Analisis Sikap dan Preferensi Konsumen dalam Pembelian Produk Bakery Tradisional Kartika Sari Bakery Bandung
KARTIKA SARI
BAKERY
BANDUNG
Oleh :
HERI SETYAWAN A14102083
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
(2)
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS SIKAP DAN PREFERENSI KONSUMEN DALAM PEMBELIAN PRODUK BAKERY TRADISIONAL KARTIKA SARI BAKERY BANDUNG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
BOGOR, JULI 2006
HERI SETYAWAN A14102083
(3)
HERI SETYAWAN. Analisis Sikap dan Preferensi Konsumen dalam Pembelian
Produk Bakery Tradisional Kartika Sari Bakery Bandung. Di bawah bimbingan
BAYU KRISNAMURTHI.
Salah satu sektor industri yang menjadi sorotan pada saat ini adalah sektor agroindustri pangan. Agroindustri pangan merupakan salah satu industri pengolahan hasil pertanian yang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan dan penganekaragaman pangan. Industri roti (bakery) merupakan salah satu agroindustri pangan yang menggunakan tepung terigu sebagai bahan dasar utamanya. Industri roti merupakan salah satu industri pemakai tepung terigu yang cukup besar yaitu mencapai 35 persen dari total penyerapan pasar terhadap tepung terigu.
Industri bakery di Indonesia telah menghasilkan beragam jenis produk roti. Hal ini disebabkan cukup stabilnya perkembangan industri bakery di Indonesia. Selain itu persaingan yang ketat menyebabkan produsen menghasilkan beragam produk yang semakin bervariasi. Dilihat dari sisi konsumsi, perubahan pola konsumsi masyarakat mengarah pada pola konsumsi makanan cepat saji dan praktis. Roti merupakan makanan yang menjadi pilihan masyarakat seiring dengan perubahan pola konsumsi. Roti digemari masyarakat karena memiliki cita rasa dan tekstur yang khas serta mudah dikombinasikan dengan bahan makanan yang lain.
Kartika Sari Bakery merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi berbagai jenis produk bakery baik modern maupun tradisional. Tingkat penjualan produk Kartika Sari Bakery cukup baik. Hal ini terlihat dari jumlah produk yang tidak terjual setiap hari hanya sekitar 5 persen dari keseluruhan produksi dalam satu hari. Tingkat penjualan produk Kartika Sari sebagian besar merupakan penjualan dari jenis bakery modern yang berbahan dasar tepung terigu. Sementara itu nilai penjualan produk bakery tradisional hanya sebesar 10 persen dari nilai penjualan produk bakery modern. Selain itu jumlah produk tidak terjual setiap harinya sebagian besar merupakan produk bakery tradisional.
Salah satu hal yang penting untuk dipahami oleh produsen adalah mengenai preferensi konsumen terhadap produk bakery baik modern maupun tradisional. Dengan pemahaman terhadap preferensi konsumen akan dapat diketahui mengapa konsumen lebih senang memilih dan membeli produk bakery
tertentu untuk memenuhi seleranya. Selain itu, melalui pemahaman terhadap preferensi konsumen akan diperoleh berbagai informasi yang bermanfaat untuk pengembangan strategi pemasaran atau pengembangan produk. Dengan demikian tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu menganalisis karakteristik konsumen Kartika Sari Bakery, menganalisis sikap dan preferensi konsumen terhadap atribut produk Kartika Sari Bakery, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peluang pembelian produk bakery modern dan tradisional.
Penelitian dilakukan di Kartika Sari Bakery Jalan Buah Batu dan Jalan Terusan Jakarta (Antapani) Bandung. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja.
(4)
sebanyak 100 orang. Untuk analisis data digunakan (1) Analisis Deskriptif untuk
menganalisis karakteristik responden dan proses keputusan pembelian, (2) Analisis Model Sikap Multiatribut Fishbein untuk menganalisis sikap dan
preferensi konsumen, dan (3) Model logit untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peluang pembelian produk bakery modern atau produk bakery
tradisional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden Kartika Sari Bakery
sebagian besar adalah wanita dengan usia antara 20 – 29 tahun. Sebagian besar responden sudah menikah dan berpendidikan Sarjana (S1). Sebagian besar responden bekerja sebagai pegawai negeri dan pegawai swasta serta memiliki tempat tinggal di daerah perumahan. Pendapatan responden sebagian besar berada di antara Rp 1.000.000,00 sampai Rp 2.999.999,00.
Proses keputusan pembelian yang dilakukan pada tahap pengenalan kebutuhan yaitu motivasi membeli produk bakery karena praktis dan mencari manfaat sebagai makanan selingan (kudapan) dengan frekuensi pembelian rata-rata 3 kali per bulan. Pada tahap pencarian informasi, sebagian besar responden memperoleh informasi tentang produk bakery dari tempat berbelanja. Dalam tahap evaluasi alternatif, responden mempertimbangkan lokasi toko yang dekat dengan tempat tinggal dan mempertimbangkan atribut rasa. Pada tahap keputusan pembelian, responden menyatakan membeli produk secara mendadak dan akan mencari produk ke toko lain jika produk yang dicari tidak tersedia. Responden menyatakan puas dengan hasil pembelian terhadap produk Kartika Sari Bakery.
Atribut yang dinilai paling penting dengan nilai evaluasi paling tinggi menurut konsumen adalah rasa (1,79), sementara atribut produk yang memiliki nilai evaluasi paling rendah adalah warna (0,81). Produk yang paling disukai oleh konsumen adalah produk pisang bolen dengan nilai total rata-rata sikap terhadap produk sebesar 8,714. Produk cheese roll berada di urutan kedua dengan nilai sikap total rata-rata sebesar 8,539. Selanjutnya produk brownies disukai konsumen di urutan ketiga dengan nilai total rata-rata sikap terhadap produk sebesar 8,352. Produk kelepon merupakan produk yang paling tidak disukai konsumen dengan nilai total rata-rata sikap sebesar 4,871. Sehingga pada umumnya konsumen menyukai produk-produk bakery modern dan kurang menyukai produk bakery tradisional yang berupa kue basah.
Keputusan pembelian produk bakery dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan (sumber pengaruh, bentuk pengaruh, pencetus keinginan, dan pengambil keputusan), perbedaan individu (pendapatan, frekuensi pembelian rata-rata per bulan, dan pengetahuan konsumen), dan proses psikologis (pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku). Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap peluang pembelian produk bakery tradisional adalah pendapatan rata-rata per bulan. Semakin tinggi pendapatan, peluang konsumen untuk membeli produk bakery tradisional semakin rendah. Faktor kedua adalah pekerjaan; konsumen yang tidak memiliki pekerjaan cenderung untuk membeli produk bakery tradisional. Faktor ketiga adalah umur; semakin dewasa usia konsumen maka peluang pembelian produk bakery tradisional semakin rendah. Faktor keempat adalah status perkawinan; konsumen yang sudah menikah lebih
(5)
Untuk meningkatkan penjualan produk bakery tradisional, khususnya kue basah, produsen dapat menerapkan promosi. Promosi yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan bonus satu buah produk setiap pembelian 10 buah produk
bakery tradisional. Selain itu produsen dapat melakukan promosi dengan menyebarkan brosur tentang produk-produk Kartika Sari di lokasi perkantoran. Daya tahan simpan produk kelepon dinilai kurang baik. Sehingga sebaiknya produsen melakukan produksi dalam dua kali produksi yaitu pagi dan siang hari untuk produk kue basah. Produksi pada pagi hari digunakan untuk memenuhi kebutuhan pagi dan siang hari. Sementara produksi pada siang hari dilakukan untuk memenuhi kebutuhan siang dan sore hari.
(6)
KARTIKA SARI
BAKERY
BANDUNG
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh :
HERI SETYAWAN A14102083
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
(7)
SARI BAKERY BANDUNG Nama : HERI SETYAWAN NRP : A14102083
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS. NIP. 131 846 869
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698
(8)
Penulis lahir di Pati, 13 September 1984 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Suci Raharjo dan Rr. Premi Wahyudiningsih. Penulis memasuki pendidikan dasar di SD Negeri Margahayu Raya I Bandung pada tahun 1990 dan melanjutkan di SD Negeri Margahayu Raya Blok i/II – I Bandung pada tahun 1992 dan berhasil menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 14 Bandung pada tahun 1996 sampai dengan tahun 1999, dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMU Negeri 20 Bandung pada tahun 2002.
Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada Fakultas Pertanian, Program Studi Manajemen Agribisnis melalui jalur SPMB.
Bogor, Juli 2006
(9)
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih karunia, berkat, dan anugerah yang penulis terima.
2. Bapak, Ibu, dan Adikku Noviana serta seluruh keluarga yang selalu memberikan doa, perhatian, dan dukungan baik moral maupun material bagi penulis.
3. Bapak Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS, selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, saran, kritik, bantuan, perhatian, doa, serta dorongan semangat kepada penulis.
4. Bapak Dr. Ir. Nunung Nuryantono, M.Sc, selaku dosen penguji utama. 5. Bapak Arif Karyadi, SP, selaku dosen penguji wakil departemen.
6. Bapak Amzul Rifin, SP, MA atas saran dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Irwan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Kartika Sari Bakery, serta karyawan perusahaan yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan informasi dan data-data yang diperlukan selama penelitian.
8. Mbak Dinda, Mbak Muti, dan Staf PSP3, terima kasih atas bantuan, informasi, serta dorongan semangat yang telah diberikan.
9. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Manajemen Agribisnis (Teh Ida, Mbak Dian, Mbak Dewi, Mas Supre). Terima kasih atas bantuannya.
10.Teman dan sahabatku (Wiwie, Nisa Bungsu, Winda, Lala, Hesthy, Anna, Andrie, Ibhe, J-free). Terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, serta dukungan dan bantuannya.
11.Windi Zone (Jaka, J-Free, Hana). Terima kasih atas bantuan, saran, kritik, dan dukungannya.
12.Teman-teman AGB’39 : Diki, Ivan, Salmon, Ejza, Barak, Bayu, Bagus “Bugs”, Tinton, Dewa, Dudung, Step, Bagus W, Luthfi, Abo, Ganjar, Yodhy, Harris, Yugo, Eko, Imran, Mungkas, Ricky, Maer, Putu, Lady, Ata, Rian,
(10)
13.Teman-teman Asrama Putra TPB : Hananto (MNJ’39), Ade (MTK’39), Yoga (TIN’39), Eprim (AGR’39), Hastyo (FIS’39), Willy (EKBANG’39), Yoshika (EKBANG’39).
