5.3.6.4. Kandungan Fosfor, Kalsium, Magnesium, Sodium dan Potasium
Hasil analisis terhadap kandungan fosfor tanah menunjukkan bahwa tanah pada kawasan habitat gajah memiliki kandungan fosfor yang sangat rendah 0,4
ppm di lokasi I; 0,6 di lokasi II dan 0,4 ppm di lokasi III. Rendahnya kandungan fosfor karena lokasi habitat gajah tidak pernah mendapat pembinaan habitat,
juga kemungkinan disebabkan kawasan ini merupakan areal eks HPH PT. Maju Jaya Raya Timber dan di beberapa bagian dari kawasan habitat sedang
mengalami suksesi. Faktor lain kemungkinan karena tingginya curah hujan yang mengakibatkan pencucian terhadap mineral- mineral tanah.
Hasil analisis kandungan Ca, Mg, Na dan K di kawasan habitat gajah menunjukkan kriteria sifat kimia tanah tergolong rendah sampai sangat rendah.
Hal tersebut diduga karena bahan induk pembentuk tanah di kawasan habitat gajah memiliki kandungan unsur-unsur Ca, Mg, Na dan K yang rendah, juga
diduga karena unsur-unsur tersebut tercuci pada waktu musim hujan. Faktor utama yang menentukan ketersediaan unsur-unsur Ca, Mg, Na dan K dalam tanah
adalah pH tanah, drainase tanah, jerapan liat, reaksi kimia, serta ikatannya dengan bahan organik Hardjowigeno 1992.
5.3.6.5. Kapasitas Tukar Kation KTK
Nilai KTK tanah di lokasi I 4,93 me100 g; 5,81 me100 g di lokasi II; dan lokasi III 4,98 me100 g. Menurut kriteria sifat kimia tanah lokasi I sangat
rendah dan lokasi II termasuk kategori rendah sedangkan lokasi III kategori sangat rendah.
Pearson dan Ison 1997 menyatakan KTK yang rendah
berhubungan dengan miskinnya hara terutama fosfor dan kation-kation yang dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na dan K. Hal tersebut sesuai dengan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa kandungan P, Ca, Mg, Na dan K pada tingkat sangat rendah sampai rendah, sehingga nilai KTK juga berada dalam
kriteria sangat rendah dan rendah.
5.4. Kelerengan dan Ketinggian Tempat Kawasan HPT PLG Seblat
Gajah Sumatera sangat menyukai kawasan yang kelerengannya datar untuk mencari pakan dan sumber air. Kelerengan kawasan HPT PLG Seblat
berkisar dari datar sampai bergelombang dengan ketinggian berkisar 56-113 m dpl Anonim 2000.
Berdasarkan SK Mentan No.837KptsUm111980 kemiringan lereng dikelompokkan menjadi datar 0-8, landai 8-15, agak curam 15-25,
curam 25-45 dan sangat curam 45. Hasil penelitian menunjukkan topografi di kawaan HPT PLG Seblat bervariasi dengan tingkat ketinggian dari
permukaan laut mulai dari 50 m dpl sampai dengan 82 m dpl. Demikian juga dengan kelerengankemiringan kawasan HPT PLG Seblat memiliki kelerengan
yang bervariasi dari datar hingga bergelombang 5
o
hingga 9
o
dengan kondisi suhu sekitar berkisar antara 28
o
C-30
o
C. Ketinggian dan kelerengan tempat di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20 Ketinggian dan kelerengan tempat lokasi penelitian HPT PLG Seblat No
Lokasi Penelitian Ketinggian tempat dari
permukaan laut m Kelerengan
tempat
o
1. Air Tenang
50 5
2. Air Senaba
62 7
3. Air Riki
75 8
4. Simpang Tiga
79 6
5. Air Sabai
80 8
6. Batu Ampar
82 9
Pada lokasi yang berbukit menunjukkan bahwa kelerengan curam sampai sangat curam. Lokasi untuk mengasin gajah ditemukan pada dinding
sungai ataupun tebing, hal ini ditunjukkan dengan adanya bekas galian tanah yang dilakukan oleh gajah. Aktivitas gajah lebih banyak pada daerah yang datar
hingga landai, dengan ketinggian berkisar antara 50 m dpl hingga 100 m dpl hal ini disebabkan karena gajah memiliki tubuh yang besar dengan bobot
badan yang berat akan menyulitkan gajah untuk mencari makan, minum, mandi dan berkubang pada lokasi yang curam hingga sangat curam.
