Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa  daya dukung kawasan habitat gajah di HPT PLG Seblat masih  rendah  terutama dalam menyediakan  pakan
gajah. Kemampuan lahan  untuk  menyediakan pakan  hanya  untuk  18,58 ekor68,65 km
2
, dengan  populasi  gajah  sebanyak 40 ekor  maka  kebutuhan pakan  gajah  belum dapat  terpenuhi secara  optimal.
Berdasarkan informasi masyarakat   Suka Baru  dan  dibuktikan dengan tanda-tanda  keberadaan  gajah jejak dan kotoran gajah  melalui  survei  yang
dilakukan  dalam kawasan  habitat  gajah  di kawasan Seblat, batas  terluar wilayah  jelajah  gajah  pada saat ini  adalah  Air  Seblat  hingga  Air Rami.  Desa-
desa  seperti Suka Merindu dan Suka Baru  yang sebelumnya sering dikunjungi gajah, pada  saat  ini   tidak pernah  lagi didatangi gajah.
Wilayah yang rutin dikunjungi gajah di kawasan Air Seblat  adalah  ladang penduduk  dan  perkebunan  sawit PT Agricinal di Air  Sitebal, Air Senaba, dan
Air Sabai. Sedangkan pada  kawasan  hutan sekunder, hutan primer, semak dan padang rumput yang sering dikunjungi gajah adalah  di lokasi Air Tenang,  Air
Riki, Air  Sabai, Batu Ampar, Simpang Tiga, dan Air Senaba, dan  hutan pinggiran  dekat areal  perkebunan PT Alno II  dan PT Ananta  terutama   yang
dekat  dengan  Air Senaba hulu dan Air Sabai-hulu. Selanjutnya  populasi  gajah bergerak  ke arah utara  kearah Air Rami,
Kecamatan Muko-Muko Selatan  seperti  Air Sabai Hilir,  Perbatasan  PT  Mitra Puding  Mas, perladangan  penduduk dusun Pulau  di sepanjang  jalan  logging,
semak  belukar  dan hutan sekunder  Air Rami. Berdasarkan hasil survei  menunj ukkan bahwa  gajah  terperangkap secara
in situ  dalam  kawasan  habitat  yang terbatas  mulai  dari Air Seblat  hingga  Air Rami.  Hal  ini  menyebabkan  gajah   hanya  menetap  dalam   waktu yang
singkat  pada  suatu  wilayah, dan  lama  menetap  tergantung  pada  ketersediaan pakan  dan pengusiran  yang  dilakukan  penduduk  atau  karyawan  KSDA
beserta tim Conservation Respon Unit CRU.
5.9. Analisis Tekanan Penduduk
Untuk melakukan analisis  deskriptif mengenai tekanan penduduk  di daerah yang berinteraksi dengan  kawasan habitat gajah, terlebih dahulu harus
ditentukan indikator- indikator kuantitatif terhadap  berbagai komponen  hasil penelitian  yang disajikan pada Tabel  32.
Tabel  32  Indikator tekanan penduduk, indikator luas lahan budidaya produktif, indikator jumlah petani,  indikator  proporsi  penduduk tani, indikator
fraksi pendapatan non-tani, dan indikator  kepemilikan lahan
Indikator Tekanan Penduduk
Indikator Nilai
Tekanan penduduk sangat rendah TP
≤
1 Tekanan penduduk rendah
1 TP
≤
2 Tekanan penduduk sedang
2 TP
≤
4 Tekanan penduduk  tinggi
4 TP
Indikator Luas  Lahan Budidaya Produktif
SedikitSempit Kurang dari 500 ha
Sedang 500 ha sd 1000 ha
Luas Lebih dari 1000 ha
Indikator  Jumlah Petani
Sedikit Kurang dari 500 jiwa
Sedang 500 ha sd 1000 jiwa
Banyak Lebih dari 1000 jiwa
Indikator Proporsi Penduduk Tani
Rendah Kurang dari 65
Sedang 65 sd 80
Tinggi Lebih dari 80
Indikator  Fraksi Pendapatan Non-Tani
Rendah Dibawah 0,4
Sedang 0,4 sd 0,5
Tinggi Diatas 0,5
Indikator  Kepemilikan Lahan
Rendah 2 ha atau kurang
Tinggi Lebih dari 2 ha
Indikator  Kebutuhan  Lahan
Rendah 2 ha atau kurang
Tinggi Lebih dari 2 ha
Berdasarkan indikator tekanan penduduk yang telah ditentukan  terdapat tiga desa yang memiliki  tekanan penduduk sangat rendah, masing- masing desa
Cipta Mulya 0,438, Air Pandan 0,596 dan Suka Makmur 0,141. Dua desa yang memiliki tekanan penduduk sedang  adalah Suka Merindu 2,014, dan Suka
Baru 2,459,  sedangkan  desa  Suka Maju 5,453 memiliki tekanan penduduk tinggi, kategori koefisien tekanan penduduk disajikan pada Tabel 33 dan
Lampiran  11.
Dampak langsung tekanan penduduk pada populasi gajah seperti  illegal killing,  habitat loss  dan  fragmentation, sedangkan dampak tidak langsung berupa
kelemahan kelembagaan dan ketidakstabilan politis  WWF 2005.  Rata-rata kebutuhan lahan  KL, fraksi pendapatan tani dan non-tani  a, luas lahan
pertanian  produktif LP, jumlah penduduk petani JP dan tekanan  penduduk TP disajikan pada  Tabel 34  dan  Gambar  29.