14.Teman-teman KKP Desa Sukaluyu, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor (Wijayanti, Retno, Lusi, Jessica, Dikfa).
15.Seluruh masyarakat Desa Sukaluyu, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Khususnya keluarga Bu Mimin, Teh Ani – A’ Dedi, terima kasih banyak atas bantuan dan dukungannya.
(11)
KARTIKA SARI
BAKERY
BANDUNG
Oleh :
HERI SETYAWAN A14102083
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
(12)
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS SIKAP DAN PREFERENSI KONSUMEN DALAM PEMBELIAN PRODUK BAKERY TRADISIONAL KARTIKA SARI BAKERY BANDUNG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
BOGOR, JULI 2006
HERI SETYAWAN A14102083
(13)
HERI SETYAWAN. Analisis Sikap dan Preferensi Konsumen dalam Pembelian
Produk Bakery Tradisional Kartika Sari Bakery Bandung. Di bawah bimbingan
BAYU KRISNAMURTHI.
Salah satu sektor industri yang menjadi sorotan pada saat ini adalah sektor agroindustri pangan. Agroindustri pangan merupakan salah satu industri pengolahan hasil pertanian yang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan dan penganekaragaman pangan. Industri roti (bakery) merupakan salah satu agroindustri pangan yang menggunakan tepung terigu sebagai bahan dasar utamanya. Industri roti merupakan salah satu industri pemakai tepung terigu yang cukup besar yaitu mencapai 35 persen dari total penyerapan pasar terhadap tepung terigu.
Industri bakery di Indonesia telah menghasilkan beragam jenis produk roti. Hal ini disebabkan cukup stabilnya perkembangan industri bakery di Indonesia. Selain itu persaingan yang ketat menyebabkan produsen menghasilkan beragam produk yang semakin bervariasi. Dilihat dari sisi konsumsi, perubahan pola konsumsi masyarakat mengarah pada pola konsumsi makanan cepat saji dan praktis. Roti merupakan makanan yang menjadi pilihan masyarakat seiring dengan perubahan pola konsumsi. Roti digemari masyarakat karena memiliki cita rasa dan tekstur yang khas serta mudah dikombinasikan dengan bahan makanan yang lain.
Kartika Sari Bakery merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi berbagai jenis produk bakery baik modern maupun tradisional. Tingkat penjualan produk Kartika Sari Bakery cukup baik. Hal ini terlihat dari jumlah produk yang tidak terjual setiap hari hanya sekitar 5 persen dari keseluruhan produksi dalam satu hari. Tingkat penjualan produk Kartika Sari sebagian besar merupakan penjualan dari jenis bakery modern yang berbahan dasar tepung terigu. Sementara itu nilai penjualan produk bakery tradisional hanya sebesar 10 persen dari nilai penjualan produk bakery modern. Selain itu jumlah produk tidak terjual setiap harinya sebagian besar merupakan produk bakery tradisional.
Salah satu hal yang penting untuk dipahami oleh produsen adalah mengenai preferensi konsumen terhadap produk bakery baik modern maupun tradisional. Dengan pemahaman terhadap preferensi konsumen akan dapat diketahui mengapa konsumen lebih senang memilih dan membeli produk bakery
tertentu untuk memenuhi seleranya. Selain itu, melalui pemahaman terhadap preferensi konsumen akan diperoleh berbagai informasi yang bermanfaat untuk pengembangan strategi pemasaran atau pengembangan produk. Dengan demikian tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu menganalisis karakteristik konsumen Kartika Sari Bakery, menganalisis sikap dan preferensi konsumen terhadap atribut produk Kartika Sari Bakery, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peluang pembelian produk bakery modern dan tradisional.
Penelitian dilakukan di Kartika Sari Bakery Jalan Buah Batu dan Jalan Terusan Jakarta (Antapani) Bandung. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja.
(14)
sebanyak 100 orang. Untuk analisis data digunakan (1) Analisis Deskriptif untuk
menganalisis karakteristik responden dan proses keputusan pembelian, (2) Analisis Model Sikap Multiatribut Fishbein untuk menganalisis sikap dan
preferensi konsumen, dan (3) Model logit untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peluang pembelian produk bakery modern atau produk bakery
tradisional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden Kartika Sari Bakery
sebagian besar adalah wanita dengan usia antara 20 – 29 tahun. Sebagian besar responden sudah menikah dan berpendidikan Sarjana (S1). Sebagian besar responden bekerja sebagai pegawai negeri dan pegawai swasta serta memiliki tempat tinggal di daerah perumahan. Pendapatan responden sebagian besar berada di antara Rp 1.000.000,00 sampai Rp 2.999.999,00.
Proses keputusan pembelian yang dilakukan pada tahap pengenalan kebutuhan yaitu motivasi membeli produk bakery karena praktis dan mencari manfaat sebagai makanan selingan (kudapan) dengan frekuensi pembelian rata-rata 3 kali per bulan. Pada tahap pencarian informasi, sebagian besar responden memperoleh informasi tentang produk bakery dari tempat berbelanja. Dalam tahap evaluasi alternatif, responden mempertimbangkan lokasi toko yang dekat dengan tempat tinggal dan mempertimbangkan atribut rasa. Pada tahap keputusan pembelian, responden menyatakan membeli produk secara mendadak dan akan mencari produk ke toko lain jika produk yang dicari tidak tersedia. Responden menyatakan puas dengan hasil pembelian terhadap produk Kartika Sari Bakery.
Atribut yang dinilai paling penting dengan nilai evaluasi paling tinggi menurut konsumen adalah rasa (1,79), sementara atribut produk yang memiliki nilai evaluasi paling rendah adalah warna (0,81). Produk yang paling disukai oleh konsumen adalah produk pisang bolen dengan nilai total rata-rata sikap terhadap produk sebesar 8,714. Produk cheese roll berada di urutan kedua dengan nilai sikap total rata-rata sebesar 8,539. Selanjutnya produk brownies disukai konsumen di urutan ketiga dengan nilai total rata-rata sikap terhadap produk sebesar 8,352. Produk kelepon merupakan produk yang paling tidak disukai konsumen dengan nilai total rata-rata sikap sebesar 4,871. Sehingga pada umumnya konsumen menyukai produk-produk bakery modern dan kurang menyukai produk bakery tradisional yang berupa kue basah.
Keputusan pembelian produk bakery dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan (sumber pengaruh, bentuk pengaruh, pencetus keinginan, dan pengambil keputusan), perbedaan individu (pendapatan, frekuensi pembelian rata-rata per bulan, dan pengetahuan konsumen), dan proses psikologis (pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku). Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap peluang pembelian produk bakery tradisional adalah pendapatan rata-rata per bulan. Semakin tinggi pendapatan, peluang konsumen untuk membeli produk bakery tradisional semakin rendah. Faktor kedua adalah pekerjaan; konsumen yang tidak memiliki pekerjaan cenderung untuk membeli produk bakery tradisional. Faktor ketiga adalah umur; semakin dewasa usia konsumen maka peluang pembelian produk bakery tradisional semakin rendah. Faktor keempat adalah status perkawinan; konsumen yang sudah menikah lebih
(15)
Untuk meningkatkan penjualan produk bakery tradisional, khususnya kue basah, produsen dapat menerapkan promosi. Promosi yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan bonus satu buah produk setiap pembelian 10 buah produk
bakery tradisional. Selain itu produsen dapat melakukan promosi dengan menyebarkan brosur tentang produk-produk Kartika Sari di lokasi perkantoran. Daya tahan simpan produk kelepon dinilai kurang baik. Sehingga sebaiknya produsen melakukan produksi dalam dua kali produksi yaitu pagi dan siang hari untuk produk kue basah. Produksi pada pagi hari digunakan untuk memenuhi kebutuhan pagi dan siang hari. Sementara produksi pada siang hari dilakukan untuk memenuhi kebutuhan siang dan sore hari.
(16)
KARTIKA SARI
BAKERY
BANDUNG
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh :
HERI SETYAWAN A14102083
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
(17)
SARI BAKERY BANDUNG Nama : HERI SETYAWAN NRP : A14102083
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS. NIP. 131 846 869
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698
(18)
Penulis lahir di Pati, 13 September 1984 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Suci Raharjo dan Rr. Premi Wahyudiningsih. Penulis memasuki pendidikan dasar di SD Negeri Margahayu Raya I Bandung pada tahun 1990 dan melanjutkan di SD Negeri Margahayu Raya Blok i/II – I Bandung pada tahun 1992 dan berhasil menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 14 Bandung pada tahun 1996 sampai dengan tahun 1999, dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMU Negeri 20 Bandung pada tahun 2002.
Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada Fakultas Pertanian, Program Studi Manajemen Agribisnis melalui jalur SPMB.
Bogor, Juli 2006
(19)
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih karunia, berkat, dan anugerah yang penulis terima.
2. Bapak, Ibu, dan Adikku Noviana serta seluruh keluarga yang selalu memberikan doa, perhatian, dan dukungan baik moral maupun material bagi penulis.
3. Bapak Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS, selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, saran, kritik, bantuan, perhatian, doa, serta dorongan semangat kepada penulis.
4. Bapak Dr. Ir. Nunung Nuryantono, M.Sc, selaku dosen penguji utama. 5. Bapak Arif Karyadi, SP, selaku dosen penguji wakil departemen.
6. Bapak Amzul Rifin, SP, MA atas saran dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Irwan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Kartika Sari Bakery, serta karyawan perusahaan yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan informasi dan data-data yang diperlukan selama penelitian.
8. Mbak Dinda, Mbak Muti, dan Staf PSP3, terima kasih atas bantuan, informasi, serta dorongan semangat yang telah diberikan.
9. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Manajemen Agribisnis (Teh Ida, Mbak Dian, Mbak Dewi, Mas Supre). Terima kasih atas bantuannya.
10.Teman dan sahabatku (Wiwie, Nisa Bungsu, Winda, Lala, Hesthy, Anna, Andrie, Ibhe, J-free). Terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, serta dukungan dan bantuannya.
11.Windi Zone (Jaka, J-Free, Hana). Terima kasih atas bantuan, saran, kritik, dan dukungannya.