5.5. Mengasin Saltlick
5.5.1. Perilaku Mengasin
Mengasin saltlick merupakan salah satu tingkah laku gajah dalam pemenuhan garam mineral. Kegiatan ini sangat penting untuk membantu proses
metabolisme dan menjaga keseimbangan konsentrasi ion dalam tubuhnya serta melancarkan proses pencernaan makanan. Perilaku mengasin dilakukan dengan
cara mengkonsumsi tanah. Gumpalan tanah yang di makan banyak mengandung unsur garam pospor P, calsium Ca, magnesium Mg, potasium K, sodium
Na dan lain- lain.Unsur pospor sangat penting dan biasanya satwa yang kekurangan unsur ini dapat mempengaruhi daya reproduksinya. Unsur ini pun
dibutuhkan gajah untuk proses fermentasi karbohidrat. Unsur Ca dan Mg dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan kekuatan gigi.
Pemenuhan kebutuhan garam yang dilakukan gajah biasanya diikuti dengan aktivitas lainya, seperti mencari makan, minum, ataupun berkubang.
Perilaku mengasin gajah berbeda dengan satwa lainnya, tanah yang mengandung unsur garam dimakan oleh gajah, tidak seperti badak yang hanya menjilati tanah
tersebut. Aktivitas mengasin gajah biasanya dilakukan selama ataupun sesudah hujan turun, karena pada saat itu air tercampur dengan tanah yang menyebabkan
tanah menjadi lembab dan mudah hancur. Pada gajah jantan dan betina terdapat perbedaan dalam perilaku
mengasinnya. Gajah jantan melakukan kegiatan mengasin dengan cara menusukan gadingnya ke tebing tanah sehingga menyebabkan terjadinya perubahan struktur
fisik tanah, yaitu tanah menjadi berlubang dan berserakan akibat dorongan dari gadingnya tersebut. Biasanya tanah yang berserakan tadi akan dimakannya dan
sisanya akan ditaburkan ke seluruh tubuhnya untuk mengusir lalat serta nyamuk yang menempel di tubuhnya, selain itu digunakan untuk melindungi tubuhnya dari
sinar matahari karena gajah sangat peka akan sengatan sinar matahari. Untuk gajah betina pencarian garam dilakukan dengan cara menghentakan kaki
depannya ke lantai hutan atau gundukan tanah, memakan lumpur yang ada di dasar dan tepi rawa, menggali tanah, lumpur, bahkan pasir dengan belalainya dan
memakannya.
5.5.2. Bentuk Tempat Mengasin
Pada umumnya tempat mengasin gajah Sumatera adalah tepi tebing sungai, gundukan tanah, bongkahan kayu mati yang menjadi sarangrumah semut
dan lumpur di tepi rawakubangan. Umumnya gajah melakukan kegiatan mengasin di dekat sumber air seperti sungai. Hal ini terbukti dengan banyaknya
jejak yang ditemukan di dekat sumber-sumber air, baik itu berupa jejak tapak kaki maupun lubang tusukan.
Pada lokasi saltlick yang berupa tebing, biasanya terdapat jejak berupa lubang-lubang tusukan gading gajah, jumlah tusukan bervariasi antara 5-12
tusukan dengan diameter tusukan yang berbeda-beda antara 10-37 cm dan kedalaman tusukan + 14-35 cm. Diameter dan kedalaman tusukan gading
tergantung pada besar dan panjangnya gading serta kekerasan media tanah. Tempat mengasin disajikan pada Gambar 17 dan Gambar 18.
Gambar 17 Tempat mengasin yang berupa lubang tusukan a.
Gambar 18 Tempat mengasin yang berupa lubang tusukan b. Jumlah tusukan pada setiap tebing berbeda-beda tergantung pada jumlah
gajah yang melakukan kegiatan mengasin. Bahkan ditemukan pula lubang tusukan gading yang sudah hancur dan tidak berbentuk lubang tusukan, melainkan
hancuran tanah yang sudah berserakan. Hal ini menggambarkan bahwa terdapat lebih dari satu gajah yang melakukan kegiatan mengasin di tempat tersebut.
