Evaluasi Erosi Analisis Jasa Lingkungan Penerapan Model Usahatani Konservasi

dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ternak akan menghasilkan kotoran dan sisa-sisa pakan yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 29. Gambar 29. Sistem Integrasi Usahatani Konservasi Tanaman Sayuran dengan Ternak Sapi. Jenis ternak yang banyak diusahakan di hulu sub DAS Cikapundung adalah ternak sapi perah. Pemeliharaan ternak sapi perah memerlukan banyak curahan tenaga kerja, sehingga sebagian besar petani yang memelihara ternak sapi tidak berusahatani tanaman sayuran. Dengan demikian, sistem integrasi dalam suatu wadah kelembagaan KUK sangat tepat.

5.5.4. Evaluasi Erosi dan Analisis Jasa Lingkungan Penerapan Model

Usahatani Konservasi

A. Evaluasi Erosi

Tingkat kerusakan tanah di hulu sub DAS Cikapundung sudah tergolong kritis. Hasil prediksi menggunakan metode RUSLE menunjukkan bahwa besarnya erosi pada setiap SLH di hulu sub DAS Cikapundung Kawasan Bandung Utara sudah melebihi batas erosi yang masih diperbolehkan. Ancaman erosipotensi erosi hulu sub DAS Cikapundung juga sangat tinggi. Hasil prediksi menunjukkan bahwa potensi erosi bisa mencapai 2.067,93 thath pada lahan yang memiliki lereng 25-45, diusahakan untuk tanaman sayuran Lampiran 4. Indeks Bahaya Erosi IBE di hulu sub DAS Cikapundung sebagian besar berharkat tinggi Tabel 32, yaitu terjadi di 9 SLH dengan besarnya indeks berkisar 4,11 s.d 8,31 sedangkan 5 SLH lainnya tergolong sedang dan 3 SLH tergolong sangat tinggi. SLH sangat tinggi terjadi pada SLH10, 14, dan 15 yang berada di wilayah Desa Ciburial, Jayagiri, dan Cipanjalu. Tabel 32. Indeks Bahaya Erosi di Hulu Sub DAS Cikapundung SLH Indeks Bahaya Erosi Harkat 1. 1,33 Sedang 2. 4,48 Tinggi 3. 7,21 Tinggi 4. 3,34 Sedang 5. 6,28 Tinggi 6. 2,20 Sedang 7. 2,50 Sedang 8. 4,46 Tinggi 9. 8,31 Tinggi 10. 11,97 Sangat tinggi 11. 5,93 Tinggi 12. 4,11 Tinggi 13. 7,38 Tinggi 14. 17,03 Sangat tinggi 15. 10,42 Sangat tinggi 16. 7,45 Tinggi 17. 3,16 Sedang Keterangan: Indeks Bahaya Erosi Harkat 1,00 1,00 – 4,00 4,01-10,00 10,01 Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi IBE rendah menunjukkan bahwa tindakan pengelolaan tanaman dan tanah sudah lebih intensif dilakukan dan mampu mengendalikan erosi. Meskipun potensi erosi besar namun erosi yang terjadi lebih kecil. Sebaliknya, IBE tinggi menunjukkan bahwa tindakan pengelolaan tanaman dan tanah belum menekan laju erosi, sehingga perlu tindakan konservasi tepat dan sesuai dengan kondisi agroekosistem setempat.