12.Teman-teman AGB’39 : Diki, Ivan, Salmon, Ejza, Barak, Bayu, Bagus “Bugs”, Tinton, Dewa, Dudung, Step, Bagus W, Luthfi, Abo, Ganjar, Yodhy, Harris, Yugo, Eko, Imran, Mungkas, Ricky, Maer, Putu, Lady, Ata, Rian,
(20)
13.Teman-teman Asrama Putra TPB : Hananto (MNJ’39), Ade (MTK’39), Yoga (TIN’39), Eprim (AGR’39), Hastyo (FIS’39), Willy (EKBANG’39), Yoshika (EKBANG’39).
14.Teman-teman KKP Desa Sukaluyu, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor (Wijayanti, Retno, Lusi, Jessica, Dikfa).
15.Seluruh masyarakat Desa Sukaluyu, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Khususnya keluarga Bu Mimin, Teh Ani – A’ Dedi, terima kasih banyak atas bantuan dan dukungannya.
(21)
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Sikap dan Preferensi Konsumen dalam Pembelian Produk Bakery Tradisional Kartika Sari Bakery Bandung. Skripsi ini menganalisis sikap konsumen terhadap produk bakery modern dan tradisional yang dijual oleh Kartika Sari Bakery.
Produk bakery modern yang dianalisis yaitu cheese roll dan brownies, sementara
itu produk bakery tradisional yang dianalisis adalah pisang bolen dan kelepon.
Selain itu dianalisis faktor- faktor yang mempengaruhi peluang pembelian
konsumen terhadap produk bakery tradisional.
Seperti pepatah mengatakan, tak ada gading yang tak retak. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun demikian,
penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak.
Bogor, Juli 2006
(22)
DAFTAR ISI ... vii DAFTAR TABEL ... x DAFTAR GAMBAR ... xv DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 7 1.3. Tujuan Penelitian ... 9 1.4. Kegunaan Penelitian ... 9 1.5. Keterbatasan Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 11 2.1. Produk ... 11 2.1.1. Definisi Roti ... 11 2.1.2. Standar Mutu Roti ... 11 2.1.3. Jenis Roti ... 12 2.1.4. Proses Pembuatan Roti ... 15 2.1.5. Metode Pembuatan Adonan Roti ... 19 2.2. Perilaku Konsumen ... 21 2.2.1. Proses Pengambilan Keputusan ... 22 2.2.2. Fakor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan
Konsumen ... 25 2.2.3. Sikap ... 32 2.2.4. Preferensi ... 34 2.3. Model Logit ... 35 2.4. Hasil Penelitian Terdahulu ... 37 2.5. Kerangka Pemikiran Operasional ... 42
BAB III METODE PENELITIAN ... 46 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 46 3.2. Jenis dan Sumber Data ... 46 3.3. Metode Pengambilan Sampel ... 47 3.4. Uji Validitas ... 48 3.4.1. Validitas ... 48 3.4.2. Reliabilitas ... 49 3.5. Metode Analisis Data ... 50 3.5.1. Analisis Deskriptif ... 50 3.5.2. Model Sikap Multiatribut Fishbein ... 51 3.5.3. Analisis Model Logit ... 52 3.6. Definisi Operasional ... 59
(23)
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 62 4.1. Gambaran Umum Kota Bandung ... 62 4.1.1. Kondisi Geografis ... 62 4.1.2. Penduduk ... 63 4.2. Gambaran Umum Perusahaan ... 63 4.2.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 63 4.2.2. Struktur Organisasi ... 64 4.2.3. Produk ... 66 4.2.4. Lokasi Toko ... 67
BAB V KARAKTERISIK UMUM RESPONDEN DAN
PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK BAKERY ... 69 5.1. Karakteristik Umum Responden ... 69 5.1.1. Jenis Kelamin ... 69 5.1.2. Usia ... 72 5.1.3. Status Perkawinan ... 76 5.1.4. Pendidikan Terakhir ... 78 5.1.5. Pekerjaan ... 82 5.1.6. Jenis Lokasi Tempat Tinggal ... 86 5.1.7. Pendapatan ... 89 5.2. Tahapan Proses Keputusan Pembelian Produk Bakery ... 93 5.2.1. Pengenalan Kebutuhan ... 93 5.2.2. Pencarian Informasi ... 95 5.2.3. Evaluasi Alternatif ... 97 5.2.4. Keputusan Pembelian ... 98 5.2.5. Evaluasi Hasil Pembelian ... 101
BAB VI ANALISIS SIKAP DAN PREFERENSI KONSUMEN ... 103 6.1. Analisis Atribut Produk ... 103 6.2. Komponen Evaluasi (ei) ... 103 6.3. Komponen Kepercayaan (bi) ... 105 6.3.1. Kepercayaan Produk Pisang Bolen ... 106 6.3.2. Kepercayaan Produk Cheese Roll ... 108 6.3.3. Kepercayaan Produk Kelepon ... 110 6.3.4. Kepercayaan Produk Brownies ... 112 6.4. Penilaian Sikap dan Preferensi Konsumen Terhadap Produk
Kartika Sari Bakery ... 115 6.5. Sikap Terhadap Atribut Produk ... 118 6.5.1. Rasa ... 119 6.5.2. Warna ... 119 6.5.3. Aroma ... 120 6.5.4. Penampilan ... 121 6.5.5. Kemasan ... 122 6.5.6. Daya Tahan Simpan ... 123 6.5.7. Tekstur ... 124 6.5.8. Harga ... 125
(24)
BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK BAKERY ... 126 7.1. Pengaruh Lingkungan ... 126 7.2. Perbedaan Individu ... 128 7.3. Proses Psikologis ... 129 7.4. Analisis Peluang Pembelian Produk Bakery Tradisional ... 130 7.4.1. Pengujian Model ... 131 7.4.2. Interpretasi Hasil ... 133
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 138 8.1. Kesimpulan ... 138 8.2. Saran ... 140
DAFTAR PUSTAKA ... 141 LAMPIRAN ... 144
(25)
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Pemakaian Tepung Terigu Pada Industri Bakery di Indonesia Tahun 2000 – 2003 ………... 2
2. Jumlah Industri Bakery di Indonesia Berskala Sedang dan Besar Tahun 1997 – 2003 ………... 3
3. Jumlah Industri Kue-kue Basah di Indonesia Berskala Sedang dan Besar Tahun 2000 – 2003 ……….. 4
4. Jumlah Produksi Roti Kering, Roti Manis, dan Roti Tawar di Indonesia Tahun 2000 – 2003 ………... 5
5. Jumlah Produksi Kue-kue Basah di Indonesia Tahun 2000 – 2003 ……… 5
6. Konsumsi Rata-rata Produk Bakery Per Kapita Dalam Seminggu Pada Masyarakat Perkotaan Tahun 2002 – 2003 ………... 6
7. Syarat Mutu Roti Berdasarkan SII 0031-74 ………... 12
8. Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha ……… 50
9. Sebaran Jenis Kelamin Responden ………... 70
10. Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Frekuensi Pembelian Rata-rata Per Bulan ………. 70
11. Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Motivasi Pembelian Produk Bakery ……….. 71
12. Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Manfaat Produk Bakery ……… 71
13. Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Pertimbangan Atribut Produk Bakery ……….. 71
14. Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Cara Memutuskan Pembelian Produk Bakery ………. 72
15. Sebaran Usia Responden ………. 72
16. Hubungan Antara Usia Dengan Frekuensi Pembelian Rata-rata Per Bulan 73
17. Hubungan Antara Usia Dengan Motivasi Pembelian Produk Bakery ……. 74
(26)
19. Hubungan Antara Usia Dengan Pertimbangan Atribut Produk Bakery ….. 75
20. Hubungan Antara Usia Dengan Cara Memutuskan Pembelian Produk Bakery ……….. 75
21. Sebaran Status Perkawinan Responden ………... 76
22. Hubungan Antara Status Perkawinan Dengan Frekuensi Pembelian
Rata-rata Per Bulan ……….. 76
23. Hubungan Antara Status Perkawinan Dengan Motivasi Pembelian Produk Bakery ……….. 77
24. Hubungan Antara Status Perkawinan Dengan Manfaat Produk Bakery …. 77
25. Hubungan Antara Status Perkawinan Dengan Pertimbangan Atribut Produk Bakery ………. 78
26. Hubungan Antara Status Perkawinan Dengan Cara Memutuskan Pembelian Produk Bakery ………... 78
27. Sebaran Pendidikan Terakhir Responden ………... 79
28. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Frekuensi Pembelian Rata-rata Per Bulan ………... 79
29. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Motivasi Pembelian Produk Bakery ……….. 80
30. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Manfaat Produk Bakery …………. 81
31. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Pertimbangan Atribut Produk Bakery ……….. 81
32. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Cara Memutuskan Pembelian Produk Bakery ………. 82
33. Sebaran Pekerjaan Responden ……… 82
34. Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Frekuensi Pembelian Rata-rata Per Bulan ………... 83
35. Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Motivasi Pembelian Produk Bakery 84
36. Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Manfaat Produk Bakery …………... 84
37. Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Pertimbangan Atribut Produk Bakery ……….. 85
(27)
38. Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Cara Memutuskan Pembelian Produk Bakery ………. 85
39. Sebaran Lokasi Tempat Tinggal Responden ………... 86
40. Sebaran Asal Kota Responden ……… 86
41. Hubungan Antara Jenis Lokasi Tempat Tinggal Dengan Frekuensi Pembelian Rata-rata Per Bulan ………... 87
42. Hubungan Antara Jenis Lokasi Tempat Tinggal Dengan Motivasi Pembelian Produk Bakery ………... 87
43. Hubungan Antara Jenis Lokasi Tempat Tinggal Dengan Manfaat Produk Bakery ……….. 88
44. Hubungan Antara Jenis Lokasi Tempat Tinggal Dengan Pertimbangan Atribut Produk Bakery ……… 88
45. Hubungan Antara Jenis Lokasi Tempat Tinggal Dengan Cara Memutuskan Pembelian Produk Bakery ………. 89
46. Sebaran Pendapatan per Bulan Responden ………... 89
47. Hubungan Antara Pendapatan Dengan Frekuensi Pembelian Rata-rata Per Bulan ………... 90
48. Hubungan Antara Pendapatan Dengan Motivasi Pembelian Produk Bakery ……….. 91