Kegiatan mengasin pada gajah dilakukan secara temporal dan fleksibel, kegiatan ini biasa dilakukan pada saat makan, minum, mandi maupun berkubang.
Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan tempat mengasin dengan bentuk tebing di utara kawasan HPT PLG Seblat jejak lubang tusukan yang terdapat di dinding
tebing membuktikan bahwa gajah tersebut pernah mendatangi tempat ini untuk mengasin, hal ini di buktikan dengan ditemukanya jejak-jejak yang ditinggalkan
oleh gajah tersebut, baik berupa tapak kaki, lumpur yang menempel pada beberapa pohon yang tingginya +1,5-2 m, serta longsoran tanah yang dibuat
dengan sengaja untuk menuruni dan menaiki tebing. Tidak hanya berbentuk tebing tanah, gajah dapat pula mengasin dengan cara menghancurkan dan
memakan gundukan tanah atau bongkahan kayu yang sudah mati yang menjadi sarangrumah bagi semut, lumpur di dasar atau tepi rawa dan kubangan.
5.6. Analisis Vegetasi 5.6.1. Struktur Vegetasi dan Komposisi Jenis
Struktur vegetasi suatu habitat antara lain ditentukan oleh penyebaran individu dan kelimpahan masing- masing jenis tumbuhan. Hasil analisis
vegetasi terhadap jumlah jenis; tumbuhan bawah, semai, pancang, tiang dan pohon di enam lokasi penelitian pada kawasan HPT PLG Seblat disajikan pada
Tabel 21 dan lokasi pengambilan sampel disajikan pada Gambar 19. Tabel 21 Jumlah jenis tumbuhan tiap tingkat vegetasi pada seluruh lokasi
penelitian di kawasan HPT PLG Seblat Lokasi
Penelitian Tingkat Vegetasi
Tumbuhan bawah
Semai Pancang
Tiang Pohon
Jumlah Air
Tenang 32
39 40
55 59
225 Air Senaba
32 35
38 47
63 215
Simp Tiga 31
30 38
57 51
207 Air Riki
29 34
33 44
57 197
Air Sabai 31
38 39
55 52
215 Batu
Ampar 23
32 40
58 60
213 Tabel 21 memperlihatkan jumlah jenis yang paling banyak terdapat di Air
Tenang sebanyak 225 jenis. Kemudian Air Senaba dan Air Sabai masing- masing 215 jenis. Batu Ampar 213 jenis, Simpang Tiga 207 jenis dan Air Riki 197 jenis.
Tingkat vegetasi yang paling banyak adalah pohon sebanyak 63 jenis yang terdapat di Air Senaba, sedangkan yang paling sedikit adalah tumbuhan bawah
sebanyak 23 jenis di lokasi Batu Ampar. Bervariasi jumlah individu dari berbagai tingkat vegetasi disebabkan
lokasi pengambilan sampel Air Tenang dan Air Riki, Air Senaba mewakili komunitas hutan sekunder, Air Sabai dan Simpang Tiga yang mewakili tipe
vegetasi semak dan padang rumput. Batu Ampar merupakan tipe hutan primer Perubahan struktur vegetasi yang disebabkan oleh fragmentasi hutan
menyebabkan gajah berpindah dari suatu tempat ketempat lain untuk mencari pakan Osborn 2002.
Berdasarkan Indeks
Nilai Penting INP, yaitu
indeks yang
menggambarkan dominasi suatu jenis tumbuhan, menunjukkan bahwa berturut- turut untuk Air Tenang sampai Batu Ampar, jenis dominan untuk vegetasi
tumbuhan bawah adalah Colocasia gigantea INP=13,35 Air Tenang, Imperata cylindrica INP=15,52 Air Senaba dan INP=15,73 Simpang Tiga, Cynodon
dactylon INP=15,30 Air Riki, Tithonia diversifolia INP=11,77 Air Sabai dan Ichnanthus vicinus INP=13,74 Batu Ampar.