B. Analisis Jasa Lingkungan Penerapan Model Usahatani Konservasi

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa dampak erosi tanah di tempat kejadian on-site merupakan dampak yang dapat terlihat langsung di lahan yaitu berupa penurunan produktivitas. Hal ini mengakibatkan kehilangan produksi, peningkatan penggunaan pupuk dan kehilangan lapisan olah tanah yang akhirnya mengakibatkan timbulnya tanah kritis. Dampak erosi tanah di luar lahan pertanian off site merupakan dampak yang sangat besar pengaruhnya. Sedimen hasil erosi tanah dan kontaminan yang terbawa bersama sedimen dapat menimbulkan kerugian dan biaya yang sangat besar dalam kehidupan. Bentuk dampak off site antara lain adalah : 1 pelumpuran dan pendangkalan waduk; 2 tertimbunnya lahan pertanian dan bangunan; 3 memburuknya kualitas air dan 4 kerugian ekosistem perairan. Berdasarkan hasil prediksi erosi, model usahatani konservasi berbasis sumberdaya spesifik lokasi mampu mengendalikan erosi sekitar 144,99-873,95 daripada model usahatani yang biasa dilakukan petani. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model usahatani konservasi berbasis sumberdaya spesifik lokasi memberikan manfaat terhadap aspek lingkungan. Manfaat yang dapat diperoleh dari barang dan jasa lingkungan seperti pengendalian erosi sangat terbatas karena adanya keterbatasan dalam nilai barang dan jasa lingkungan Bonnieux dan Goffe, 1997. Hal ini menjadi salah satu penyebab fungsi lingkungan tidak dihitung dan diabaikan dalam pengambilan kebijakan. Padahal pengelolaan lingkungan dapat dicapai dengan menerapkan ekonomi lingkungan sebagai instrumen yang mengatur alokasi sumberdaya secara rasional. Kebijakan lingkungan banyak dipengaruhi oleh ekonomi lingkungan. Kebijakan untuk mengurangi suatu dampak lingkungan akan dipengaruhi oleh perhitungan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengurangi preventif atau memperbaiki dan manfaat yang akan diperoleh kemudian Spash, 1997. Preventif dipahami sebagai perlakuan sebelum terjadinya dampak ex-ante sedangkan perbaikan merupakan perlakuan setelah dampak terjadi ex-post. Penilaian manfaat lingkungan secara ekonomis dengan sangat kecil atau sangat besar harus ditinggalkan dan barang dan jasa lingkungan harus dinilai keuntungannya secara finansial. Penilaian ekonomi manfaat lingkungan dan sumberdaya alam sangat diperlukan bagi pengambilan kebijakan dan analisis ekonomi suatu aktivitas proyek. Dalam penilaian dampak faktor yang perlu diperhatikan adalah determinasi dampak fisik dan valuasi dampak dalam aspek moneter. Penilaian dampak secara moneter didasarkan pada penilaian ahli akan dampak fisik dan keterkaitannya, karena dampak dapat menyebabkan perubahan produktivitas maupun perubahan kualitas lingkungan. Ahli ekonomi telah mengembangkan metode penilaian ekonomi untuk mengukur keuntungan dari pengelolaan lingkungan terutama yang tidak mempunyai nilai pasar. Perhitungan ini biasanya menggunakan nilai dari pasar pengganti. Metode yang digunakan untuk mengukur pengaruh erosi dalam memberikan manfaat perlindungan DAS adalah perubahan produktivitas. Pendekatan ini didasarkan pada interaksi dan perubahan dalam inputoutput dalam sistem produksi yang dipengaruhi oleh keberadaan program perlindungan DAS. Misalnya seberapa besar manfaat yang diperoleh dengan membiayai pencegahan dampak pendekatan pengeluaran preventif dan biaya ganti dari jasa lingkungan misalnya penggunaan pupuk akibat kehilangan hara dalam erosi tanah. Manfaat lingkungan dampak penerapan model usahatani konservasi dapat dihitung dengan menggunakan data pada analisis finansial model usahatani konservasi Lampitan 41, 42, dan 43. Pada analisis tersebut penerapan model C usahatani konservasi teras bangku, bedengan pada bidang olah memotong lereng, menggunakan bahan amelioran pupuk kandang + kapur, dipasang mulsa plastik pada tahun pertama dapat meningkatkan pendapatan sebesar Rp. 7.735.000petanitahun dari Rp. 12.430.000 menjadi Rp. 20.615.000. Pada penerapan model E usahatani konservasi teras gulud, bedengan memotong lereng, menggunakan bahan amelioran pupuk kandang + kapur, dipasang mulsa plastik dapat meningkatkan pendapatan pada tahun pertama sebesar Rp. 8.723.000petanitahun dari Rp. 12.430.000 menjadi Rp. 21.153.000. Hal ini berarti bahwa imbalan jasa lingkungan dengan penerapan model C sebesar Rp. 7.735.000 per hektar dan model E Rp. 8.723.000 per hektar.

5.5.5. Rancangan Model Usahatani Konservasi Tanaman Sayuran Berbasis