49. Hubungan Antara Pendapatan Dengan Manfaat Produk Bakery ………… 91
50. Hubungan Antara Pendapatan Dengan Pertimbangan Atribut Produk Bakery ……….. 92
51. Hubungan Antara Pendapatan Dengan Cara Memutuskan Pembelian Produk Bakery ………. 93
52. Sebaran Motivasi Responden dalam Pembelian Produk Bakery ………… 94
53. Sebaran Manfaat Produk Bakery ………. 95
54. Sebaran Frekuensi Rata-rata Pembelian Produk Kartika Sari Bakery …… 95
55. Sebaran Sumber Informasi Responden ………... 96
(28)
57. Sebaran Pertimbangan Atribut Produk ……… 98
58. Sebaran Lokasi Toko yang Dik unjungi Responden ……… 99
59. Sebaran Cara Pembelian Produk ………. 100
60. Sebaran Alternatif Jika Produk Tidak Tersedia ……….. 100
61. Sebaran Kepuasan Responden Terhadap Produk Kartika Sari Bakery …... 101
62. Kategori Tingkat Kepentingan Atribut Produk Bakery ………... 104
63. Nilai Kepentingan dan Kategori Tingkat Kepentingan Atribut Produk Bakery ……….. 104
64. Kategori Tingkat Kepercayaan Atribut Produk Bakery ……….. 105
65. Frekuensi Nilai Kepercayaan dan Nilai Kepercayaan Rata-rata Terhadap Produk Pisang Bolen ………... 107
66. Frekuensi Nilai Kepercayaan dan Nilai Kepercayaan Rata-rata Terhadap Produk Cheese Roll ………. 109
67. Frekuensi Nilai Kepercayaan dan Nilai Kepercayaan Rata-rata Terhadap Produk Kelepon ………... 110
68. Frekuensi Nilai Kepercayaan dan Nilai Kepercayaan Rata-rata Terhadap Produk Brownies ………. 113
69. Nilai Maksimum dan Minimum Sikap (Ao) Terhadap Atribut Produk Bakery ……….. 116
70. Kategori Tingkat Kesukaan Konsumen Berdasarkan Nilai Maksimum dan Minimum Sikap ……… 116
71. Nilai Sikap (Ao) Responden Terhadap Produk Pisang Bolen, Cheese Roll, Kelepon, dan Brownies ………... 117
72. Kategori Penilaian Sikap Terhadap Atribut Rasa ………... 119
73. Kategori Penilaian Sikap Terhadap Atribut Warna ………. 120
74. Kategori Penilaian Sikap Terhadap Atribut Aroma ……… 120 75. Kategori Penilaian Sikap Terhadap Atribut Penampilan ……… 121
76. Kategori Penilaian Sikap Terhadap Atribut Kemasan ……… 122
(29)
78. Kategori Penilaian Sikap Terhadap Atribut Tekstur ………... 124
79. Kategori Penilaian Sikap Terhadap Atribut Harga ………... 125
80. Sebaran Sumber Pengaruh dalam Keputusan Pembelian ……… 127
81. Sebaran Pengaruh dalam Keputusan Pembelian ………... 127
82. Sebaran Pencetus Keinginan dalam Proses Pembelian ………... 128
83. Sebaran Pengambil Keputusan dalam Proses Pembelian ……… 128
84. Sebaran Pengetahuan Responden Terhadap Produk Kartika Sari Bakery .. 129
85. Model Regresi Logistik Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peluang Pembelian Produk Bakery Tradisional …... 133
(30)
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Proses Pembuatan Roti Berdasarkan Metode Pembuatan Adonan ……… 19
2. Tiga Elemen Perilaku Konsumen ………... 21
3. Tahapan Proses Keputusan Pembelian ………... 23
4. Model Perilaku Konsumen ……… 26
5. Kerangka Pemikiran Operasional ………... 45
6. Struktur Organisasi Perusahaan ………. 65
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Daftar Produk Kartika Sari Bakery ……… 145
2. Output SPSS 13.0 Model Regresi Logistik ……… 147
(31)
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengembangan agroindustri kedepan perlu diarahkan pada pendalaman
struktur agroindustri yang lebih ke hilir, dengan tujuan menciptakan dan
meningkatkan nilai tambah (added value) sebesar mungkin di dalam negeri,
mendiversifikasi produk yang dapat mengakomodasi preferensi konsumen untuk
memanfaatkan segmen-segmen pasar yang berkembang, baik di dalam negeri
maupun pasar internasional (Saragih, 1998).
Salah satu sektor industri yang menjadi sorotan pada saat ini adalah sektor
agroindustri pangan. Agroindustri pangan merupakan salah satu industri
pengolahan hasil pertanian yang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan
dan penganekaragaman pangan. Industri pengolahan itu sendiri didefinisikan
sebagai suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang
dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi
atau setengah jadi, barang yang kurang nilainya menjadi lebih tinggi nilainya dan
sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir (Badan Pusat Statistik, 2002).
Industri roti (bakery) merupakan salah satu agroindustri pangan yang
menggunakan tepung terigu sebagai bahan dasar utamanya. Industri roti
merupakan salah satu industri pemakai tepung terigu yang cukup besar yaitu
mencapai 35 persen dari total penyerapan pasar terhadap tepung terigu.1 Tabel 1
(32)
menunjukkan besarnya pemakaian tepung terigu pada industri bakery di
Indonesia.
Tabel 1. Pemakaian Tepung Terigu Pada Industri Bakery di Indonesia Tahun 2000 – 2003.
Tahun
Impor Total %
Terigu Impor Volume
(kg)
Nilai (Rp. 000)
Volume (kg) Nilai (Rp. 000)
2000 20.870.831 45.813.426 168.052.313 245.730.329 12.42 2001 13.247.170 32.395.510 325.239.214 862.277.438 4.07 2002 27.237.426 57.324.246 617.709.646 1.492.516.822 4.41 2003 31.131.422 34.556.151 248.025.425 441.844.411 12.55 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2002 – 2005 diolah
Penggunaan terigu impor pada industri bakery semakin meningkat. Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 1. Penggunaan terigu impor pada industri bakery di
Indonesia pada tahun 2003 mencapai 31.131.422 kg. Meskipun pada tahun 2001
penggunaan terigu impor oleh industri bakery menurun, namun pada tahun 2002
dan 2003 penggunaan terigu impor meningkat kembali. Pada tahun 2001 dan 2002
penggunaan terigu impor hanya sekitar empat persen dari total kebutuhan industri
bakery. Namun pada tahun 2003 penggunaan terigu impor mencapai 12,55 persen
dari total penggunaan tepung terigu pada industri bakery di Indonesia. Sehingga
industri bakery di Indonesia menggunakan terigu lokal sebesar 87,45 persen.
Data Apegti (Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu) menunjukkan bahwa
kebutuhan terigu nasional berkisar antara tiga sampai empat juta ton per tahun.
Dari tingkat konsumsi tersebut, produksi domestik hanya mengalokasikan
sebanyak 70 persen dan sisanya sebesar 30 persen diimpor dari 12 negara. Total
(33)
terbesar berasal dari Australia, sementara itu China merupakan negara urutan
kedua sebagai pengekspor terigu ke Indonesia.2
Tabel 2. Jumlah Industri Bakery di Indonesia Berskala Sedang dan Besar Tahun 1997 – 2003.
Tahun Jumlah Perusahaan Perkembangan (%)
1997 331 -
1998 490 48,04
1999 489 -0,20
2000 489 0
2001 494 1,02
2002 499 1,02
2003 498 -0,20
Perkembangan Rata-rata 8,28
Sumber : Badan Pusat Statistik, 1999 – 2005 diolah
Pada Tabel 2 dapat dilihat perkembangan jumlah industri bakery berskala
sedang dan besar di Indonesia dari tahun 1997 sampai tahun 2003. Perkembangan
industri bakery pada tahun 1998 mencapai 48,04 persen. Namun pada tahun-tahun
selanjutnya, perkembangan industri bakery di Indonesia sangat kecil yaitu sekitar
satu persen. Kondisi ini dapat disebabkan karena persaingan dalam industri ini
sangat ketat. Namun meskipun demikian dalam kurun waktu tahun 1999 sampai
tahun 2003 perkembangan industri ini cukup stabil. Secara keseluruhan,
perkembangan industri bakery di Indonesia dari tahun 1998 – 2003 sebesar
8,28 persen.
Jumlah industri kue basah berskala sedang dan besar sejak tahun 2000
sampai tahun 2003 mengalami penurunan. Penurunan rata-rata sejak tahun 2000
sampai tahun 2003 sebesar 4,69 persen. Penurunan terbesar terjadi pada tahun
2 http:/www.beacukai.go.id/news/readNews.php?ID=1175&Ch=01. Diakses tanggal : 15 Maret
(34)
2002 yang mencapai 15,94 persen. Perkembangan industri kue-kue basah
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Industri Kue -kue Basah di Indonesia Berskala Sedang dan Besar Tahun 2000 – 2003.
Tahun Jumlah Perusahaan Perkembangan (%)
2000 74 -
2001 69 -6,76
2002 58 -15,94
2003 63 8,62
Perkembangan Rata-rata -4,69
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2002 – 2005 diolah
Industri bakery di Indonesia telah menghasilkan beragam jenis produk roti.
Hal ini disebabkan cukup stabilnya perkembangan industri bakery di Indonesia.
Selain itu persaingan yang ketat menyebabkan produsen menghasilkan beragam
produk yang semakin bervariasi. Berbagai jenis dan jumlah roti yang dihasilkan
oleh industri bakery di Indonesia terdapat pada Tabel 4.
Produksi roti tawar berdasarkan data pada Tabel 4 terlihat semakin
meningkat dari tahun 2000 sampai tahun 2003. Meskipun pada tahun 2002
produksi roti tawar menurun, namun pada tahun 2003 produksi roti tawar
mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu mencapai 68,47 persen
dengan tingkat produksi 25.106.495 buah. Hal ini disebabkan karena
kecenderungan pola konsumsi pangan yang mengarah ke pola cepat saji dan
praktis. Sehingga roti tawar sering disajikan pada waktu sarapan pada masyarakat
perkotaan yang memiliki keterbatasan waktu.