Tingkat semai didominasi oleh Dillenia excelsa INP=10,76 Air Tenang, Angiopteris avecta INP=11,26 Air Senaba dan INP=15,63 Simpang Tiga,
Knema sp INP=17,78 Air Riki, Macaranga gigantea INP=10,66 Air Sabai dan Dacryodes rostrata INP=17,08 Batu Ampar. Tingkat pancang didominasi oleh
Macaranga pruinosa INP=8,58 Air Tenang, Parkia speciosa INP=11,38 Air Senaba dan INP=10,91 Simpang Tiga, Mallotus paniculatus INP=14,78 Air Riki
dan INP=12,98 Batu Ampar, dan Macaranga gigantea INP=12,59 Air Sabai. Tingkat tiang didominasi oleh Shorea sp masing- masing INP=13,51 Air
Tenang, INP=13,02 Simpang Tiga dan INP=12,83 Air Sabai, Mallotus paniculatus INP=30,95 Air Senaba dan INP=22,44 Batu Ampar, Arthocarpus
elasticus INP=25,35 Air Riki. Kemudian tingkat pohon yang mempunyai INP tertinggi adalah Arthocarpus elasticus INP=16,72 Air Tenang, Mallotus
paniculatus INP=15,64 Air Senaba dan INP=21,08 Air Sabai, Shorea sp INP=27,11 Simpang Tiga , INP= 15,99 Air Riki dan INP= 13,38 Batu Ampar.
Secara lengkap jenis dominan disajikan pada Lampiran 1. Beberapa jenis tumbuhan seperti Colocasia gigantea, Imperata
cylindrica, Cynodon dactylon dan Ichnanthus vicinus adalah tumbuhan pakan gajah. Jenis tumbuhan pakan lain yang juga dominan adalah Angiopteris avecta,
Knema sp, Macaranga gigantea, Macaranga pruinosa, Parkia speciosa, Mallotus paniculatus, dan Arthocarpus elasticus merupakan tumbuhan pakan
yang mempunyai nilai penting tertinggi pada tingkat semai, pancang, tiang dan pohon di lokasi penelitian.
Gambar 19 Lokasi sampel vegetasi di kawasan HPT PLG Seblat .
5.6.2. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan
Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan yang paling besar untuk tumbuhan bawah terdapat di Air Sabai H=4,769, tingkat semai dan tingkat
pancang terdapat di Air Tenang masing- masing H=5,144 dan H=5,138, tingkat tiang dan tingkat pohon terdapat di Air Senaba masing- masing H=5,568 dan
H=5,628. Secara lengkap indeks keanekaragaman disajikan pada Tabel 22. Tabel 22 Indeks keanekaragaman jenis tiap tingkat vegetasi pada seluruh lokasi
penelitian Lokasi
Penelitian Indeks Keanekaragaman H
Tumbuhan bawah
Semai Pancang
Tiang Pohon
Air Tenang 4,576
5,144 5,138
5,489 5,519
Air Senaba 4,751
4,943 4,999
5,568 5,628
Simpang Tiga 4,728
4,733 5,037
4,816 5,349
Air Riki 4,736
4,671 4,773
5,281 5,471
Air Sabai 4,769
5,133 4,964
4,929 5,486
Batu Ampar 3,256
4,733 5,093
5,513 5,603
Hasil analisis indeks keanekaragaman pada semua tingkat vegetasi, indeks keanekaragaman jenis di lokasi Air Tenang memiliki indeks
keanekaragaman relatif sama dengan Batu Ampar. Air Sabai relatif sama dengan Simpang Tiga. Air Senaba relatif sama dengan Air Riki. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa lokasi dengan indeks keanekaragaman yang relatif sama memiliki kelimpahan jenis yang sama. Lokasi Air Senaba, Air Riki dan Air
Tenang merupakan hutan sekunder. Air Sabai dan Simpang tiga mewakili semak belukar dan padang rumput. Sedangkan Batu Ampar merupakan hutan primer.
Dendrogram indeks keanekaragaman tingkat vegetasi dari masing- masing lokasi penelitian disajikan pada Gambar 20.
Var ia bles S
im ila
ri ty
A ir Sabai Simp an g Tiga
A ir Se naba Air Riki
Bat u Amp ar A ir Te nan g
83.86
89.24
94.62
100.00
I ndek Kea neka ragaman
Gambar 20 Dendrogram indeks keanekaragaman tingkat vegetasi dari masing- masing lokasi penelitian.
