3.8.5.2. Keseragaman Jenis Tumbuhan
Keseragaman jenis tumbuhan merupakan keseragaman spesies atau jenis tumbuhan dalam suatu komunitas, perhitungan berdasarkan rumus Simpson
1949 dalam Smith 1996: H
J’ = ----------- Hmax
dimana: J’ = indeks keseragaman jenis
3.8.5.3. Kesamaan Komunitas
Kesamaan komunitas diperoleh dengan membandingkan dua komunitas atau tipe vegetasi menggunakan data indeks nilai penting jenis di dalam
komunitasnya. Nilai kesamaan atau kemiripan komunitas vegetasi menyatakan besarnya kemiripan dari dua tipe vegetasi, yang diperoleh dari rumus Sorensen
1948 dalam Smith 1996; 2 w
IS = ---------------- x 100 a + b
dimana: IS = indeks kesamaan komunitas a = jumlah nilai penting dari komunitas A
b = jumlah nilai penting dari komunitas B w = jumlah nilai penting terkecil untuk masing- masing jenis yang sama
pada kedua komunitas yang dibandingkan
3.8.6. Produksi dan Produktivitas Hijauan Pakan
Analisis produksi dan produktivitas hijauan pakan di atas tanah yang berada dalam petak pengamatan dilakukan dengan penga mbilan pemotongan
sampel dalam plot ukuran 2 m x 2 m Gambar 8, untuk sampel semai, paku- pakuan, shrubsherbs. Rumput atau alang-alang ukuran 1 m x 1 m. Sedangkan
untuk pancang, non-woody liana, ephiphytes, pandanus dan palma plot contoh ukuran 5 m x 5 m.
Teknik sampling dengan menggunakan metode “sistematic sampling” yaitu petak contoh pertama ditentukan letaknya kemudian petak contoh
berikutnya diletakkan secara sistematik. Produksi tumbuhan bawah, semai dan pancang diperoleh pada setiap petak contoh dengan cara memotong hijauan di
atas permukaan tanah, kemudian menimbang dan menghitung produksi per unit luas lahan yang bersangkutan. Pengukuran produksi tiang dan pohon dilakukan
dengan menggunakan persamaan allometrik. Pengukuran produktivitas hijauan pakan tumbuhan bawah dan semai dilakukan pemotongan sebanyak 2 kali
dengan interval 40 hari musim hujan dan 60 hari musim kemarau. Produksi tumbuhan bawah, semai dan pancang diperoleh berdasarkan
rumus; Produksi = Kerapatan x berat basahluas plot. Sedangkan untuk tiang
dan pohon berdasarkan luas bidang dasar pohon B = lbds adalah luas
penampang lintang batang, sehingga dapat dinyatakan sebagai : B = ¼ π
D² ; di mana D = dbh. Selanjutnya perkalian antara luas bidang dasar pohon dengan
tinggi pohonnya H kemudian dikalikan lagi dengan nilai faktor bentuk f, maka akan diperoleh volume V batang pohon tersebut, yang dapat diformulasikan
sebagai : V = B.H.f. V = volume m
3
B = luas bidang dasar m
2
H = tinggi pohon m F = faktor bentuk 0,7
Produksi = K x V LP K = kerapatan tiang atau pohon per hektar
V = volume m
3
LP = luas plot tiang = 0,2 ha, pohon = 0,8 ha
Gambar 8 Petak 2m x 2m dalam metode kombinasi antara jalur dan garis berpetak yang digunakan untuk pengambilan sampel produksi dengan cara
memotong untuk semai, paku-pakuan, shrubsherbs, Rumput atau alang-alang ukuran 1 m x 1 m. Sedangkan untuk pancang, non-
woody liana, ephiphytes, pandanus dan palma plot contoh ukuran 5 m x 5 m.
1 m
2 m
1 m
5 m
5 m
2 m
Pada padang rumput atau alang-alang, pengambilan sampel dengan cara memotong untuk rumput atau alang-alang di dalam plot secara nested quadrat
Gambar 9. Prosedur pengambilan contoh di lapangan Hairiah et al. 1999 adalah sebagai berikut :
1. Pada petak sampel 40 m x 5 m, tempatkan satu secara acak di setiap ¼ panjang tali tengah untuk sampel 4 x 1 m
2
atau 8 x 0,25 m
2
. 2. Semua rumput atau alang-alang dipotong pada petak contoh 1 m x 1 m.
Sampel tersebut dimasukkan ke dalam kantong besar karung dan dikering angin, kemudian dikeringkan di dalam oven suhu 80
o
C selama 48 jam.
Gambar 9 Posisi petak contoh rumput atau alang-alang 40 m x 5m.
Untuk mengukur produksi semai, paku-pakuan, semak belukar pada lahan yang ditumbuhi semak belukar, dibuat petak sampel ukuran 40 m x 5 m dengan
plot 2 m x 2 m secara nested quadrat Gambar 10. Gambar 10 Posisi petak contoh semak belukar pada petak sampel 40 m x 5 m.
1 m
12 m 40 m
5 m
2 m 2 m
10,6 m
40 m
5 m
3.8.7. Diagram Profil Vegetasi