Sementara itu, produk roti manis pada tahun 2001 dan 2002 mengalami
peningkatan jumlah produksi. Pada tahun 2001 produksi roti manis di Indonesia
(35)
866.957.012 buah. Namun, pada tahun 2003 produksi roti manis turun sebesar
63,51 persen dengan tingkat produksi 316.351.845 buah. Penurunan ini terjadi
karena perubahan tren di kalangan konsumen. Pada tahun 2003 berdasarkan data
pada Tabel 4 konsumen cenderung memilih produk roti tawar sehingga jumlah
produksi roti manis menurun. Hal serupa juga terjadi pada produk roti kering.
Pada tahun 2002 produksi roti kering mencapai 4.362.737 buah namun pada tahun
2003 produksinya menurun menjadi 3.513.041 buah.
Tabel 4. Jumlah Produksi Roti Kering, Roti Manis, dan Roti Tawar di Indonesia Tahun 2000 – 2003.
Tahun Jumlah Produksi (Buah)
Roti Kering Roti Manis Roti Tawar
2000 7.217.527 40.644.338 2.117.657
2001 259.240 617.890.987 19.465.102
2002 4.362.737 866.957.012 14.902.328
2003 3.513.041 316.351.845 25.106.495
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2002 – 2005
Produksi kue-kue basah disajikan pada Tabel 5. Sejak tahun 2000 sampai
tahun 2003 produksi kue-kue basah di Indonesia semakin menurun. Meskipun
sempat terjadi peningkatan pada tahun 2003, namun secara rata-rata produksi
kue-kue basah dari tahun 2000 sampai tahun 2003 mengalami penurunan. Penurunan
produksi ini terjadi karena adanya perubahan preferensi konsumen terhadap
produk kue-kue basah. Konsumen saat ini beralih untuk mengkonsumsi berbagai
produk bakery modern.
Tabel 5. Jumlah Produksi Kue -kue Basah di Indonesia Tahun 2000 – 2003.
Tahun Jumlah Produksi (Buah)
2000 13.437.410
2001 9.844.544
2002 9.211.537
2003 10.346207
(36)
Dilihat dari sisi konsumsi, perubahan pola konsumsi masyarakat mengarah
pada pola konsumsi makanan yang cepat saji dan praktis. Roti merupakan
makanan yang menjadi pilihan masyarakat seiring dengan perubahan pola
konsumsi (Mudjajanto dan Yulianti, 2005). Roti digemari masyarakat karena
memiliki cita rasa dan tekstur yang khas serta mudah dikombinasikan dengan
bahan makanan yang lain.
Konsumsi roti tawar rata-rata per kapita dalam seminggu pada masyarakat
perkotaan tahun 2002 sebesar 0,071 boks kecil dan pada tahun 2003 konsumsi roti
tawar sebesar 0,060 boks kecil. Sementara itu untuk produk roti manis, konsumsi
rata-rata per kapita dalam seminggu pada masyarakat perkotaan tahun 2002
sebesar 0,348 potong dan pada tahun 2003 mengalami peningkatan menjadi 0,428
potong. Hal serupa juga terjadi pada produk kue basah. Pada tahun 2002 konsumsi
rata-rata per kapita dalam seminggu pada masyarakat perkotaan sebesar 1,060
buah dan pada tahun 2003 meningkat menjadi 1,157 buah. Peningkatan konsumsi
tersebut terjadi karena produk-produk bakery dijadikan sebagai pilihan makanan
kudapan yang praktis namun tetap mengandung nilai gizi yang tinggi. Konsumsi
beberapa produk bakery dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Konsumsi Rata-rata Produk Bakery Per Kapita Dalam Seminggu Pada Masyarakat Perkotaan Tahun 2002 – 2003.
Jenis Produk Satuan Tahun
2002 2003
Roti tawar Boks kecil 0,071 0,060
Roti manis Potong 0,348 0,428
Kue Basah Buah 1,157 1,060
Kue kering/biskuit Ons 0,125 0,103
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2003
Produk bakery memiliki potensi pasar yang baik untuk dikembangkan. Hal
(37)
yang cenderung meningkat (Badan Pusat Statistik, 2003). Selain itu potensi pasar
yang baik untuk berbagai produk bakery didukung oleh perubahan gaya hidup
dalam pola konsumsi pangan yang mengarah pada pola konsumsi yang praktis,
cepat saji, namun bergizi tinggi. Potensi pasar yang baik ini dapat menjadi daya
tarik bagi perusahaan baik lokal maupun asing untuk masuk dan bersaing dalam
industri bakery.
1.2. Perumusan Masalah
Tingkat konsumsi masyarakat Indonesia diperkirakan meningkat sebesar
enam persen setiap tahunnya (CIC dalam Dalimunthe, 2003). Kondisi ini
memberikan peluang yang baik bagi pasar produk bakery. Namun dengan
semakin bertambahnya perusahaan yang memproduksi dan menjual berbagai
macam produk bakery menyebabkan meningkatnya persaingan dalam merebut
pangsa pasar.
Kartika Sari Bakery merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi
berbagai jenis produk bakery baik modern maupun tradisional. Menurut pihak
manajemen, Kartika Sari Bakery menjual sekitar 200 macam produk bakery yang
terdiri dari produk bakery modern maupun tradisional. Tingkat penjualan produk
Kartika Sari Bakery cukup baik. Hal ini terlihat dari jumlah produk yang tidak
terjual setiap hari hanya sekitar lima persen dari keseluruhan produksi dalam satu
hari.
Tingkat penjualan produk Kartika Sari sebagian besar merupakan
penjualan dari jenis bakery modern yang berbahan dasar tepung terigu. Sementara
(38)
hanya sebesar 10 persen dari nilai penjualan produk bakery modern. Selain itu
jumlah produk tidak terjual setiap harinya sebagian besar merupakan produk
bakery tradisional terutama produk kue basah. Menurut pihak manajemen,
penjualan produk bakery modern lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan
penjualan produk bakery tradisional. Konsumen, terutama yang berasal dari luar
kota lebih sering melakukan pembelian produk bakery modern.
Permasalahan yang dihadapi oleh Kartika Sari Bakery tersebut merupakan
hambatan dalam pengembangan produk bakery tradisional. Tingkat penjualan
produk bakery tradisional yang rendah menimbulkan pertanyaan bagi produsen,
apakah ada suatu faktor yang berhubungan langsung dengan produk yang
menyebabkan produk belum dapat diterima oleh konsumen.
Salah satu hal yang penting untuk dipahami oleh produsen adalah
mengenai preferensi konsumen terhadap produk bakery baik modern maupun
tradisional. Dengan pemahaman terhadap preferensi konsumen akan dapat
diketahui mengapa konsumen lebih senang memilih dan membeli produk bakery
tertentu untuk memenuhi seleranya. Selain itu, melalui pemahaman terhadap
preferensi konsumen akan diperoleh berbagai informasi yang bermanfaat untuk
pengembangan strategi pemasaran atau pengembangan produk.
Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimanakah karakteristik konsumen Kartika Sari Bakery?
2. Bagaimana sikap dan preferensi konsumen terhadap atribut produk Kartika
(39)
3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi peluang pembelian produk bakery
tradisio nal?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Menganalisis karakteristik konsumen Kartika Sari Bakery.
2. Menganalisis sikap dan preferensi konsumen terhadap atribut produk Kartika
Sari Bakery.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peluang pembelian produk
bakery tradisional.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat :
1. Memberikan informasi mengenai karakteristik konsumen kepada para peneliti
dan pemasar produk bakery dalam perencanaan pemasaran.
2. Memberikan masukan kepada pihak produsen dan pemasar untuk
mengembangkan produknya dalam rangka mempertahankan dan
meningkatkan kualitas produk bakery.
3. Memberikan masukan dan perbandingan mengenai preferensi konsumen
untuk suatu penelitian lanjutan.
4. Bermanfaat bagi penulis sebagai bahan pembelajaran dalam memahami
(40)
1.5. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu tidak semua produk bakery
dianalisis. Dala m penelitian ini akan dipilih masing- masing dua produk bakery
(41)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Produk 2.1.1. Definisi Roti
Roti adalah produk makanan yang terbuat dari fermentasi tepung terigu
dengan ragi atau bahan pengembang lainnya, kemudian dipanggang (Mudjajanto
dan Yulianti, 2005). Sementara menurut Standar Industri Indonesia (SII) 001-74,
roti didefinisikan sebagai makanan yang dibuat dari tepung terigu yang diragikan
dengan ragi roti dan dipanggang. Menurut CIC dalam Pustakawati, di dalam
proses pembuatan roti dapat ditambahkan garam, gula, susu, lemak, dan bahan
pelezat seperti coklat, kismis, sukade dan sebagainya dengan kadar air biasanya
tidak lebih dari 40 persen.
Roti banyak dikonsumsi di berbagai negara seperti Cina, India, Pakistan,
Mesir, dan negara-negara Eropa. Jenis, ukuran, bentuk, dan susunan roti berbeda
di setiap negara yang disebabkan oleh kebiasaan makan di masing- masing negara.
Bahkan di beberapa negara roti dijadikan makanan pokok oleh masyarakatnya.
2.1.2. Standar Mutu Roti
Roti yang diperdagangkan harus memiliki standar mutu. Standar yang
dibuat tersebut bertujuan untuk melindungi kepentingan konsumen dari segi
keamanan dalam konsumsi, kesehatan, dan keselamatan.3 Syarat mutu roti untuk
jenis roti tawar dan roti manis menurut Standar Industri Indonesia (SII) 0031-74
(42)
terdapat pada Tabel 7. Informasi pada Tabel 7 jelas menunjukkan bahwa di dalam
produk roti harus terbebas dari logam berbahaya, serangga atau belatung, serta
tidak menggunakan bahan pengawet.
Tabel 7. Syarat Mutu Roti Berdasarkan SII 0031-74
Sumber : Depperindag, 1999
2.1.3. Jenis Roti
Roti memiliki beragam jenis serta bentuk. Menurut Mudjajanto dan
Yulianti (2005), roti dapat digolongkan berdasarkan rasa, warna, nama daerah
atau negara asal, nama bahan penyusun, dan cara pengembangan.
a. Roti berdasarkan rasa
Roti dapat dibedakan menjadi roti manis dan roti tawar. Roti manis adalah
roti yang mempunyai cita rasa manis yang menonjol, bertekstur empuk, dan
memiliki beragam isi. Selain rasa, daya tarik roti istimewa tersebut terletak pada
bentuk yang menarik. Roti manis pada umumnya disantap sebagai kudapan,
hidangan sarapan yang istimewa pada hari raya tertentu, atau disajikan sebagai
makanan penutup. Roti tawar adalah roti yang dibuat dari adonan dengan sedikit
gula atau tidak sama sekali. Penggunaan gula pada roti tawar hanya digunakan
dalam percepatan proses fermentasi.