Nilai keanekaragaman jenis tumbuhan yang tinggi dari berbagai tingkat vegetasi diduga berbanding lurus dengan keanekaragaman fungsinya
sebagai habitat gajah. Lokasi- lokasi yang tinggi keanekaragaman jenis tumbuhan pada tingkat tumbuhan bawah, semai, dan pancang; fungsi habitat
utamanya sebagai tempat mencari makan karena menurut Eltringham 1982 gajah lebih banyak mengkonsumsi tumbuhan pakan pada tingkat tersebut.
Sedangkan nilai keanekaragaman jenisnya tinggi pada tingkat tiang dan pohon, berfungsi sebagai pelindung cover, antara lain sebagai tempat berlindung,
beristirahat dan menjalin hubungan sosial.
5.6.3. Keseragaman Jenis Tumbuhan
Indeks keseragaman jenis tumbuhan tiap tingkat vegetasi disajikan pada Tabel 23. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa Air Riki memiliki
indeks keseragaman tertinggi untuk tumbuhan bawah J’=0,975. Tingkat semai Indeks tertinggi ditemukan pada lokasi Air Sabai J’=0,978. Tingkat pancang
indeks keseragaman tertinggi terdapat di Air Tenang J’= 0,965. Pada tingkat tiang, indeks keseragaman tertinggi adalah Air Sabai J’=1,036. Lokasi Air
Senaba mempunyai indeks keseragaman tertinggi pada tingkat pohon J’=1,057.
Tabel 23 Indeks keseragaman jenis tumbuhan tiap tingkat vegetasi pada seluruh lokasi penelitian
Lokasi Penelitian
Indeks Keseragaman J’ Tumbuhan
bawah Semai
Pancang Tiang
Pohon Air Tenang
0,915 0,973
0,965 0,949
0,938 Air Senaba
0,950 0,964
0,952 0,905
1,057 Simpang Tiga
0,954 0,964
0,960 0,955
0,967 Air Riki
0,975 0,918
0,946 0,903
0,938 Air Sabai
0,963 0,978
0,939 1,036
0,938 Batu Ampar
0,720 0,947
0,957 0,902
1,053 Indeks keseragaman ini berhubungan erat dengan kelimpahan dan
jumlah jenis tumbuhan yang terdapat pada suatu komunitas. Bila jumlah individu jenis tumbuhan di dalam satu komunitas penyebarannya lebih merata, dalam
arti tidak ada kesenjangan dalam kelimpahannya, dapat dikatakan komunitas tersebut lebih seragam dan mempunyai indeks keseragaman maksimum.
Berdasarkan hasil penghitungan indeks Simpson’s untuk indeks keseragaman evenness, di dapat hasil bahwa indeks evenness yang paling besar
adalah tingkat pohon J’=1,057 dan indeks terendah adalah tumbuhan bawah J’=0,720 hal ini berhubungan dengan jumlah jenis dan indeks keanekaragaman
tertinggi untuk tingkat pohon terdapat di Air Senaba dan terendah untuk tumbuhan bawah terdapat di Batu Ampar.
5.6.4. Kesamaan Komunitas
Pengamatan kesamaan komunitas dilakukan pada enam lokasi yang dianggap mewakili sebagian dari habitat gajah di HPT PLG Seblat. Ke enam
lokasi pengamatan tersebut mempunyai kondisi vegetasi yang relatif sama. Lokasi Air Tenang, Air Senaba dan Air Riki merupakan tipe vegetasi hutan
sekunder. Batu Ampar merupakan tipe vegetasi hutan primer. Sedangkan Air Sabai dan Simpang Tiga merupakan tipe vegetasi semak belukar dan padang
rumput. Terbentuknya vegetasi semak belukar merupakan akibat gangguan terhadap ekosistem hutan yang berlangsung cukup lama, mengingat adanya
kegiatan looging di masa lalu dan kemudian di susul dengan penggunaan lahan untuk areal perkebunan dan pembuatan jalan yang digunakan untuk membawa
hasil perkebunan. Keanekaragaman tipe komunitas vegetasi habitat gajah di lokasi
penelitian dapat dianalisis dengan membandingkan indeks kesamaan komunitas antara komunitas-komunitas yang diamati. Hasil perhitungan menunjukkan
bahwa secara umum tipe komunitas vegetasi habitat gajah di lokasi penelitian bisa dikatakan relatif sama. Hal ini dapat dilihat dari nilai indeks yang
dihasilkan untuk semua tingkat vegetasi lebih dari 25. Menurut Meuller- Dombois dan Ellenberg 1974 indeks kesamaan komunitas Jaccard antara
25 hingga 50 menunjukkan bahwa komunitas yang dibandingkan merupakan bagian dari asosiasi vegetasi yang sama. Nilai tersebut diukur
berdasarkan kehadiran jenis dalam suatu komunitas. Kesamaan komunitas vegetasi disajikan pada Lampiran 7.
