Pengenalan Kebutuhan Tahapan Proses Keputusan Pembelian Produk

Tabel 51. Hubungan Antara Pendapatan Dengan Cara Memutuskan Pembelian Produk Bakery. Pendapatan Rp Cara Memutuskan Pembelian Total Tergantung Situasi Saat Produk Habis Teren- cana Mendadak Ketika Timbul Keinginan Alasan Lain 1.000.000,00 2 5 13 20 1.000.000,00 – 2.999.999,00 8 16 27 51 3.000.000,00 – 4.999.999,00 1 9 8 1 19 = 5.000.000,00 3 2 5 10 Total 14 32 53 1 100 Sumber : Data Primer. Bandung, Mei 2006. Diolah

5.2. Tahapan Proses Keputusan Pembelian Produk

Bakery Proses keputusan pembelian yang dilakukan konsumen melalui beberapa tahapan. Tahap pertama yaitu pengenalan kebutuhan. Tahapan ini terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara keadaan yang diinginkan konsumen dengan keadaan aktual yang terjadi. Tahap kedua yaitu pencarian informasi yang terkait dengan kebutuhan konsumen. Tahap selanjutnya adalah evaluasi alternatif dan membuat pertimbangan untuk memenuhi kebutuhan. Setelah itu konsumen memasuki tahap pembelian produk yang dapat memenuhi kebutuhan. Tahap terakhir adalah evaluasi hasil pembelian. Apakah keputusan pembelian yang dilakukan telah dapat memenuhi kebutuha n konsumen.

5.2.1. Pengenalan Kebutuhan

Pengenalan kebutuhan terjadi pada saat pembeli memperoleh rangsangan internal dan eksternal. Perbedaan keadaan antara keadaaan aktual dengan keadaaan yang diinginkan menjadi pencetus timbulnya pengenalan kebutuhan. Dari pengalaman yang dimiliki, konsumen akan mengatasi dorongan tersebut dan akan dimotivasi ke arah produk yang ia ketahui dapat memuaskan kebutuhannya. Aktivasi kebutuhan di dalam tahap pengenalan kebutuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu keadaan yang berubah, pemerolehan produk, konsumsi produk, pengaruh pemasaran, dan perbedaan individu. Kebutuhan akan sering diaktifkan oleh perubahan dalam kehidupan seseorang. Keterbatasan waktu menyebabkan konsumen beralih ke pola penyediaan makanan siap saji yang praktis. Tabel 52 menunjukkan motivasi konsumen dalam pembelian produk bakery. Tabel 52. Sebaran Motivasi Responden dalam Pembelian Produk Bakery. Motivasi Jumlah Orang Praktis 71 71,00 Melihat orang lain membeli 8 8,00 Hanya mencoba 12 12,00 Alasan lain karena suka 9 9,00 Total 100 100,00 Sumber : Data Primer. Bandung, Mei 2006. Diolah Berdasarkan Tabel 52 responden menyatakan bahwa motivasi mereka mengkonsumsi produk bakery adalah karena kepraktisan 71 . Jumlah ini menunjukkan bahwa produk bakery dinilai sebagai produk makanan yang praktis dan mudah unutk disajikan. Sementara responden yang beralasan hanya mencoba produk adalah sebesar 12 persen. Alasan lain responden membeli produk bakery adalah karena mereka menyukai produk tersebut, yaitu sebesar sembilan persen. Manfaat dalam mengkonsumsi produk juga dapat menjadi pencetus adanya pengenalan kebutuhan. Berdasarkan Tabel 53 sebanyak 89 persen responden menyatakan bahwa produk bakery dijadikan sebagai makanan selingan kudapan. Sementara yang menyatakan bahwa manfaat produk sebagai simbol status sosial hanya sebesar lima persen. Tabel 53. Sebaran Manfaat Produk Bakery. Manfaat Jumlah Orang Sebagai makanan selingan kudapan 89 89,00 Simbol status sosial 5 5,00 Alasan lain 6 6,00 Total 100 100,00 Sumber : Data Primer. Bandung, Mei 2006. Diolah Konsumsi aktual produk dapat memicu pengenalan kebutuhan. Tabel 54 menunjukkan bahwa rata-rata frekuensi pembelian produk Kartika Sari Bakery yang dilakukan responden adalah tiga kali dalam sebulan 40 . Hal ini menunjukkan bahwa konsumen cukup sering mengkonsumsi produk bakery dalam satu bulan. Frekuensi konsumsi produk akan mempengaruhi frekuensi pembelian yang dilakukan konsumen terhadap produk tersebut. Sementara itu responden yang sangat sering mengkonsumsi produk Kartika Sari Bakery dengan frekuensi pembelian lebih dari atau sama dengan lima kali dalam satu bulan sebanyak 12 orang responden 12 . Tabel 54. Sebaran Frekuensi Rata-rata Pembelian Produk Kartika Sari Bakery per Bulan. Frekuensi Pembelian Jumlah Orang 1 kali 14 14,00 2 kali 23 23,00 3 kali 40 40,00 4 kali 11 11,00 = 5 kali 12 12,00 Total 100 100,00 Sumber : Data Primer. Bandung, Mei 2006. Diolah

5.2.2. Pencarian Informasi