No. Parameter Roti Tawar Roti Manis
1. Kadar air Maksimal 40% Maksimal 40%
2. Kadar abu Maksimal 1% -
3. Kadar garam (NaCl) Maksimal 2.5% Maksimal 2.5% 4. Kadar silikat Maksimal 0.1% Maksimal 0.1% 5. Kadar logam berbahaya Negatif Negatif
6. Serangga/belatung Negatif Negatif
7. Bau dan rasa Normal Normal
(43)
b. Roti berdasarkan warna
Roti berdasarkan warna dibedakan menjadi roti putih dan roti cokelat.
Semua roti putih umumnya terbuat dari tepung terigu, mempunyai isi atau remah
(crumb) berwarna putih cerah dan kulit (crust) berwarna cokelat muda. Sementara
roti cokelat pada dasarnya dibuat dari tepung gandum hitam sedang dan gelap.
Jenis roti cokelat lebih kaya gizi dan rasa dibandingkan jenis roti putih.
c. Roti berdasarkan asal daerah atau negara
Penggolongan roti berdasarkan daerah atau negara diantaranya yaitu roti
perancis, roti italia, roti wina, dan roti belanda. Roti perancis terbuat dari formula
yang tidak mengandung lemak dari adonan asam, berbentuk panjang seperti
tongkat, berkerak tebal, keras, bersifat asam, berlubang besar sehingga remahnya
kurang. Roti italia terbuat dari adonan dengan formula yang tidak mengandung
lemak sama sekali, berbentuk panjang dan runcing, dapat dipatahkan dengan
mudah, keraknya tebal dan keras, serta remahnya kering.
Roti wina adalah roti yang butirannya lebih terbuka dan berlubang-lubang,
remahnya kering, dan susunannya kasar. Sementara roti belanda biasanya berupa
roti sup (dinner roll) dengan bentuk permukaan mengerak dan garing, tetapi
bagian dalamnya sangat lembut.
d. Roti berdasarkan bahan penyusun
Penggolongan roti berdasarkan bahan penyusunnya dibedakan menjadi roti
kismis, rye bread, egg twist, gandum pecah, dan lain- lain. Roti kismis merupakan
jenis roti manis yang diisi dengan kismis sehingga dapat dimakan utuh tanpa
pengoles atau bahan tambahan lain. Rye bread terbuat dari tepung gandum hitam,
(44)
dua bentuk yaitu roti berputar melingkar atau lurus seperti roti biasa. Sementara
roti gandum pecah adalah roti yang beraroma kacang-kacangan yang terbuat dari
gandum yang direndam selama beberapa jam sebelum digunakan.
e. Roti berdasarkan cara pengembangan adonan
Penggolongan roti berdasarkan cara pengembangan adonannya yaitu roti
tanpa pengasaman (unleavened bread), roti dengan pengasaman ragi atau
mikroorganisme, roti cepat, dan roti dengan pengasaman udara atau uap. Roti
tanpa pengasaman merupakan roti yang terbuat dari adonan tanpa menggunakan
bahan pengembang serta tidak terjadi fermentasi. Sementara roti yang
dikembangkan dengan ragi pada umumnya seragam, rasa dan aroma yang khas,
serta tekstur yang lembut. Roti cepat adalah roti yang dibuat dalam waktu singkat
dengan cara meniadakan proses fermentasi dan menambahkan bahan pengembang
kimia seperti baking soda.
Menurut Delfani dalamMaurisal (2005), roti dibedakan menjadi lima jenis
yaitu bakery, roti tawar, cake, pastry, dan donut.
a. Bakery, merupakan jenis roti manis yang berbahan dasar tepung terigu,
mentega, telur, susu dan ragi yang di dalamnya diisi dengan keju, coklat,
pisang, selai, srikaya, kelapa, fla, daging ayam, sosis atau yang lainnya.
Bentuknya bisa bulat, keong, bajul (buaya), gelung dan lonjong.
b. Roti tawar, merupakan jenis roti yang berbahan dasar tepung terigu, susu,
telur, mentega, dan air tanpa menggunakan isi. Bentuknya bisa kotak,
panjang, dan tabung.
c. Cake, merupakan jenis roti yang berasa (manis) dengan tambahan rasa rum,
(45)
tanpa menggunakan isi. Jenis roti ini dibagi menjadi spiku, roll tart (cokelat,
pandan, jeruk, dan mocca), cake zebra, cake fruit, brownies, muffin, tart, black
forrest, cake siram cokelat dan caramel (sarang semut).
d. Pastry, merupakan jenis roti kering yang bisa berupa sus, grem, cum-cum,
croissant. Pastry juga dapat menggunakan isi seperti kacang, keju, fla, daging,
sosis, dan dapat pula tidak menggunakan isi.
e. Donut, merupakan jenis roti tawar atau manis yang digoreng dan berlubang
ditengahnya.
2.1.4. Proses Pembuatan Roti
Secara prinsip, menurut Mudjajanto dan Yulianti (2005) tahapan
pembuatan roti sama untuk pembuatan roti tawar, roti manis, dan roti cepat.
Tahapan pembuatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
a. Seleksi bahan
Pada tahap seleksi bahan harus diperhatikan beberapa hal, yaitu harga
bahan, kualitas bahan, stok yang cukup, dan tempat penyimpanan. Stok
disesuaikan dengan daya tahan bahan. Sementara tempat penyimpanan harus
dapat mempertahankan kualitas bahan sehingga tidak susut karena hilang atau
rusak.
b. Penimbangan
Semua bahan ditimbang sesuai dengan formula. Penimbangan bahan harus
dilakukan dengan benar agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan bahan.
Ragi, garam, dan bahan tambahan makanan merupakan bahan yang dibutuhkan
(46)
sehingga harus diukur dengan teliti. Dalam penimbangan, hindarkan penggunaan
sendok atau cangkir sebagai takaran.
c. Pengadukan atau pencampuran (mixing)
Mixing berfungsi mencampur secara ho mogen semua bahan, mendapatkan
hidrasi yang sempurna pada karbohidrat dan protein, membentuk dan melunakkan
gluten, serta menahan gas pada gluten (gas retention). Tujuan mixing adalah
untuk membuat dan mengembangkan daya rekat. Mixing harus berlangsung
hingga tercapai perkembangan optimal dari gluten dan penyerapan airnya.
Dengan demikian, pengadukan adonan roti harus sampai kalis. Pada kondisi
tersebut gluten baru terbentuk secara maksimal. Adapun yang dimaksud kalis
adalah pencapaian pengadukan maksimum sehingga terbentuk permukaan film
pada adonan. Tanda-tanda adonan roti telah kalis adalah jika adonan roti tidak lagi
menempel di wadah atau di tangan saat adonan dilebarkan, akan terbentuk lapisan
tipis yang elastis. Adapun tahapan mixing adalah sebagai berikut :
1) Pick up : mencampur semua adonan menjadi satu.
2) Clean up : adonan sudah tidak lengket lagi pada mangkuk adonan.
3) Development : permukaan adonan mulai terlihat licin/halus (elastis).
4) Final atau batas akhir adonan untuk pembuatan roti ditandai dengan
permukaan adonan licin, halus, dan kering.
5) Let down : adonan mulai overmix sehingga kelihatan basah, lengket, dan
lembek.
(47)
d. Peragian (fermentation)
Adonan yang telah dicampur hingga kalis dilanjutkan dengan proses
peragian, yaitu adonan dibiarkan beberapa saat pada suhu sekitar 35° C. Tahap
peragian sangat penting untuk pembentukan rasa dan volume. Pada saat
fermentasi berlangsung, selain suhu, pembuatan roti sangat dipengaruhi oleh
kelembaban udara. Suhu ruangan 35° C dan kelembaban udara 75 persen
merupakan kondisi yang ideal dalam proses fermentasi adonan roti. Semakin
panas suhu ruangan, semakin cepat proses fermentasi dalam adonan roti.
Sebaliknya, semakin dingin suhu ruangan semakin lama proses ferme ntasinya.
Selama peragian, adonan menjadi lebih besar dan ringan.
e. Pengukuran atau penimbangan adonan (dividing)
Agar roti sesuai dengan besarnya cetakan atau besarnya bentuk yang
diinginkan, adonan perlu ditimbang. Sebelum ditimbang, adonan dipotong-potong
dalam beberapa bagian. Proses penimbangan harus dilakukan dengan cepat karena
proses fermentasi tetap berjalan.
f. Pembulatan adonan (rounding)
Adonan yang telah dipotong selanjutnya dibentuk bulatan-bulatan sesuai
dengan keperluan. Tujuannya untuk membentuk lapisan film di permukaan
adonan sehingga dapat menahan gas dari hasil peragian dan memberi bentuk agar
mudah dalam pengerjaan selanjutnya.
g. Pengembangan singkat (intermediate proof)
Intermediate proof adalah tahap pengistirahatan adonan untuk beberapa
saat pada suhu 35 – 36° C dengan kelembaban 80 – 83 persen selama
(48)
dengan roll pin dan digulung. Selanjutnya adonan yang telah dicampur hingga
kalis dilanjutkan dengan proses peragian.
h. Pembentukan adonan (moulding)
Tahap pembentukan adonan dilakukan dengan cara adonan yang telah
diistirahatkan digiling menggunakan roll pin, kemudian digulung atau dibentuk
sesuai dengan jenis roti yang diinginkan. Pada saat penggilingan, gas yang ada di
dalam adonan keluar dan adonan mencapai ketebalan yang diinginkan sehingga
mudah untuk digulung atau dibentuk.
i. Peletakan adonan dalam cetakan (panning)
Adonan yang sudah digulung dimasukkan ke dalam cetakan dengan cara
bagian lipatan diletakkan di bawah agar lipatan tidak lepas yang mengakibatkan
bentuk roti tidak baik. Selanjutnya, adonan diistirahatkan dalam cetakan (pan
proof) sebelum dimasukkan ke dalam pembakaran. Proses ini dilakukan agar roti
berkembang sehingga hasil akhir roti diperoleh dengan bentuk dan mutu yang
baik.