Tumbuhan bawah memiliki kesamaan dari seluruh lokasi penelitian. Derajat kesamaan komunitas terbesar dimiliki lokasi Air Senaba dan Simpang
Tiga 85,88. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa lokasi Air Senaba dan Simpang Tiga mempunyai kesamaan pada vegetasi tumbuhan bawah.
Lokasi Air Senaba dan Batu Ampar memiliki indeks kesamaan terbesar 77,72 untuk vegetasi tingkat semai. Sedangkan pasangan lokasi Air Tenang
dan Air Riki hanya 36,72. Pada tingkat pancang indeks kesamaan komunitas terbesar terdapat pada pasangan lokasi Air Senaba dengan Simpang Tiga
82,64. Indeks kesamaan komunitas tertinggi pada tingkat tiang sebesar 79,60
terdapat di lokasi Simpang Tiga dengan Air Sabai. Sedangkan lokasi Air Tenang dan Air Senaba memiliki indeks kesamaan komunitas tingkat tiang terendah
32,64. Lokasi Air Riki dengan Batu Ampar memiliki indeks kesamaan komunitas tertinggi untuk tingkat pohon sebesar 74,30, sedangkan indeks
kesamaan komunitas terendah untuk tingkat pohon terdapat pada pasangan lokasi Simpang Tiga dengan Air Riki.
Secara umum dapat dikatakan bahwa dari indeks kesamaan komunitas, keenam lokasi penelitian yang dianalisis sebagai representasi dari habitat gajah
menunjukkan adanya kesamaan similarity antara komunitas-komunitas yang diteliti. Adanya kesamaan komunitas ke enam lokasi penelitian disebabkan
karena lokasi habitat gajah di HPT PLG Seblat merupakan areal eks konsesi HPH PT. Maju Jaya Raya Timber yang sudah berakhir masa konsesi pada
tahun 1999. Struktur tegakan dapat juga dilihat dari kerapatan pohon dan pola
penyebaran menurut kelas diameternya. Pola penyebaran kerapatan menurut kelas diameter dapat menggambarkan kondisi ekosistem hutan yang
bersangkutan. Hasil analisis kerapatan menurut kelas diameter untuk setiap lokasi penelitian disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24 Kerapatan pohon per hektar menurut kelas diameter Lokasi
Penelitian Kerapatan Pohonha Menurut Kelas Diameter cm
20-30 cm 30-40 cm
40-50 cm 50 cm
Air Tenang 101
84 30
4 Air Senaba
90 57
24 9
Simpang Tiga 69
73 20
9 Air Riki
87 84
30 4
Air Sabai 81
52 31
7 Batu Ampar
100 84
37 11
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa secara keseluruhan, kerapatan pohon yang berdiameter 20 – 30 cm tertinggi terdapat di Air Tenang 101
pohonha. Kerapatan pohon terendah adalah yang berdiameter 50 cm masing- masing terdapat di Air Tenang dan Air Riki sebanyak 4 pohonha.
