Teknik Sistem Informasi Geografis

tidak jauh berbeda dengan peningkatan dari hasil simulasi terhadap parameter indikator. Sedangkan jika perubahan parameter penentu mengakibatkan perubahan yang sangat besar pada parameter indikator, maka parameter penentu tersebut dikatakan sensitif s. Ukuran untuk menilai apakah perubahan nilai tersebut sensitif atau tidak sensitif, maka dapat didasarkan pada perubahan pada parameter indikator berdasarkan perubahan nilai parameter penentu. Jika parameter penentu dinaikan sebanyak 50 dan perubahan nilai pada indikator parameter meningkat jauh melebihi 50 maka dikatakan bahwa parameter penentu tersebut sensitif pada parameter indikator tertentu. Sedangkan jika perubahan dilakukan pada parameter penentu dinaikkan dan diturunkan tidak memberikan perubahan yang sangat besar terhadap parameter indikator, dikatakan bahwa parameter penentu tersebut tidak sensitif pada parameter indikator tertentu.

2.13. Teknik Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis SIG merupakan sistem berdasarkan komputer yang terorganisir dari perangkat keras hardware, perangkat lunak soft ware data geografi dan pengguna yang dirancang untuk menangani data yang bereferensi geografi atau tempat dipermukaan bumi. Data geografis tersebut disimpan, diperbaiki, dimanipulasi, dianalisa, disajikan dan dijelaskan untuk keperluan pengambilan keputusan Prahasta 2001. Secara definisi Sistem Informasi Geografis SIG dapat dipandang dari berbagai segi pendekatan, meliputi; Pendekatan proses process oriented approach, pendekatan kegunaan alat toolbox approach, pendekatan data base data base approach dan pendekatan aplikasi application approach. Sistem Informasi Geografis SIG merupakan suatu teknik yang mempunyai kemampuan sebagai pangkalan data yang selalu dapat diperbaharui dan ditambah isinya sedemikian rupa sehingga data tersebut bisa dipilih untuk dipergunakan bagi berbagai kepentingan dalam suatu perencanaan atau pengambilan keputusan. Di dalam SIG data disimpan dalam dua bentuk yaitu data spasial dan data atribut. Apabila dilakukan analisis maka data spasial dan data atribut yang tersimpan secara terpisah ini diintegrasikan MacGuire dan Goodchild 1991. Berdasarkan kemampuan SIG yang dapat diandalkan tersebut, sehingga SIG banyak digunakan untuk pengambilan keputusan dalam suatu perencanaan. Menurut Rusli 1998, apabila menggunakan data yang diperoleh dari analisa penginderaan jauh yang menghasilkan citra satelit dan foto udara yang dapat dihubungkan secara langsung, maka data diperoleh dari periode tertentu yang pada area yang sama, dipakai untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada suatu roman permukaan bumi. Data yang direkam adalah keadaan nyata, sehingga proses pengolahan input data menjadi output data adalah suatu rangkaian yang dimulai dari keadaan nyata, direkam dalam bentuk citra, foto udara dan peta kemudian dengan fasilitas SIG data disimpan dan diolah untuk menghasilkan output berupa informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan bagi pengguna untuk melakukan kegiatan pada keadaan yang nyata. Prahasta 2001 menguraikan SIG berdasarkan definisi-definisi yang telah berkembang menjadi beberapa subsistem berikut : 1. Data Input. Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggungjawab dalam mengkonversi atau mentransformasi format-format data aslinya kedalam format yang dapat digunakan SIG 2. Data Output. Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti: table, grafik, peta dan lain- lain. 3. Data Management. Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut kedalam sebuah data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di-update, dan di -edit. 4. Data Manipulation dan Analysis. Subsistem ini menentukan informasi- informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu subsistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan. Sistem penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis SIG telah banyak diaplikasikan untuk berbagai bidang kehidupan sumberdaya alam, biologi, kependudukan, lingkungan, dan lain- lain. Sebagian contoh aplikasi tersebut adalah dalam penentuan karakteristik spasial habitat beberapa jenis burung rangkong di Taman Nasional Danau Sentarum Kumara 2006. Dengan penginderaan jauh dan SIG dapat diketahui tipe penutupan lahan di tiap vegetasi yang mempengaruhi keberadaan burung rangkong. Muntasib 2002 menyatakan bahwa penggunaan ruang habitat oleh badak Jawa Rhinoceros sondaicus, Desm 1822 di Taman Nasional Ujung Kulon dapat ditentukan berdasarkan analisis data melalui analisis spasial dan statistik menggunakan SIG, berdasarkan metode tumpang susun overlay, pembobotan weighting, dan pengharkatan scoring. Proses pemasukan data spasial menggunakan SIG.

III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bengkulu Utara, Propinsi Bengkulu. Lokasi yang dijadikan studi kasus adalah hutan produksi terbatas fungsi khusus kawasan Seblat pada wilayah Kecamatan Putri Hijau yang merupakan daerah sebaran dan habitat gajah Sumatera Elephas maximus sumatranus, dan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan habitat gajah. Status kawasan merupakan Hutan Produksi Terbatas HPT fungsi khusus Pusat Latihan Gajah PLG Seblat berdasarkan SK Menhut No 658Kpts-II1995 tanggal 8 Desember 1995 dengan luas kawasan 6.865 ha. Secara administratif terletak di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, Propinsi Bengkulu, mencakup wilayah Kecamatan Putri Hijau. Secara Geografis terletak pada 101 o 39’18” – 101 o 44’50” BT dan 03 o 03’12” –03 o 09’24” LS, dengan batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Berbatasan dengan PT Alno Agro Utama AAU Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Suka Maju dan Desa Suka Merindu Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Suka Makmur Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Satuan Pemukiman V Desa Cipta Mulya dan Desa Satuan Pemukiman VII Desa Air Pandan Pemilihan lokasi penelitian Gambar 3 didasarkan pada kondisi berkurangnya daya dukung habitat gajah untuk memenuhi kebutuhan hidup yang mendasar, seperti: ketersediaan sumber pakan, dan pelindung cover bagi kelompok populasi gajah yang cukup besar akibat dari konversi lahan yang ada di sekitar habitat gajah untuk dijadikan kebun sawit, lahan transmigrasi, ladang penduduk dan pemukiman masyarakat. Berkurangnya habitat berarti daya dukung habitat untuk mendukung kehidupan menjadi menurun, sehingga gajah keluar dari habitat alaminya ke tempat lain yang menyediakan sumber pakan, seperti perkebunan kelapa sawit, perladangan, bahkan ke pemukiman penduduk dan banyak menimbulkan kerusakan ataupun konflik manusia- gajah. Waktu penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2006 sampai bulan Juni 2007. Penelitian dilaksanakan di lapangan kawasan habitat gajah dan masyarakat disekitarnya, dan di laboratorium teknologi pakan Fakultas