j. Pembakaran (baking)
Roti dipanggang atau dibakar dalam oven pada suhu sekitar 205° C. Suhu
pemanggangan roti kecil sekitar 220 – 230° C selama 14 – 18 menit. Sebelum
pembakaran selesai, pintu oven dibuka sedikit sekitar 2 – 3 menit. Untuk roti
lainnya, pembakaran dengan suhu oven 220 – 230° C, lalu menurun hingga
(49)
Gambar 1. Proses Pembuatan Roti Berdasarkan Metode Pembuatan Adonan Sumber : Mudjajanto dan Yulianti, 2005
2.1.5. Metode Pembuatan Adonan Roti
Secara prinsip pembuatan adonan roti dapat dibagi ke dalam tiga metode
(Mudjajanto dan Yulianti, 2005), yaitu sebagai berikut. Metode Langsung
(Straight Dough)
Metode Tidak Langsung (Sponge Dough)
Metode Cepat (No Time Dough)
Penimbangan bahan
Fermentasi Pengadukan
Penimbangan bahan Penimbangan bahan
Pengadukan Pengadukan
Sisa bahan
Pengukuran, penimbangan, dan pembulatan adonan Pengukuran dan penimbangan
Pengembangan singkat
Pembentukan adonan Pembulatan adonan
Pengadukan kembali
Peletakan adonan dalam cetakan
Fermentasi Fermentasi
Pengistirahatan adonan dalam cetakan Pembakaran
(50)
a. Metode tidak langsung (sponge dough)
Metode tidak langsung merupakan suatu teknik pembuatan roti melalui
dua tahap, yaitu pembuatan sponge/biang dan pembuatan dough/adonan. Dalam
pembuatannya, bahan dibagi dua kemudian dicampur kembali menjadi satu. Saat
ini metode tidak langsung jarang digunakan.
Ciri-ciri metode ini adalah pengadukan dua kali, yaitu pengadukan
pertama untuk membuat biang dan pengadukan kedua untuk mencampur biang
dan bahan lainnya. Selain itu, fermentasi (peragian) dilakukan selama 3 – 6 jam
dengan suhu 26 – 28° C, resep tidak ada penambahan, serta hasilnya cukup bagus
dan berdaya tahan sekitar satu minggu.
b. Metode langsung (straight dough)
Pembuatan roti metode langsung dicirikan dengan pencampuran semua
bahan, lalu diaduk menjadi satu. Ciri lainnya adalah penggunaan gula lebih
banyak agar fermentasi berlangsung lebih cepat, penggunaan susu bubuk lebih
sedikit, waktu fermentasinya 1,5 – 3 jam, hasilnya cukup bagus, dan daya tahan
roti sekitar lima hari.
c. Metode cepat (no time dough)
Cara ini hampir sama dengan metode langsung. Perbedaannya terletak
pada komposisi bahan, terutama ragi lebih banyak karena waktu fermentasi lebih
singkat. Ciri metode ini diantaranya pengadukan satu kali dan peragian hanya
0 – 45 menit. Selain itu, pada resep metode cepat ada penambahan ragi dan bread
improver untuk mempercepat pengembangan, hasilnya cukup bagus, dan daya
(51)
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam metode cepat adalah perlu
penambahan pelunak remah roti (crumb softener) karena waktu fermentasi sangat
cepat. Jika tidak ditambah, roti yang dihasilkan berpori-pori besar. Hal lainnya
yang perlu diperhatikan yaitu pemakaian air dan ragi ditambah, pemakaian gula
dikurangi, suhu ruangan cukup tinggi sekitar 31 – 33° C, dan suhu adonan 30° C.
2.2. Perilaku Konsumen
American Marketing Association dalam Peter dan Olson (1999)
mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis antara pengaruh
afeksi dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita di mana manusia
melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.
Gambar 2. Tiga Elemen Perilaku Konsumen Sumber : Peter dan Olson (1999)
Gambar 2 menyajikan tiga elemen dari perilaku konsumen. Pertama,
afeksi dan kognisi mengacu pada dua tipe tanggapan internal psikologis yang
dimiliki konsumen terhadap rangsangan lingkungan dan kejadian yang
AFEKSI DAN KOGNISI
(52)
berlangsung. Afeksi melibatkan perasaan sementara kognisi melibatkan
pemikiran. Kedua, perilaku mengacu pada tindakan nyata konsumen yang dapat
diobservasi secara langsung. Perilaku berhubungan dengan apa yang sebenarnya
dilakukan oleh konsumen. Ketiga, lingkungan mengacu pada rangsangan fisik dan
sosial yang kompleks di dunia eksternal konsumen.
Engel, et al (1994) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan
yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan
produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli
tindakan ini. Perilaku konsumen mencerminkan tanggapan mereka terhadap
berbagai rangsangan dari produk dan dari mereka sendiri yang berupa pengaruh
lingkungan, perbedaan individu, dan proses psikologis.
2.2.1. Proses Pengambilan Keputusan
Realisasi dari keputusan konsumen terlihat dari aktivitas membeli yang
berwujud pada pilihan-pilihan konsumen terhadap jenis produk, jumlah
pembelian, pilihan tampilan fisik, pilihan tempat pembelian, dan frekuensi
pembelian. Konsumen memiliki cara-cara yang berbeda dalam membeli suatu
produk. Tahapan yang dilalui konsumen dalam keputusan pembelian adalah
pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan
hasil (Engel et al, 1994). Tahapan-tahapan tersebut disajikan pada Gambar 3.
Proses pembelian suatu produk oleh konsumen dimulai ketika suatu
kebutuhan mulai dirasakan. Menurut Engel, et al (1994) pengenalan kebutuhan
didefinisikan sebagai suatu persepsi atau perbedaan antara keadaan yang
(53)
Pengenalan kebutuhan pada hakekatnya tergantung pada berapa banyak
ketidaksesuaian antara keadaan yang dihadapi konsumen sekarang dan keadaan
yang diinginkan konsumen. Ketika ketidaksesuaian yang ada melebihi tingkat
atau ambang tertentu, kebutuhan akan dikenali. Namun, seandainya
ketidaksesuaian tersebut ada di bawah tingkat ambang, maka pengenalan
kebutuhan tidak terjadi.
Gambar 3. Tahapan Proses Keputusan Pembelian Sumber : Engel, et al, 1994
Setelah konsumen mengenali suatu kebutuhan, tahap selanjutnya adalah
pencarian informasi. Pencarian yang dilakukan oleh seseorang tergantung pada
kekuatan dorongan, jumlah informasi yang dimiliki, kemudahan informasi
tambahan, nilai yang diberikan pada informasi tambahan, dan kepuasan yang
diperoleh dari pencarian tersebut. Menurut Kotler (2002), sumber-sumber
informasi digolongkang ke dalam empat kelompok, yaitu (1) sumber pribadi
seperti keluarga, teman, tetangga, dan kenalan; (2) sumber komersial seperti iklan,
wiraniaga, penyalur, kemasan, dan pajangan di toko; (3) sumber publik seperti
PENGENALAN KEBUTUHAN
PENCARIAN INFORMASI
EVALUASI ALTERNATIF
PEMBELIAN
(54)
media massa dan organisasi penentu peringkat konsumen; serta (4) sumber
pengalaman seperti penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk. Menurut
Engel, et al (1994), pencarian informasi juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik
konsumen yang meliputi pengetahuan, keterlibatan, kepercayaan, sikap, serta
karakteristik demografi.
Setelah pencarian informasi, konsumen mengevaluasi berbagai alternatif
dan membuat pertimbangan nilai yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan. Untuk
memilih alternatif, konsumen menentukan kriteria evaluasi. Beberapa kriteria
evaluasi yang sering digunakan antara lain harga, merek, negara asal, dan kriteria
hedonik (seperti status, prestise). Penentuan kriteria evaluasi tertentu yang
digunakan tergantung pada beberapa faktor seperi pengaruh situasi, kesamaan
alternatif pilihan, motivasi, keterlibatan, dan pengetahuan (Enge l, et al, 1994).
Tahap keempat adalah keputusan pembelian. Pada tahap ini konsumen
mengambil keputusan mengenai kapan membeli, dan bagaimana membayar.
Pembelian merupakan fungsi dari dua determinan yaitu niat pembelian dan
pengaruh lingkungan, dan/atau perbedaan individu. Niat pembelian digolongkan
menjadi dua (1) produk dan merek, dan (2) kelas produk. Niat pembelian produk
dan merek disebut sebagai pembelian yang terencana penuh, dimana pembelian
yang terjadi merupakan hasil dari keterlibatan tinggi dan pemecahan masalah.
Niat pembelian berdasarkan kategori kelas produk disebut sebagai pembelian
terencana jika pilihan merek dibuat di tempat pembelian (Engel, et al, 1994).
Setelah pembelian terjadi, konsumen akan mengevaluasi hasil pembelian
yang telah dilakukannya. Jika konsumen merasa puas, maka keyakinan dan sikap
(55)
Kepuasan berfungsi mengukuhkan loyalitas pembeli, sementara ketidakpuasan
dapat menyebabkan keluhan, komunikasi lisan yang negatif, dan upaya untuk
memenuhi ganti rugi melalui sarana hukum. (Engel, et al, 1994).
Setelah melalui tahap-tahap tersebut, maka dengan berbagai pertimbangan
konsumen harus menentukan pilihan apakah ia akan membeli suatu produk atau
tidak. Selanjutnya konsumen akan memberikan penilaian kepuasan terhadap
produk yang dikonsumsi.
2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Konsumen Proses keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen dipengaruhi
oleh banyak faktor. Akibatnya keputusan konsumen yang dimiliki oleh satu
konsumen berbeda dengan konsumen lainnya dan juga bervariasi.
Engel, et al (1994) menggolongkan determinan yang mendasari variasi dalam
proses keputusan ke dalam tiga kategori : (1) pengaruh lingkungan, (2) perbedaan
individu, dan (3) proses psikologis. Model perilaku konsumen dapat dilihat pada
Gambar 4.
(1) Pengaruh Lingkungan
Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Budaya menuntun keinginan dan perilaku seseorang dari kecil sampai
tumbuh dewasa (Kotler, 2002).
