Rancangan Model Usahatani Konservasi Tanaman Sayuran Berbasis

5.5.5. Rancangan Model Usahatani Konservasi Tanaman Sayuran Berbasis

Sumberdaya Spesifik Lokasi di Hulu Sub DAS Cikapundung Berdasarkan hasil pemilihan model dari lima alternatif model usahatani konservasi tanaman sayuran, terpilih dua model, yaitu: 1 Model C : Sistem usahatani konservasi teras bangku, bedengan memotong lereng, menggunakan pupuk kandang+kapur, dipasang mulsa plastik, sistem penanaman sayuran tumpangsaritumpang gilir kelompok I+III atau II+III. 2 Model E :Sistem usahatani konservasi teras gulud, bedengan memotong lereng, menggunakan pupuk kandang+kapur, dipasang mulsa plastik, sistem penanaman sayuran tumpangsari tumpang gilir kelompok I+III atau II+III. Model C direkomendasikan untuk lahan yang memiliki kemiringan lereng 15- 25, sedangkan model E untuk lahan yang memiliki kemiringan lereng 8-15. Implementasi penerapan model usahatani konservasi berada dalam wadah kelembagaan KUK. Kelembagaan KUK melibatkan lembaga lain, yaitu: 1 Pemerintah Daerah Pemda Propinsi, Kabupaten, Kota, Kecamatan, dan Desa 2 Departemendinas terkait Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Pertanahan, Lingkungan hidup, kehutanan, dan perkebunan 3 Lembaga penyedia saprodi 4 Lembaga penyedia modal 5 Lembaga Pemasaran 6 Balai Penyuluh Pertanian 7 Lembaga Penelitian Badan Litbang Pertanian dan Perguruan Tinggi Tidak semua lembaga terlibat langsung dalam penerapan model usahatani konservasi. Pada pelaksanaannya di lapang lembaga yang terkait langsung adalah: 1 Balai penelitianpengkajian yang berperan menyiapkan materi penyuluhan dan teknologi matang serta advokasi kelembagaan terkait. 2 Penyuluh pertanian Dinas Pertanian dan atau Badan Penyuluh Pertanian Kabupaten dan Kecamatan yang berperan dalam menyampaikan informasi teknologi, manajemen usaha, finansial, dan pengembangan jaringan usaha. Penyampaian informasi teknologi bisa berupa penyuluhan masal, konsultasi di laboratorium lapang, maupun kunjungan lapang. 3 Dinas Pertanian berperan menyiapkan informasi pasar dan permodalan usahatani, memperkuat kelembagaan KUK, advokasi dan pengembangan jaringan usaha. 4 Asosiasi komoditas, berperan dalam menyediakan informasi pasar dan konsultasi pengembangan jaringan usaha. Berkaitan dengan upaya pokok kelembagaan KUK dalam meningkatkan hubungan sinergis seluruh elemen yang terkait dalam kegiatan usahatani, antara lain kelembagaan produksi kelompok tani dengan penyedia sarana produksi dan pengelola sarana produksi pertanian khususnya penyediaan pupuk kandang, dapat dilakukan dengan sistem integrasi usahatani tanaman sayuran dengan ternak. Penerapan model usahatani konservasi pada dasarnya adalah suatu kegiatan usaha pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan, dan mengendalikan laju erosi. Hal ini dimaksudkan agar produktivitas dan kualitas tanah tetap terjaga, sehingga lahan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Komponen dalam rancangan model usahatani konservasi berbasis sumberdaya spesifik lokasi yang dikemukakan di atas adalah sebuah sistem yang utuh dan menyeluruh. Dalam prosesnya, harus ada sebuah mekanisme komunikasi yang rapat dan intensif mengarah pada sebuah misi bersama, pengelolaan sub DAS Cikapundung secara terpadu. Model komunikasinya berlangsung dalam sebuah mekanisme yang dialogis dan partisipatif diantara pemangku kepentingan stakeholders. Berdasarkan evaluasi erosi dan analisis jasa lingkungan melalui perhitungan nilai manfaat, sangatlah diperlukan sebuah kebijakan untuk mendukung penerapan model usahatani konservasi. Barrett dan Segerson 1997 menyatakan bahwa pengambilan kebijakan ataupun keputusan apakah preventif atau perbaikan sangat diperlukan terutama untuk melihat besar investasi yang dikeluarkan untuk tindakan preventif maupun biaya untuk memperbaiki dampak yang sudah terjadi. