagai program-program sosial.

4. Hikmah Adanya Lembaga Amil Zakat

37 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Waqaf, Jakarta: UI Press, 1988, h .65. Islam mewakilkan penugasan penarikan zakat oleh amil zakat kepada muzakki dan membagikannya kepada mustahik mempunyai beberapa hikmah yaitu: a. Adanya jaminan bagi fakir miskin dan haknya tidak diabaikan begitu saja. Membayar zakat tidaklah secara sukarela, namun merupakan kewajiban, dan lembaga amil zakat berperan dalam melaksanakan tugas tersebut sehingga mempunyai posisi tawar yang tinggi yang tidak dapat dilakukan oleh fakir miskin secara langsung. b. Si fakir meminta kepada pemerintah, bukan kepada pribadi orang kaya, untuk memelihara kehormatan dan air muka dari perasaan belas kasihan oleh sebab meminta. Serta memlihara perasaan dan tidak melukai hatinya dari gunjingan dan kata-kata yang menyakitkan. c. Tidak memberikan urusan zakat pada pribadi-pribadi berarti menjadikan urusan pembagian zakat sama besarnya. Hal ini dapat lebih memeratakan dan memenuhi keadilan dalam pembagian. d. Zakat bukan diberikan kepada pribadi fakir, miskin dan ibnu sabil saja, akan tetapi ada di antara sasarannya yang berhubungan dengan kemaslahatan kaum muslimin bersama yang tidak bisa dilakukan oleh perorangan, akan tetapi oleh penguasa dan lembaga musyawaraj jama‟ah kau muslimin seperti memberi zakat pada golongan muallaf mempersiapkan perlengakapan dan orang-orang untuk jihad fi sabilillah serta mempersiapkan para da‟i untuk menyampaikan risalah islam.