akan menjadi preferensi. Derajat kesukaan dapat diperoleh dari pengalaman terhadap makanan tertentu dan dapat berpengaruh kuat terhadap preferensi.
Pengalaman seseorang yang menjadi landasan dalam memilih makanan tertentu yang disukainya bersumber pada beberapa faktor, antara lain enak,
mengenyangkan, memberi status, tidak membosankan, harga terjangkau, mudah didapat dan diolah Suharjo dalam Ardi, 2003.
Menurut Sanjur dalam Dano 2004, terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan dalam hubungannya dengan preferensi pangan.
Ketiga faktor tersebut yaitu : a. Karakteristik individu umur, jenis kelamin, suku, pendapatan.
b. Karakteristik makanan rasa, harga, rupa, dan tekstur. c. Karakteristik lingkungan pekerjaan, musim, dan tingkatan sosial dalam
masyarakat.
2.3. Model Logit
Model logit atau regresi logistik tidak jauh berbeda dengan regresi linear biasa, yaitu menggambarkan hubungan antara variabel tak bebas dengan sejumlah
variabel bebas yang mempengaruhinya. Perbedaannya, variabel tak bebas dalam regresi logistik bersifat biner atau dikotomi yakni memiliki nilai yang discontinue
1 dan 0. Model logit adalah salah satu model Binary dalam Qualitative Choice.
Model Qualitative Choice merupakan suatu model di mana respon variabel terikat Y bersifat memihak kepada satu dan dua atau lebih pilihan yang ada. Model ini
juga menggambarkan peluang atau kemungkinan terpilihnya salah satu dari
sejumlah pilihan yang tersedia. Variabel terikat Y dibuat dalam bentuk dummy 0,1,2,3,…. Untuk model yang terdiri dari dua alternatif pilihan 0, 1 sering
disebut dengan Binary Choice Model. Terdapat beberapa model yang dapat digunakan untuk masalah- masalah yang sifatnya binary choice, yaitu Linear
Probability Model, Logit Model, Probit Model, dan dengan variabel tersensor yang lebih dikenal dengan Torbit Model.
Model logit menggunakan pemodelan yang berdasarkan pada pendefinisian p
i
probabilitas terjadinya suatu peristiwa. Bentuk dari model logit tersebut adalah Nachrowi dan Usman, 2005:
p
i
= E Y
i
= 1 | X
i
=
i
X
e
1
1 1
β β +
−
+
Secara matematis, pendefinisian probabilitas terjadinya peristiwa dalam bentuk model logit dapat dituliskan sebagai berikut Nachrowi dan Usman, 2005:
p
i
=
i
z
e
−
+ 1
1
; di mana z
i
= ß + ß
1
X
i
dan probabilitas tidak terjadinya suatu peristiwa Nachrowi dan Usman, 2005: 1 – p
i
=
i
z
e
−
+ −
1 1
1
=
i i
z z
e e
− −
+ 1
Rasio antara probabilitas terjadinya suatu peristiwa p
i
dengan probabilitas tidak terjadinya suatu peristiwa 1 – p
i
disebut Odd. Odd dirumuskan sebagai berikut Nachrowi dan Usman, 2005:
i i
p p
− 1
=
+
+
− −
−
i i
i
z z
z
e e
e 1
1 1
=
i
z
e
−
1
=
i
z
e
=
i
X
e
1
β β +
Sehingga, pemodelan yang akan digunakan dalam analisis model logit adalah Nachrowi dan Usman, 2005:
L
i
= ln
−
i i
p p
1 = ß
+ ß
1
X
i
; L disebut log odd
2.4. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai perilaku konsumen telah banyak dilakukan. Chandra 2002, meneliti tentang faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen terhadap roti unyil Venus. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara kebetulan accidental sampling yaitu responden yang dipilih merupakan
konsumen roti unyil venus yang bersedia diwawancarai oleh penulis. Sampel yang diambil sebanyak 50 responden. Terdapat lima belas variabel yang
digunakan untuk meneliti keputusan pembelian roti unyil Venus yaitu bentuk X1, harga X2, rasa X3, kemasan X4, kemudahan memperoleh X5,
kandungan gizi X6, tempat pembelian X7, banyaknya pilihan rasa X8, promosi X9, pengaruh keluarga X10, pengaruh teman X11, pengaruh penjual
X12, pendapatan X13, manfaat X14, dan pelayanan X15. Metode pengolahan data yang digunakan oleh penulis yaitu melalui
Metode Komponen Utama. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu bahwa melalui Metode Komponen Utama diperoleh lima komponen utama dengan lima variabel
utama yang paling mempengaruhi proses keputusan pembelian roti unyil Venus yaitu pengaruh keluarga, pengaruh teman, rasa, bentuk, dan tersedianya berbagai
pilihan rasa. Pada penelitian tersebut, penulis juga merumuskan strategi bauran
pemasaran yang terdiri dari strategi produk, strategi harga, strategi promosi, dan strategi distribusitempat.
