air. Setelah bantuan berakhir petani tidak melanjutkan upaya konservasi tanah Sukmana, 1995.
Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor lain yang belum mendapat perhatian antara lain kemampuan sumberdaya lahan, kesesuaian lahan, dan
kondisi petani. Permasalahan usahatani konservasi sangat kompleks, sehingga perlu melihat beberapa komponen usahatani konservasi secara menyeluruh
sebagai sebuah sistem. Sistem usahatani terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu lahan, tanaman termasuk vegetasi alami, iklim, dan manusia sebagai pengguna.
Penelitian yang selama ini dilakukan masih bersifat parsial, hanya melihat salah satu sub sistem, antara lain lahan dan atau tanaman belum memperhatikan
keserasian dan kelestarian interaksi antara sub sistem.
2.7. Permasalahan dan Strategi Penerapan Sistem Usahatani Konservasi
Permasalahan yang sering dihadapi dalam menerapkan sistem usahatani konservasi, antar lain: 1 petani pada umumnya miskin dan kurang mempunyai
modal, 2 lahan yang dimilki petani sempit, 3 petani tidak menganggap erosi adalah masalah walaupun sadar erosi dapat membahayakan pertanian, dan 4
pengetahuan petani tentang teknik konservasi masih rendah. Akibat permasalahan tersebut, penerapan usahatani konservasi umumnya
belum memadai baik kuantitas maupun kualitasnya, sehingga sistem pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan masih belum tercapai bahkan
masih jauh dari harapan. Aspek-aspek sosial dan ekonomi, termasuk peningkatan kesejahteraan petani dan peningkatan kelembagaan penyuluh, khususnya
penyuluh konservasi tanah, perlu mendapat perhatian yang lebih besar Kurnia et al
., 2002. Berbagai buku panduan atau petunjuk teknis penerapan sistem usahatani
konservasi sudah dipublikasikan dan meskipun belum sempurna, sudah banyak yang dapat dimanfaatkan oleh penyuluh, petani, dan pengelola lahan pertanian
lainnya Sekretaris Tim Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi Pusat, 1999. Namun demikian, pada kenyataannya proses erosi tanah masih terus
berjalan. Kehilangan partikel-partikel tanah dari lahan pertanian, terutama tanaman pangan dan sayuran masih besar. Hal ini dapat dilihat dari masih sangat
keruhnya air sungai di pedesaan pada musim hujan, yang berarti mengandung lumpur yang sebagian besar berasal dari lahan pertanian.
Salah satu faktor penghambat pencapaian pertanian lestari dan berwawasan lingkungan adalah masalah sosial ekonomi, yang rumit dan tidak
mudah di atasi. Hal ini dapat dipahami, mengingat kondisi sebagian besar petani Indonesia yang masih harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan pokok, belum
sampai pada mengupayakan pencapaian pertanian yang lestari dan berwawasan lingkungan. Kesejahteraan petani perlu ditingkatkan agar mampu memenuhi
kebutuhan hidup dan juga menjaga lingkungan hidupnya. Menurut Sinukaban 1994, prinsip utama sistem usahatani konservasi
adalah mengintegrasikan tindakanteknik konservasi tanah dan air ke dalam sistem pertanian yang telah ada dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan
petani, kesejahteraan petani, dan sekaligus menekan erosi sehingga sistem pertanian tersebut dapat berlanjut secara terus menerus tanpa batas waktu
sustainable. Oleh sebab itu, dalam menerapkan sistem usahatani konservasi harus menempatkan setiap bidang tanah dalam penggunaan yang sesuai dengan
kemampuannya dan memperlakukan sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan. Apabila kegiatan usahatani tidak menerapkan tindakan konservasi tanah,
maka lahan yang terdegradasi akan semakin luas. Biasanya penerapan teknik konservasi tanah oleh petani secara teknis memadai hanya terjadi selama
mendapat bantuan dari proyek-proyek pembangunan, seperti proyek konservasi tanah dan air. Setelah bantuan berakhir petani tidak melanjutkan upaya konservasi
tanah disebabkan oleh faktor-faktor kesadaran, tenaga kerja, modal, keterampilan, dan status lahan Sukmana, 1995.
Sinukaban 1994 menyatakan bahwa untuk dapat mengembangkan sistem usahatani konservasi di daerah miskin kurang modal, diperlukan keinginan
politik yang sangat kuat, karena perwujudannya memerlukan dukungan berbagai tingkat kebijakan, yaitu penyuluhan, pengadaan lembaga keuangan perkreditan,
pemilikan lahan, sistem pemasaran hasil, pengembangan industri rumah tangga, dan penelitian.
Menurut Agus et al. 1998, berpengaruh atau tidaknya serta bertahan sustainable atau tidaknya suatu perlakuan konservasi tanah sangat ditentukan
oleh perencanaan sistem usahatani konservasi, yaitu ketepatan teknik yang dipilih
dalam perancangan sistem usahatani konservasi. Tepat tidaknya suatu rancangan sistem usahatani konservasi ditentukan oleh beberapa aspek, yaitu biofisik, kimia,
sosial ekonomi, dan budaya, serta kepemilikan lahan. Sistem usahatani konservasi yang biasa dilakukan petani perlu diketahui sebab memodifikasi dan memperbaiki
teknik konservasi yang sudah ada akan lebih mudah dan lebih tinggi peluang keberhasilannya daripada mengintroduksi teknik yang sama sekali asing bagi
petani.
2.8. Pendekatan Sistem