Tabel  33  Kategori  desa  penelitian  berdasarkan  koefisien tekanan penduduk Tekanan Penduduk
Nilai Desa
Tekanan Penduduk sangat rendah
TP ≤
1
Cipta Mulya, Air Pandan, Suka Makmur
Tekanan Penduduk Rendah
1 TP
≤
2
- Tekanan Penduduk Sedang
2 TP
≤
4
Suka Merindu, Suka Baru
Tekanan Penduduk  Tinggi
4 TP
Suka Maju
Tabel  34   Rata - rata    kebutuhan   lahan    ha,   proporsi  pendapatan dari  non- tani a,  luas  lahan  pertanian  produktif ha,  jumlah penduduk petani
jiwa dan tekanan  penduduk TP
Nama Desa Kebutuhan
lahan  ha Proporsi
pendapatan dari non-tani
a Luas
lahan produktif
Ha Jumlah
penduduk petani
orang Tekanan
Penduduk TP
Suka Maju 3,979
0,240 0,589
211 5,453
Suka Baru 3,960
0,275 1,205
196 2,459
Suka Merindu
3,968 0,295
1,468 151
2,014 Air Pandan
2,097 0,308
2,597 199
0,596 Cipta Mulya
2,080 0,482
2,580 273
0,438 Suka
Makmur 2,032
0,833 2,444
176 0,141
Kebutuhan  petani  terhadap perluasan lahan mempunyai hubungan dengan tinggi rendahnya tekanan penduduk suatu daerah.  Semakin tinggi kebutuhan
petani terhadap perluasan lahan, maka akan semakin tinggi tekanan penduduk. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah  kebutuhan petani  terhadap perluasan
lahan, maka  akan semakin  rendah  tekanan penduduk.
5.453
2.459 2.014
0.596 0.438
0.141
0.000 1.000
2.000 3.000
4.000 5.000
6.000
Suka Maju Suka Baru Suka
Merindu Air
Pandan Cipta
Mulya Suka
Makmur
Desa Penelitian
KL a
JP LP
TP
Gambar  29  Kebutuhan lahan KL, proporsi pendapatan dari non-tani a, jumlah penduduk tani JP dan luas  lahan  pertanian  produktif LP,  serta
tekanan  penduduk TP pada  enam desa penelitian. Berdasarkan  hasil  penelitian  menunjukkan bahwa   tiga desa  memiliki
luas lahan pertanian produktif  yang tinggi  desa Cipta Mulya, Air Pandan dan Suka Makmur, sedangkan  tiga desa lain  luas lahan pertanian produktif  rendah
desa Suka Merindu, Suka Maju dan Suka Baru. Desa Suka Maju  yang  me miliki kebutuhan lahan lebih tinggi  dengan luas  lahan pertanian produktif yang lebih
rendah  dari desa Suka  Merindu dan Suka Baru dan menyebabkan   tekanan
penduduk desa Suka Maju menjadi lebih tinggi.
Secara  teoritis  proporsi pendapatan dari non-tani memiliki hubungan berlawanan  dengan tekanan  penduduk suatu daerah. Artinya, semakin tinggi nilai
proporsi pendapatan dari non-tani, maka  sebaliknya akan semakin  rendah nilai koefisien tekanan penduduk. Hasil penelitian  menunjukkan bahwa proporsi
pendapatan dari non-tani yang paling rendah  terdapat di desa  Suka Maju dengan fraksi sebesar  0,240  dengan koefisien tekanan penduduk terbesar  5,453.
Luas lahan pertanian produktif merupakan salah satu faktor penentu besar kecilnya nilai koefisien tekanan penduduk. Secara teoritis, semakin luas lahan
pertanian produktif atau lahan  budidaya yang dapat dinikmati manfaatnya oleh penduduk suatu daerah, maka  akan semakin kecil nilai koefisien tekanan
penduduk setempat.
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan  menunjukkan bahwa desa Suka Maju memiliki rata-rata luas lahan pertanian produktif 0,589  ha dengan tekanan
penduduk 5,453.  Hal ini berarti penduduk desa  Suka Maju  memiliki dorongan untuk memperluas lahan pertanian  yang  mereka miliki  sebanyak  5,453 kali.
Selain luas lahan pertanian produktif, jumlah penduduk petani di suatu daerah secara teroritis juga  menentukan besar kecilnya nilai koefisien tekanan
penduduk, semakin banyak jumlah penduduk petani akan semakin besar nilai koefisien tekanan penduduk. Desa Cipta Mulya, Air Pandan dan  desa Suka
Makmur walaupun memiliki jumlah penduduk petani yang besar tetapi desa ini juga memiliki luas lahan pertanian produktif yang lebih luas sehingga tekanan
penduduk  ke tiga desa ini menjadi  kecil. Desa  Cipta Mulya, Air Pandan dan  desa Suka Makmur ini merupakan
desa transmigrasi dan penduduknya sebagian besar bekerja di  kebun sawit atau kebun karet  secara  intensif. Sedangkan  penduduk desa  Suka Merindu, Suka
Maju dan Suka Baru   sebagian  besar  merupakan  penduduk  asli  yang mengolah  lahan  pertanian  dengan  berbagai jenis  tanaman  tidak  secara
intensif  atau  selalu membuka  lahan  secara berpindah-pindah.
5.10. Faktor Penyebab Tekanan Penduduk