Qomari 2003, meneliti mengenai preferensi konsumen terhadap minuman mengandung serat “Fibervit Baru”. Teknik pengambilan lokasi yang
digunakan adalah Multiple Stage Sampling. Jumlah responden adalah 100 orang masing- masing diambil dari setiap kepala keluarga. Kuesioner tentang penilaian
atribut menggunakan skala likert. Dalam penelitian tersebut, penulis menggunakan Model Angka Ideal untuk menganalisis sikap konsumen terhadap
atribut produk. Analisis deskriptif mengenai proses keputusan pembelian minuman berserat menggunakan uji Chi-square.
Hasil penelitian dengan menggunakan model angka ideal menunjukkan bahwa atribut yang sudah mendekati atau hampir mendekati ideal adalah kadar
keasaman, kemanisan, ukuran kemasan, kandungan bahan alami, macam variasi rasa, harga, tambahan nutrisi, dan pemanis yang digunakan. Sedangkan atribut
yang kurang ideal adalah kandungan serat, tampilan kemasan, merek yang terkenal, dan kekentalan. Variabel yang dianggap tidak ideal adalah atribut
ketersediaan. Dalimunthe 2003, meneliti mengenai preferensi konsumen terhadap
minuman jus buah kemasan bermerek dengan kasus merek Buavita dan Berri. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Teknik penarikan sampel
yang digunakan penulis adalah judgement sampling yaitu konsumen supermarket yang sedang membeli produk jus buah kemasan dan sudah pernah mengkonsumsi
setidaknya salah satu merek yang diteliti. Untuk mengetahui preferensi atribut
digunakan sebanyak tujuh atribut yaitu merek terkenal, harga, tanpa bahan pengawet, diperkaya vitamin C, rasa, kemasan, dan kemudahan memperoleh.
Penulis menggunakan tabulasi deskriptif dan Model Multiatribut Fishbein dalam pengolahan data. Analisis tabulasi deskriptif bertujuan untuk mengetahui
bagaimana proses keputusan pembelian konsumen. Sedangkan model multiatribut Fishbein digunakan untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap dua merek
yang diuji. Hasil penelitian yang diperoleh penulis menunjukkan bahwa atribut yang paling diinginkan atau paling penting bagi konsumen adalah rasa. Rasa yang
enak menurut sebagian konsumen adalah yang terasa sari buahnya dan tidak terlalu manis atau asam. Atribut berikutnya secara berurutan adalah diperkaya
vitamin C, tidak mengandung bahan pengawet, kemudahan memperoleh, kemasan, merek terkenal, dan terakhir harga. Atribut harga tidak terlalu penting
bagi konsumen karena pada umumnya responden adalah kelas menengah ke atas. Selain itu karena banyaknya alternatif pilihan merek dengan berbagai ukuran dan
harga serta pilihan jenis rasa buah yang relatif sama. Hasil analisis preferensi konsumen terhadap merek Berri dan Buavita
menunjukkan bahwa skor sikap yang diperoleh Buavita sebesar 8,99 lebih besar dari skor yang diperoleh merek Berri sebesar 7,87. Secara keseluruhan merek
Buavita lebih disukai konsumen daripada Berri. Jika ditinjau dari masing- masing skor kepercayaan atribut yang dimiliki masing- masing merek, Buavita dinilai
lebih unggul pada empat atribut yaitu memiliki rasa yang lebih pas, mudah diperoleh, harga lebih murah, dan merek terkenal. Sedangkan Berri lebih unggul
pada atribut diperkaya vitamin C, tidak menggunakan bahan pengawet, dan kemasan yang menarik.
Monika 2002, menganalisis perilaku pembelian susu cair kemasan dan implikasinya pada bauran pemasaran. Dalam penelitian tersebut, penulis
menggunakan alat analisis Biplot dan hasil yang diperoleh adalah kedekatan suatu merek terhadap atribut yang melekat pada susu cair kemasan. Sementara itu
dengan menggunakan analisis Fishbein, hasil yang didapat adalah hanya semata- mata penilaian terhadap sikap konsumen mengenai atribut susu cair kemasan.
Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 70 orang responden yang dilakukan dengan analisis Fishbein, dapat diketahui bahwa susu cair merek Frisian Flag
mendapatkan nilai kepercayaan tertinggi yaitu 5,16 sedangkan Ultra 4,85, Indomilk 2,75, dan Milo -2,08. Hal ini menunjukkan bahwa Frisian Flag adalah
produk susu cair kemasan yang dianggap paling memuaskan untuk memenuhi atribut yang diinginkan oleh konsumen dibandingkan dengan merek lain. Ultra di
tempat kedua memiliki nilai kekuatan kepercayaan yang hampir sama dengan Frisian Flag juga dianggap memenuhi atribut yang diinginkan konsumen.
Sedangkan merek Indomilk dianggap cukup dan Milo dianggap produk yang kurang memenuhi atribut yang dibutuhkan dari suatu produk susu cair kemasan.
Analisis Biplot menyajikan kedekatan suatu merek terhadap atribut ya ng melekat pada produk susu cair kemasan berdasarkan penilaian konsumen.
Berdasarkan hasil perhitungan jarak diketahui bahwa posisi relatif produk Frisian Flag dan produk Ultra berada dekat dengan atribut ketersediaan, aroma,
kekentalan, citarasa, rasa, harga, dan merek. Hal ini menunjukkan produk tersebut memiliki keunggulan pada atribut-atribut tersebut. Namun Frisian Flag lebih
dekat dengan atribut ketersediaan dan aroma, sedangkan Ultra dekat dengan citarasa, rasa, kekentalan, harga, dan merek. Selain itu hasil ini menunjukkan
bahwa atribut tersebut disukai dan dinilai positif oleh konsumen untuk suatu kategori susu cair kemasan yang berkualitas.
Rumanti 2003 meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian chicken nugget merek Delfarm. Penulis menggunakan alat
analisis regresi logistik untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi pembelian chicken nugget. Sementara itu, untuk mengidentifikasi atribut produk
chicken nugget yang diinginkan konsumen, penulis menggunakan model sik ap Fishbein.
Hasil analisis dengan menggunakan metode regresi logistik menghasilkan empat faktor yang mempengaruhi pembelian chicken nugget, yaitu usia,
pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Dengan menggunakan model sikap Fishbein, diperoleh atribut chicken nugget yang paling diinginkan konsumen
secara berurutan yaitu harga, kemudahan memperoleh, volume, merek, rasa, jenis, kemasan, kandungan bahan, dan bentuk produk. Sementara itu, skor penilaian
konsumen terhadap chicken nugget merek Delfarm sebesar 14,26 yang lebih baik dibandingkan dengan merek So Good 1,58 dan Five Star 6,50.
Penelitian-penelitian mengenai sikap dan preferensi konsumen sebagian besar menggunakan model multiatribut, baik Model Angka Ideal maupun Model
Fishbein. Namun terdapat kele mahan pada penelitian-penelitian yang terdahulu. Pada penelitian terdahulu yang menggunakan Model Sikap Multiatribut Fishbein
tidak ada standar jumlah skor yang menunjukkan seberapa baik sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang ada.
Penelitian ini difokuskan pada produk bakery. Analisis yang akan dilakukan adalah mengenai sikap dan preferensi konsumen dalam pembelian
produk bakery, baik modern maupun tradisional. Sikap dan preferensi konsumen dianalisis dengan Model Sikap Multiatribut Fishbein. Penelitian-penelitian
terdahulu sebagian besar hanya menggunakan model sikap multiatribut, baik Fishbein maupun Angka Ideal, untuk menganalisis preferensi konsumen tanpa ada
standar skor yang dapat mengiterpretasikan seberapa baik sikap terhadap produk tersebut. Dalam penelitian ini, akan digunakan Model Sikap Multiatribut Fishbein
dengan menggunakan standar skor untuk menginterpretasikan sikap terhadap produk. Selain itu dalam penelitian ini digunakan model logit. Model logit
digunakan untuk menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi peluang pembelian produk bakery modern dan tradisional. Melalui model logit dapat
dilihat peluang perubahan konsumsi karena adanya perubahan karakteristik konsumen dalam memutuskan untuk membeli produk bakery.
2.5. Kerangka Pemikiran Operasional