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa model usahatani konservasi yang dirancang adalah bersifat pencegahan dan perbaikan bukan perubahan. Pencegahan agar erosi tanah tidak terus berlangsung dalam jumlah besar dan perbaikan kesuburan tanah akibat terjadi penurunan kualitas tanah. Rancangan model usahatani yang dihasilkan secara teknis mampu mengendalikan erosi dan secara finansial menguntungkan. Kelembagaan KUK juga sudah dirancang dan dapat diimplementasikan. Hal ini sangat menunjang tingkat adopsi petani. Namun kemampuan yang dimiliki petani terbatas terutama modal, sehingga pemerintah perlu membuat suatu kebijakan. Alternatif kebijakan yang dibuat antara lain kebijakan pembayaran jasa lingkungan bagi masyarakat yang ada di luar tempat kejadian atau insentif kepada petani untuk pembuatan teras. Insentif kepada petani yang menerapkan konservasi akan memberikan dampak cukup besar terhadap nilai pendapatan usahatani. Beberapa negara di Eropa antara lain Spanyol Selatan, sistem pembayaran jasa lingkungan telah dilakukan. Hasil penelitian Colombo et al. 2003 menunjukkan bahwa masyarakat yang berada diwilayah yang terkena dampak lingkungan bersedia membayar untuk mencegah terjadinya kerusakan lahan akibat erosi sebesar 42-72 euroshektartahun. Di hulu sub DAS Cikapundung, bentuk insentif dapat dilakukan dengan mensubsidi modal kepada petani yang mengerjakan usahatani konservasi, terutama untuk pembuatan teras bangku dan teras gulud. Pembuatan teras memerlukan biaya tinggi, yaitu teras bangku Rp 8.500.000ha dan teras gulud Rp 2.450.000ha. Sistem pemberian modal dengan cara bergulir revolving melalui kelompok tani, dikembalikan setelah tanaman berproduksi dengan cara dicicil sesuai dengan kesepakatan di dalam kelompok tani. Menurunkan standar atau membebaskan pajak tanah bagi petani yang mengerjakan usahatani konservasi juga dapat dijadikan bentuk insentifsubsidi pemerintah. Namun hingga saat ini pajak tanah bagi lahan usahatani masih tergolong rendah, masih terjangkau oleh petani sehingga subsidi yang diberikan akan sangat kecil. Bentuk subsidi seperti ini mungkin akan berlaku untuk masa yang akan datang. Bentuk insentif lain yang dapat dilakukan pemerintah adalah pemberian kredit usahatani dengan bunga pinjaman rendah dan sistem pembayaran dicicil setiap musim panen. Penyaluran pinjaman dapat dilakukan melalui lembaga keuangan mikro LKM di desa dan sekaligus juga untuk mengembangkan LKM yang sudah ada di desa.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1 Penggunaan lahan budidaya tanaman sayuran saat ini di hulu sub DAS Cikapundung lebih dari setengah, yaitu 57,87 atau 1.974 ha sesuai dengan kelas kesesuaiannya, tergolong sesuai marginal S3 dengan faktor pembatas pH, KB, KTK, ketersediaan oksigen, dan lereng. 2 Karakter utama usahatani sayuran saat ini adalah: a Rata-rata luas lahan yang diusahakan sempit 0,5 ha. b Jenis tanaman yang diusahakan sudah berorientasi pasar Agribisnis. c Pemanfaatan lahan intensif IP 200. d Belum sepenuhnya menerapkan teknologi usahatani konservasi. 3 Komponen yang paling berpengaruh pada subsistem usahatani adalah jenis tanaman, sistem penanaman, dan penggunaan bahan amelioran, sedangkan pada subsistem konservasi adalah konservasi mekanik dan penggunaan mulsa. 4 Alternatif model usahatani konservasi sayuran di hulu sub DAS Cikapundung ada 5, yaitu: a Model A : Sistem usahatani konservasi teras bangku, bedengan memotong lereng, menggunakan pupuk kandang+kapur, sistem penanaman sayuran tumpangsaritumpang gilir kelompok I+III atau II+III. b Model B : Sistem usahatani konservasi teras bangku, bedengan memotong lereng, menggunakan pupuk kandang, dipasang mulsa plastik, sistem penanaman sayuran tumpangsaritumpang gilir kelompok I+III atau II +III. c Model C : Sistem usahatani konservasi teras bangku, bedengan memotong lereng, menggunakan pupuk kandang + kapur, dipasang mulsa plastik, sistem penanaman sayuran tumpangsaritumpang gilir kelompok I+III atau II+III. d Model D:Sistem usahatani konservasi teras gulud, bedengan memotong lereng, menggunakan pupuk kandang + kapur, sistem penanaman sayuran tumpangsari kelompok I+III atau II+III. 139