adalah rasio dari nilai odds untuk kategori 1 terhadap nilai odds untuk kategori 0; dituliskan sebagai Nachrowi dan Usman, 2005:
? = exp
1 1
1 1
j j
j j
j
X p
X p
X p
X p
β =
= −
= =
− =
Artinya, risiko terjadinya peristiwa Y = 1 pada kategori X
j
= 1 adalah sebesar exp ß
j
kali risiko terjadinya peristiwa Y = 1 pada kategori X
j
= 0. Jika variabel yang diamati merupakan variabel kategorik dengan lebih dari
dua kategori politomi, maka interpretasi parameter untuk variabel ini menggunakan bantuan variabel dummy. Jika terdapat k kategori, akan digunakan
k-1 variabel dummy dengan satu buah kategori akan dijadikan pembanding. Interpretasi dilakukan dengan cara yang sama dengan interpretasi pada variabel
bebas dikotomi, yaitu tiap-tiap kategori dibandingkan dengan kategori rujukannya Nachrowi dan Usman, 2005.
Jika variabel bebas yang digunakan adalah variabel kontinu, maka interpretasi dari koefisien pada model regresi adalah setiap kenaikan C unit satuan
pada variabel bebas akan mengakibatkan risiko terjadinya Y = 1 sebesar exp C.ß
j
kali lebih besar Nachrowi dan Usman, 2005.
3.6. Definisi Operasional
1. Sikap adalah evaluasi secara keseluruhan terhadap suatu produk yang akan
dibeli untuk memuaskan kebutuhan.
2. Preferensi adalah tingkat kesukaan pilihan atau sesuatu yang lebih disukai
oleh seseorang. kesukaan ini dipengaruhi oleh persepsinya terhadap suatu objek.
3. Responden adalah konsumen produk Kartika Sari Bakery yang sedang
membeli produk Kartika Sari Bakery.
4. Bakery adalah jenis roti manis yang berbahan dasar utama tepung terigu. 5. Bakery modern adalah produk bakery yang resep aslinya berasal dari luar
negeri dan dilakukan berbagai pengembangan produk.
6. Bakery tradisional adalah produk bakery yang resep aslinya berasal dari
Indonesia.
7. Atribut adalah karakteristik atau ciri-ciri yang dimiliki oleh suatu produk
yang dalam penelitian ini mencakup rasa, warna, aroma, penampilan, kemasan, daya tahan simpan, dan tekstur.
8. Rasa adalah karakteristik organoleptik yang dirasakan lidah. 9. Warna adalah sifat fisik yang dapat dinilai secara visual oleh konsumen.
10. Aroma adalah bau harum dari produk bakery yang dapat dinilai melalui
indera penciuman.
11. Penampilan adalah keragaan bentuk dari produk bakery yang dapat dinilai
secara visual.
12. Kemasan adalah bahan yang digunakan sebagai tempat produk dan berfungsi
untuk melindungi produk agar tetap aman dan higienis.
13. Daya tahan simpan adalah kemampuan produk untuk disimpan dalam
ruangan selama periode waktu tertentu.
14. Tekstur adalah kerenyahan atau keempukan dari produk bakery.
15. Harga adalah nilai barang yang harus dibayar konsumen, dihitung dalam
satuan rupiah.
16. Pendapatan adalah jumlah nominal uang yang diperoleh konsumen yang
diukur dalam rupiah per bulan. Untuk mahasiswa pendapatan yang diperoleh berasal dari orang tua dan untuk ibu rumah tangga pendapatan yang diperoleh
berasal dari suami.
17. Pekerjaan adalah status konsumen bekerja atau tidak. Konsumen dinyatakan
bekerja jika konsumen tersebut dapat menghasilkan pendapatan dari pekerjaannya, sementara jika tidak dapat menghasilkan pendapatan maka
konsumen tersebut dinyatakan tidak bekerja.
18. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah diikuti
konsumen, dihitung dalam tahun lamanya menyelesaikan pendidikan.
19. Umur adalah usia responden ketika dilakukan pengambilan data. 20. Status perkawinan adalah status responden apakah sudah menikah atau
belum.
21. Frekuensi pembelian adalah rata-rata banyaknya berapa kali konsumen
melakukan pembelian produk Karika Sari Bakery dalam satu bulan.
22. Domisili adalah asal kota dari responden, apakah berasal dari Kota Bandung
atau dari luar Kota Bandung.
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Kota Bandung
4.1.1. Kondisi Geografis
Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan ibukota proponsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak diantara 107° 36’ Bujur Timur dan
6° 55’ Lintang Selatan Badan Pusat Statistik, 2005. Lokasi Kota Bandung cukup strategis dilihat dari segi komunikasi dan perekonomian. Hal tersebut disebabkan
karena Kota Bandung terletak pada pertemuan poros jalan yaitu : 1 Barat – Timur yang memudahkan hubungan dengan ibukota negara.
2 Utara – Selatan yang memudahkan lalu lintas ke daerah perkebunan Subang dan Pangalengan.
Secara topografi Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 meter di atas permukaan laut dpl. Titik tertinggi berada di daerah utara dengan ketinggian
1.050 meter dpl dan titik terendah di sebelah selatan yaitu 675 meter dpl. Iklim asli Kota Bandung dipengaruhi oleh pegunungan di sekitarnya sehingga cuaca
yang terbentuk sejuk dan lembab. Namun, beberapa waktu belakangan ini temperatur rata-rata Kota Bandung meningkat tajam. Suhu tertinggi yang pernah
dicapai yaitu 31,4° C pada bulan Oktober 2004. Hal tersebut diduga terutama karena polusi udara yang meningkat. Walaupun demikian, curah hujan di Kota
Bandung masih tinggi Badan Pusat Statistik, 2005.