93
Peneliti memilih siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Ampelgading sebagai sumber data dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa rata-rata
kemampuan menulis siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Ampelgading masih cukup rendah. Sebagian besar siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Ampelgading masih
rendah minat dan kemampuannya dalam menulis buku harian dengan bahasa yang baik, kurang ekspresif, dan terlalu singkat. Hal ini dapat diketahui dari hasil rata-
rata menulis buku harian siswa yang masih kurang, yaitu hanya 70 yang mencapai KKM dalam menulis buku harian.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini yaitu 1 variabel keterampilan menulis buku harian, dan 2 variabel pembelajaran kuantum dengan teknik peta konsep dan
media foto.
3.3.1 Variabel Keterampilan Menulis Buku Harian
Keterampilan menulis buku harian adalah keterampilan siswa dalam mengungkapkan gagasan, perasaan, pengalamannya, dalam bentuk catatan harian.
Dalam pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat mencapai pembelajaran menulis buku harian atau pengalaman pribadi dengan memperhatikan cara pengungkapan
dan bahasa yang baik dan benar. Siswa diharapkan terampil menulis buku harian sesuai aspek penilaian
yaitu 1 kualitas isi; 2 kelengkapan unsur buku harian dengan bahasa yang baik dan benar; 3 ejaan dan tanda baca; 4 pilihan kata; 5 keefektifan kalimat; 6
94
kohesi dan koherensi; 7 kerapian tulisan. Selain tujuh aspek itu siswa juga dituntut untuk mampu menulis buku harian dengan bahasa yang baik dan benar;
juga mampu menulis catatan harian dengan bahasa yang ekspresif. Pada penelitian tindakan kelas VII E SMP Negeri 1 Ampelgading dapat dikatakan berhasil dalam
pembelajaran menulis buku harian apabila telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM sebesar 80 dengan rata-rata kelas minimal
mencapai 80.
3.3.2 Variabel Pembelajaran Kuantum dengan Teknik Peta Konsep dan Media Foto
Pembelajaran kuantum dengan teknik peta konsep merupakan pembelajaran yang mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif, yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang
sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Pengetahuan deklaratif di sini, siswa ditekankan
untuk dapat untuk dapat mengetahui pengetahuan tentang menulis buku harian, sedangkan pengetahuan prosedural di sini siswa diharapkan dapat mengetahui
cara menulis buku harian yang baik dan benar. Pembelajaran kuantum dengan peta konsep merupakan salah satu
pembelajaran yang menekankan pada siswa dibentuk kelompok heterogen. Pembentukkan kelompok yang heterogen tersebut akan menimbulkan banyak
perbedaan di antara para siswa terutama perbedaan pendapat. Dari perbedaan
95
pendapat tersebut, siswa belajar untuk menyatukan pendapat. Pembelajaran kuantum juga menyinambungkan potensi siswa dan lingkungan belajar siswa,
sehingga guru berusaha membuat suasana belajar lebih menyenangkan agar siswa semangat dalam proses pembelajaran. Jika lingkungan belajar tidak nyaman,
siswa akan mengantuk, melamun, dan bertambah pasif terhadap kompetensi yang disampaikan. Peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran kuantum akan
menuntut siswa aktif dalam pembelajaran. Dalam proses ini kemungkinan akan terjadi hambatan pada keaktifan siswa, apalagi jika dilihat dari karakteristik siswa
kelas VII yang masih berada di fase peralihan. Siswa akan segan untuk mengeluarkan pendapatnya dan malu untuk aktif, mereka akan cenderung pasif
dan diam. Pembelajaran kuantum menekankan keberagaman dan kebebasan bukan keseragaman dan ketertiban, untuk proses ini akan berbenturan dengan peraturan
di sekolah yang lebih banyak menekankan ketertiban terutama dalam proses pembelajaran. Siswa kelas VII yang cenderung pasif akan lebih menyukai
keseragaman dan ketertiban daripada keberagaman dan kebebasan. Dari sinilah guru harus dapat mengolaborasikan peraturan sekolah, pembelajaran kuantum,
dan karakteristik siswa. Suasana pembelajaran kuantum yang diharapkan, siswa kelas VII
khususnya kelas VII E dapat lebih aktif dalam pembelajaran, senang dengan keberagaman bukan keseragaman, lingkungan belajar siswa nyaman dan
menyenangkan, suasana lebih akrab dan komunikatif antara sesama siswa dan antara guru dan siswa, suasana belajar tidak monoton, serta pembelajaran lebih
bermakna.
96
Media foto yang digunakan dalam pembelajaran menulis buku harian merupakan foto pribadi maupun foto yang diperoleh dari media massa. Media foto
ini akan merangsang siswa untuk mencurahkan gagasannya ke dalam buku harian. Media foto yang digunakan adalah foto-foto yang dekat dengan kehidupan siswa
dan dapat memacu kreativitas mereka, misalnya, foto piknik di laut mengingat kecamatan Ampelgading tidak jauh dari Pantai Utara Jawa. Siswa akan lebih
mudah menuangkan gagasan mereka jika media visual yang disajikan dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka. Di samping itu, siswa akan lebih tertarik
dan bersemangat dalam pembelajaran.
3.4 Instrumen Penelitian