Dari komposisi jenis tumbuhan mempunyai struktur kualitatif yang berbeda. Lokasi Air Tenang, Air Sabai, Simpang Tiga, Air Riki menyediakan
banyak tumbuhan sumber pakan dari jenis rumput pendek short grasses, semak dan herba serta beberapa jenis pakan kesukaan gajah seperti: Angiopteris avecta,
Nephrolepis exaltata, Axonopus compressus, Colocasia gigantea, Cynodon dactylon, Desmodium dichotonum, Gleichenia linearis, Tithonia diversifolia,
Achasma megalocheilas, Cyperus compressus, Ichnanthus vicinus, Imperata cylindrica, Panicum repens, Paspalum conjungatum, Nephelium lapaceum,
Dillenia excelsa, Alstonia pneumetophora, Garcinia parvifolia, Pithecellobium jiringa, Arthocarpus elasticus, Mallotus paniculatus, Macaranga gigantea,
Arthocarphus heterophyllus, Peronema canescens, dan Macaranga pruinosa. Gajah menggunakan lokasi ini sebagai tempat untuk aktivitas
makan. Lokasi Batu Ampar dan Air Senaba mempunyai struktur kualitatif
vegetasi yang dapat dikatakan memenuhi beberapa fungsi habitat, yaitu sebagai lokasi makan, beristirahat dan berlindung serta menjalin hubungan
sosial, karena terdapatnya jenis-jenis tumbuhan pakan kesukaan seperti: Cyperus compressus, Ichnanthus vicinus, Imperata cylindrica, Tithonia
diversifolia, Nephelium lapaceum, Angiopteris avecta, Garcinia mangostana, Dacryodes rostrata, Arthocarpus elasticus, Mallotus paniculatus, Albizzia falkata
, Acacia mangium, dan Macaranga pruinosa, Cynodon dactylon, Desmodium dichotonum, Setaria geniculata, Carex fragrans, Artocarphus heterophyllus,
Arthocarpus elasticus, Santiria laevigata, Nephrolepis exaltata auct , Digitaria ciliaris, Paspalum conjungatum, Vitex pubescens, Macaranga gigantea, dan
Garcinia parvifolia, kerapatan tumbuhan pada tingkat tiang dan pohon yang cukup tinggi, pohon-pohon dengan diameter besar dan bertajuk cukup rapat
yang memungkinkannya sebagai naungan. Pohon-pohon yang digunakan untuk menggosok-gosokkan badan gajah
sesudah aktivitas berkubang rubbing trees juga tersedia, terlihat dari bekas atau tanda lumpur yang menempel pada batang pohon bekas gosokan badan
gajah. Hal ini menunjukkan bahwa kubangan gajah terdapat di sekitar lokasi ini. Diagram profil vege tasi di lokasi istirahat dan lokasi berkubang disajikan pada
Gambar 21 dan Gambar 22.
5.7. Tumbuhan Pakan Gajah
Gajah adalah herbivora yang pakannya bersumber pada tumbuh-tumbuhan yang meliputi: daun, batang dan kulit batang, umbi, umbut, akar dan buah. Di
habitat alaminya gajah menjelajah hutan dalam area yang sangat luas untuk memenuhi kebutuhan pakan kelompoknya, mengingat ukuran tubuhnya yang
besar yang membutuhkan makanan lebih banyak dibandingkan herbivora lainnya. Sukumar 1985 menyatakan bahwa, meskipun gajah India adalah
pemakan segala jenis tumbuhan namun ada beberapa ordo yang paling sering dikonsumsinya sebanyak 68 dari jenis tumbuhan yang tercatat sebagai pakan
gajah, adalah dari ordo Malvales dari suku Malvaceae, Sterculiaceae, dan Tilliaceae, kemudian dari suku Leguminoceae, Palmae, Cyperaceae dan
Graminae. Dari hasil penelitian ini menunjukkan beberapa jenis pakan gajah yang
dikonsumsi termasuk dalam suku Annonaceae, Apocynaceae, Araceae, Arecaceae, Asteraceae, Bambucaceae, Bombacaceae, Burseraceae, Davalliaceae,
Dilleniaceae, Dipterocarpaceae,
Euphorbiaceae, Fabaceae,
Fagaceae, Flacourtiaceae,
Gleicbeniaceae, Guttiferae, Hernandiaceae,
Lauraceae, Malvaceae, Marattiaceae, Melastomataceae, Mimosaceae, Moraceae,
Pandanaceae, Poaceae, Sapindaceae, Sapotaceae, Theaceae, Thymeleaceae, Verbenaceae, dan Zingeberaceae.
5.7.1. Jumlah dan Kerapatan Jenis Pakan Gajah
Hasil analisis data jumlah jenis pakan gajah di HPT PLG Seblat menunjukkan bahwa jumlah jenis pakan gajah dari tingkat tumbuhan bawah,
semai dan pancang untuk masing- masing lokasi bervariasi. Jumlah jenis pakan gajah disajikan pada Tabel 25.
