Kebijakan Pengelolaan Gajah Sumatera Re-orientasi Re-fungsionalisasi

renewable resource secara terus menerus akan mengarah pada over use dan menyebabkan pertumbuhan menjadi nol, atau bahkan menurun. Hasil simulasi yang di bangun menunjukkan bahwa faktor jumlah penduduk yang terus meningkat dalam melakukan aktivitas perambahan hutan, perburuan, dan konversi lahan merupakan faktor yang sangat menentukan daya dukung habitat terhadap populasi gajah. Jika asumsi laju pertambahan penduduk dari enam desa terus meningkat dari 3 hingga 7 per tahun, maka kebutuhan lahan terus meningkat dan daya dukung habitat hanya mampu menampung gajah sampai tahun 2036 sebanyak 3,96 ekor68,65km 2 . Rendahnya kepadatan populasi menyebabkan populasi lebih rentan terhadap kepunahan dibandingkan populasi besar. Oleh karena itu agar perkembangan populasi gajah dapat dipertahankan, maka pemerintah harus secara dini mempersiapkan langkah- langkah startegis sebagai tindakan untuk mencegah penurunan daya dukung habitat gajah. Disamping itu juga perlu dilakukan penguatan kelembagaan dan penegakan hukum law enforcement agar langkah strategis dapat dilakukan tepat sasaran, efektif dan efisien.

5.14. Kebijakan Pengelolaan Gajah Sumatera

Pengelolaan gajah Sumatera dihadapkan pada sejumlah tantangan dan hambatan yang cukup berat. Sumberdaya manusia masih menjadi hambatan dalam pengelolaan yang akan berimpilikasi kepada pemahaman dan partisipasi terhadap pelestarian gajah Sumatera. Demikian pula tuntutan masyarakat yang mengharapkan manfaat dari pengelolaan gajah Sumatera menjadi tantangan pemerintah yang harus diantisipasi dengan langkah- langkah yang tepat dan strategis. Perumusan kebijakan teknis pengelolaan gajah Sumatera harus diintegrasikan dengan langkah- langkah yang perlu diambil dalam menekan dan menghilangkan tantangan dan hambatan terhadap pelestarian gajah Sumatera. Kebijakan teknis akan dijabarkan menjadi langkah strategis untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Beberapa kebijakan teknis sebagai langkah strategis dalam pengelolaan gajah Sumatera adalah sebagai berikut:

a. Re-orientasi

Pengelolaan gajah Sumatera diarahkan untuk pelestarian gajah Sumatera melalui upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari. Upaya ini akan berhasil apabila kegiatan pengelolaan mampu menjamin kelestrian gajah Sumatera dan sekaligus dapat membuktikan adanya manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan pengelolaan tersebut. Perubahan paradigma yang ingin ditegaskan adalah bahwa pengelolaan gajah Sumatera bukan merupakan suatu beban bagi pemerintah dan masyarakat tetapi juga merupakan bagian dari proses pembangunan yang dapat memberikan manfaat ekonomi, ekologis, sosial dan budaya.

b. Re-fungsionalisasi

Pengelolaan gajah Sumatera di habitat aslinya, dilaksanakan dengan merubah fungsi blok-blok atau zona-zona dari sebagian kawasan konservasi yang menjadi habitat gajah untuk pengembangan kegiatan wis ata alam. Upaya ini akan dapat membuktikan adanya manfaat yang dapat diperoleh dari keberadaan pengelolaan gajah dan sekaligus sebagai alat promosi dan informasi kegiatan konservasi. Pengorbanan sebagian kawasan konservasi tersebut, diperhitungkan akan jauh lebih murah dalam pengelolaannya untuk mewujudkan fungsi optimal. Selama masyarakat memandang pengelolaan gajah sebagai suatu perlindungan semata atau bahkan dianggap sebagai pengelolaan sumberdaya alam yang membebani anggaran pembangunan, maka selamanya pemerintah tidak akan pernah mampu untuk mencukupi tenaga, sarana prasarana, dana dan lain- lain dalam upaya perlindungan gajah Sumatera.

5.15. Strategi Pengelolaan Gajah Sumatera