Menurut Engel, et al (1994), budaya mengacu pada seperangkat nilai,
gagasan, artefak, dan simbol-simbol lain yang bermakna yang membantu individu
untuk berkomunikasi, melakukan penafsiran, dan evaluasi sebagai anggota
(1)
Lampiran 2. Output SPSS 13.0 Model Regresi Logistik
Logistic Regression
Case Processing Summary
100
100,0
0
,0
100
100,0
0
,0
100
100,0
Unweighted Cases
aIncluded in Analysis
Missing Cases
Total
Selected Cases
Unselected Cases
Total
N
Percent
If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.
a.
Dependent Variable Encoding
0
1
Original Value
Bakery modern
Bakery tradisional
Internal Value
Block 0: Beginning Block
Classification Table
a,b67
0
100,0
33
0
,0
67,0
Observed
Bakery modern
Bakery tradisional
Pembelian
Overall Percentage
Step 0
Bakery
modern
Bakery
tradisional
Pembelian
Percentage
Correct
Predicted
Constant is included in the model.
a.
The cut value is ,500
b.
Variables in the Equation
-,708
,213
11,089
1
,001
,493
Constant
Step 0
(2)
Variables not in the Equation
6,039
1
,014
,284
1
,594
,014
1
,906
4,771
1
,029
,121
1
,728
,110
1
,741
,002
1
,968
13,329
7
,064
Pendapatan
Pekerjaan
Pendidikan
Umur
Status
Frekuensi
Domisili
Variables
Overall Statistics
Step
0
Score
df
Sig.
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
49,269
7
,000
49,269
7
,000
49,269
7
,000
Step
Block
Model
Step 1
Chi-square
df
Sig.
Model Summary
77,567
a,389
,541
Step
1
-2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke
R Square
Estimation terminated at iteration number 7 because
parameter estimates changed by less than ,001.
a.
Hosmer and Lemeshow Test
12,184
8
,143
Step
1
Chi-square
df
Sig.
Classification Table
a63
4
94,0
10
23
69,7
86,0
Observed
Bakery modern
Bakery tradisional
Pembelian
Overall Percentage
Step 1
Bakery
modern
Bakery
tradisional
Pembelian
Percentage
Correct
Predicted
The cut value is ,500
a.
(3)
Variables in the Equation
-,003
,001
17,162
1
,000
,997
1,932
,827
5,455
1
,020
6,901
,071
,156
,204
1
,652
1,073
-,153
,056
7,424
1
,006
,858
3,779
1,141
10,964
1
,001
43,775
,636
,300
4,500
1
,034
1,888
-1,636
,912
3,214
1
,073
,195
4,623
2,725
2,878
1
,090
101,756
Pendapatan
Pekerjaan
Pendidikan
Umur
Status
Frekuensi
Domisili
Constant
Step
1
aB
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Variable(s) entered on step 1: Pendapatan, Pekerjaan, Pendidikan, Umur, Status, Frekuensi,
Domisili.
(4)
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Uji Validitas Evaluasi Produk (Korelasi
Product Moment
)
Correlationsa1 .013 .040 .548** .113 .385* .334* .217 .425**
.474 .416 .001 .276 .018 .036 .125 .010
.013 1 .313* .121 .055 -.118 .273 .141 .368*
.474 .046 .262 .386 .268 .072 .228 .023
.040 .313* 1 .387* .236 .657** .800** .050 .811**
.416 .046 .017 .105 .000 .000 .397 .000
.548** .121 .387* 1 .517** .505** .513** .208 .724**
.001 .262 .017 .002 .002 .002 .135 .000
.113 .055 .236 .517** 1 .171 .215 .301 .490**
.276 .386 .105 .002 .183 .127 .053 .003
.385* -.118 .657** .505** .171 1 .719** -.127 .713**
.018 .268 .000 .002 .183 .000 .253 .000
.334* .273 .800** .513** .215 .719** 1 .245 .901**
.036 .072 .000 .002 .127 .000 .096 .000
.217 .141 .050 .208 .301 -.127 .245 1 .354*
.125 .228 .397 .135 .053 .253 .096 .027
.425** .368* .811** .724** .490** .713** .901** .354* 1
.010 .023 .000 .000 .003 .000 .000 .027
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Rasa Warna Aroma Penampilan Kemasan Daya_Tahan_Simpan Tekstur Harga Total
Rasa Warna Aroma Penampilan Kemasan
Daya_Tahan_
Simpan Tekstur Harga Total
Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). **.
Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). *.
Listwise N=30 a.
Uji Validitas Kepercayaan Produk Pisang Bolen (Korelasi
Product Moment
)
Correlationsa1 .400* .059 .485** .134 .268 .396* .484** .574**
.014 .378 .003 .240 .076 .015 .003 .000
.400* 1 .361* .548** .591** .432** .423** .499** .755**
.014 .025 .001 .000 .009 .010 .002 .000
.059 .361* 1 .354* .331* .088 .302 .156 .455**
.378 .025 .028 .037 .321 .053 .205 .006
.485** .548** .354* 1 .375* .626** .464** .684** .814**
.003 .001 .028 .020 .000 .005 .000 .000
.134 .591** .331* .375* 1 .402* .300 .477** .646**
.240 .000 .037 .020 .014 .054 .004 .000
.268 .432** .088 .626** .402* 1 .610** .587** .741**
.076 .009 .321 .000 .014 .000 .000 .000
.396* .423** .302 .464** .300 .610** 1 .526** .735**
.015 .010 .053 .005 .054 .000 .001 .000
.484** .499** .156 .684** .477** .587** .526** 1 .818**
.003 .002 .205 .000 .004 .000 .001 .000
.574** .755** .455** .814** .646** .741** .735** .818** 1
.000 .000 .006 .000 .000 .000 .000 .000
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Rasa Warna Aroma Penampilan Kemasan Daya_Tahan_Simpan Tekstur Harga Total
Rasa Warna Aroma Penampilan Kemasan
Daya_Tahan_
Simpan Tekstur Harga Total
Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). *.
Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). **.
Listwise N=30 a.
(5)
Uji Validitas Kepercayaan Produk
Cheese Roll
(Korelasi
Product Moment
)
Correlationsa1 .709** .401* .593** .305 .206 .344* .567** .762**
.000 .014 .000 .050 .138 .031 .001 .000
.709** 1 .530** .639** .489** -.020 .530** .420* .791**
.000 .001 .000 .003 .458 .001 .010 .000
.401* .530** 1 .544** .500** .088 .334* .245 .670**
.014 .001 .001 .002 .322 .036 .096 .000
.593** .639** .544** 1 .555** .173 .584** .507** .850**
.000 .000 .001 .001 .181 .000 .002 .000
.305 .489** .500** .555** 1 .096 .408* .339* .673**
.050 .003 .002 .001 .307 .013 .033 .000
.206 -.020 .088 .173 .096 1 -.019 .032 .243
.138 .458 .322 .181 .307 .461 .433 .098
.344* .530** .334* .584** .408* -.019 1 .397* .671**
.031 .001 .036 .000 .013 .461 .015 .000
.567** .420* .245 .507** .339* .032 .397* 1 .704**
.001 .010 .096 .002 .033 .433 .015 .000
.762** .791** .670** .850** .673** .243 .671** .704** 1
.000 .000 .000 .000 .000 .098 .000 .000
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Rasa
Warna Aroma Penampilan Kemasan Daya_Tahan_Simpan Tekstur
Harga Total
Rasa Warna Aroma Penampilan Kemasan
Daya_Tahan_
Simpan Tekstur Harga Total
Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). **.
Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). *.
Listwise N=30 a.
Uji Validitas Kepercayaan Produk Kelepon (Korelasi
Product Moment
)
Correlationsa1 .667** .755** .370* .241 .101 .651** .587** .830**
.000 .000 .022 .100 .298 .000 .000 .000
.667** 1 .582** .229 .202 .070 .640** .460** .722**
.000 .000 .112 .143 .356 .000 .005 .000
.755** .582** 1 .380* .274 -.024 .630** .590** .798**
.000 .000 .019 .071 .451 .000 .000 .000
.370* .229 .380* 1 .161 .130 .268 .170 .533**
.022 .112 .019 .198 .246 .076 .184 .001
.241 .202 .274 .161 1 .123 .253 .484** .551**
.100 .143 .071 .198 .259 .089 .003 .001
.101 .070 -.024 .130 .123 1 .084 -.082 .298
.298 .356 .451 .246 .259 .330 .334 .055
.651** .640** .630** .268 .253 .084 1 .357* .725**
.000 .000 .000 .076 .089 .330 .026 .000
.587** .460** .590** .170 .484** -.082 .357* 1 .703**
.000 .005 .000 .184 .003 .334 .026 .000
.830** .722** .798** .533** .551** .298 .725** .703** 1
.000 .000 .000 .001 .001 .055 .000 .000
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Rasa
Warna Aroma Penampilan Kemasan Daya_Tahan_Simpan Tekstur
Harga Total
Rasa Warna Aroma Penampilan Kemasan
Daya_Tahan_
Simpan Tekstur Harga Total
Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). **.
Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). *.
Listwise N=30 a.
(6)
Uji Validitas Kepercayaan Produk Brownies (Korelasi
Product Moment
)
Correlationsa1 .562** .363* .421* .337* .369* .399* .147 .628**
.001 .024 .010 .034 .022 .014 .219 .000
.562** 1 .270 .190 .389* .414* .457** .180 .606**
.001 .075 .158 .017 .012 .006 .171 .000
.363* .270 1 .225 .384* .156 .456** .459** .632**
.024 .075 .115 .018 .206 .006 .005 .000
.421* .190 .225 1 .454** .404* .303 .351* .608**
.010 .158 .115 .006 .013 .052 .028 .000
.337* .389* .384* .454** 1 .297 .567** .386* .698**
.034 .017 .018 .006 .056 .001 .018 .000
.369* .414* .156 .404* .297 1 .588** .504** .702**
.022 .012 .206 .013 .056 .000 .002 .000
.399* .457** .456** .303 .567** .588** 1 .497** .783**
.014 .006 .006 .052 .001 .000 .003 .000
.147 .180 .459** .351* .386* .504** .497** 1 .713**
.219 .171 .005 .028 .018 .002 .003 .000
.628** .606** .632** .608** .698** .702** .783** .713** 1
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Rasa
Warna Aroma Penampilan Kemasan Daya_Tahan_Simpan Tekstur
Harga Total
Rasa Warna Aroma Penampilan Kemasan
Daya_Tahan_
Simpan Tekstur Harga Total
Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). **.
Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). *.
Listwise N=30 a.