Tabel 25 menunjukkan bahwa jumlah jenis tumbuhan pakan gajah yang terdapat di lokasi Air Tenang memiliki jumlah yang paling banyak 70
jenis, kemudian lokasi Air Senaba 67 jenis, Simpang Tiga 66 jenis, Air Riki 63 jenis, Air Sabai 64 jenis dan Batu Ampar 59 jenis tumbuhan pakan gajah.
Bervariasi jumlah jenis pakan gajah menunjukkan bahwa adanya perbedaan tipe vegetasi dari masing- masing lokasi penelitian.
Gambar 21 Diagram profil vegetasi di lokasi istirahat.
Gambar 22 Diagram profil vegetasi di lokasi berkubang.
Tabel 25 Jumlah jenis pakan gajah di kawasan HPT PLG Seblat Lokasi
Tumbuhan Bawah
Semai Pancang
Jumlah Air Tenang
31 20
19 70
Air Senaba 31
17 19
67 Simpang Tiga
30 16
20 66
Air Riki 28
19 16
63 Air Sabai
30 17
17 64
Batu Ampar 21
19 19
59 Kerapatan tumbuhan pakan gajah per hektar mencerminkan banyaknya
individu tumbuhan pakan per hektar yang dapat menyediakan pakan bagi gajah. Kerapatan tumbuhan pakan per hektar di lokasi penelitian disajikan pada
Tabel 26 . Tabel 26 Kerapatan per hektar tumbuhan pakan gajah di HPT PLG Seblat
Lokasi Tumbuhan
bawah individuha
Semai individuha
Pancang individuha
Air Tenang 80500
15125 2700
Air Senaba 112500
16375 2400
Simpang Tiga 79000
9250 2600
Air Riki 115500
13500 2320
Air Sabai 98500
15375 2560
Batu Ampar 78000
17125 2680
Hasil analisis terhadap kerapatan tumbuhan per hektar menunjukkan bahwa tingkat tumbuhan bawah mendominasi dari kerapatan per hektar
dibandingkan tingkat vegetasi yang lain semai dan pancang. Lokasi Air Riki memiliki kerapatan tertinggi untuk tumbuhan bawah 115500 individuha.
Tingkat semai tertinggi terdapat di Batu Ampar sebesar 17125 individuha. Lokasi Air Tenang memiliki kerapatan tertinggi untuk tingkat pancang
sebanyak 2700 individuha.
a. Air Tenang
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, wawancara petugas dan masyarakat lokal serta studi pustaka, diperoleh sebanyak 70
jenis tumbuhan pakan gajah Sumatera yang terdiri dari tumbuhan bawah, tingkat semai dan
pancang. Jumlah jenis tumbuhan pakan gajah di Air Tenang dapat dilihat pada Gambar 23.
5 10
15 20
25 30
35
Tumbuhan bawah Semai
Pancang
Tingkat Tumbuhan Pakan Jumlah Jenis
Tumbuhan Pakan
Tumbuhan bawah Semai
Pancang
Gambar 23 Jumlah jenis tumbuhan pakan gajah di Air Tenang. Dari gambar 23 dapat diketahui bahwa pada tipe komunitas hutan
sekunder ditemukan jenis tumbuhan pakan gajah Sumatera dari berbagai tingkatan. Jumlah jenis tumbuhan pakan gajah di dominasi oleh tumbuhan bawah
memiliki 31 jenis, tingkat semai 20 jenis dan pancang 19 jenis. Banyaknya jenis tumbuhan bawah disebabkan karena lokasi Air Tenang
merupakan tipe vegetasi hutan sekunder yang banyak terdapat jenis tumbuhan bawah seperti; Colocasia gigantea, Cyperus compressus, Desmodium
dichotonum, Gleichenia linearis, Ichnanthus vicinus, Achasma megalocheilas, dan Setaria geniculata.
Tingkat semai didominasi jenis Macaranga pruinosa, Mallotus paniculatus, Peronema canescens, Angiopteris avecta, Nephellium lappaceum,
Garcinia mangostana, dan Dillenia excelsa.
Macaranga pruinosa, Arthocarpus elasticus, Mallotus paniculatus, Vitex pubescens, dan Macaranga gigantea merupakan jenis yang dominan sebagai
pakan gajah pada tingkat pancang.
b. Air Senaba