Sifat Kimia Tanah Sifat-sifat dan Kualitas Lahan di Hulu Sub DAS Cikapundung

Tabel 21. Lanjutan SLH Uraian Karakteristik Tanah , - : 9 3 5 9 : 9 3 5 9 7 = : 5 6 ? 5 6 - : 9 3 5 9 : 9 3 5 9 7 = : 5 6 ? 5 5 ? - : 9 3 5 9 : 9 3 5 9 7 = : 5 6 ? 5 5 ? - : 9 3 5 9 : 9 3 5 9 1 7 = : 5 6 ? 5 5 ? - : 9 3 5 9 : 9 3 5 9 07 = : 5 6 ? 5 5 ? : 9 3 5 9 : 9 : 5 9 07 = : 5 6 ? 5 6 : 9 3 5 9 : 9 : 5 9 7 = : 5 6 ? 5 5 ? 1 : 9 3 5 9 : 9 : 5 9 1 7 = : 5 6 ? 5 6 - : 9 3 5 9 : 9 5 9 1 , 7 = : 5 6 ? 5 ? 6 - : 9 3 5 9 : 9 5 9 ; 7 = : 5 6 9 5 , - : 9 3 5 9 : 9 5 9 ; 1 7 = : 5 6 ? 5 5 ?

5.1.3. Sifat-sifat dan Kualitas Lahan di Hulu Sub DAS Cikapundung

A. Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah sangat dipengaruhi oleh bahan induk tanah serta tingkat pelapukan yang telah terjadi. Penetapan sifat kimia dan status kesuburan tanah di lokasi penelitian ditentukan berdasarkan hasil analisis contoh tanah secara komposit pada kedalaman 0-20 cm, diambil dari 5 tempat sebagai pewakil yang dianggap representatif. Hasil analisis laboratorium contoh tanah disajikan pada Lampiran 5. Jika hasil analisis tersebut dibandingkan dengan kriteria penilaian sifa-sifat kimia tanah Lampiran 7, dapat diuraiakan sebagai berikut: Reaksi Tanah pH. Reaksi tanah sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara dalam tanah. Hasil analisis menunjukkan bahwa tanah di hulu sub DAS Cikapundung mempunyai pH tanah sangat masam sampai dengan agak masam, yaitu berkisar 4,4-5,6. Reaksi tanah menjadi masam akibat dari curah hujan tinggi, sehingga terjadi pencucian basa-basa. Selain itu, menurut Prasetyo et al. 2005 bahan pembentuk tanahnya terdiri dari bahan volkan breksi dan tuf yang cenderung agak masam intermedier. Bahan Organik Tanah BO. Bahan organik berpengaruh penting terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Pengaruhnya terhadap sifat fisik tanah antara lain: merangsang granulasi, menurunkan daya kohesi, serta meningkatkan kemampuan menahan air. Pengaruhnya terhadap sifat kimia tanah adalah ketersediaan hara N, P, dan S dalam bentuk organik dan penambahan Kapasitas Tukar Kation KTK. Indikator kandungan BO tanah dapat dilihat dari besarnya nilai C-organik. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kandungan C-organik tanah di hulu sub DAS Cikapundung ada yang tergolong sangat rendah 0,80, sebagian kecil tergolong rendah sampai sedang 1,04-2,72, dan sebagian besar tergolong tinggi sampai sangat tinggi 3,12-6,71. Tanah yang kandungan C-organiknya rendah diduga karena sumber bahan organik umumnya terkonsentrasi di lapisan atas. Tingginya laju erosi menyebabkan kadar bahan organik menurun sejalan dengan penurunan kedalaman tanah akibat erosi. Kehilangan bahan organik juga bisa terjadi akibat pengolahan tanah intensif terutama pada fraksi debu dan pasir yang sebagian besar merupakan agregat makro sehingga kekuatan ikatan antar agregat sangat labil Gijsman, 1996. Nitrogen Total N. Nitrogen merupakan unsur hara esensial bagi tanaman. Nitrogen dalam tanah terdapat dalam bentuk senyawa organik maupun anorganik. Bentuk-bentuk N anorganik tanah meliputi NH 4 + , NO 3 - , NO 2 - , N 2 O, NO, dan N elemen, sedangkan bentuk-bentuk N organik tanah meliputi asam-asam amino atau protein, asam amino bebas, gula amino, dan senyawa kompleks lainnya. Tanaman menyerap nitrogen dalam bentuk NH 4 + atau NO 3 - . Kandungan N-total tanah di hulu sub DAS Cikapundung tergolong rendah sampai sedang, yaitu berkisar 0,19 s.d. 0,48 Lampiran 6. Kandungan Nitrogen ini harus dipertahankan dan perlu ditambahkan. Penambahan pupuk N-organik lebih menguntungkan karena dapat berfungsi sebagai sumber hara nitrogen, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan aktivitas biologi tanah. Sebagian besar Nitrogen tanah terdapat dalam persenyawaan ikatan kompleks senyawa organik yang terdapat dalam bahan organik tanah Fosfor P. Fosfor merupakan unsur hara esensial setelah nitrogen, berfungsi untuk pembentukan protein, ATP, ADP, dan menstimulasi pembentukan akar. Di dalam tanah, unsur hara P berada dalam bentuk organik dan anorganik yang ketersediaannya sangat dipengaruhi oleh pH tanah. Pada pH tanah 6,0-7,0 merupakan pH yang optimum bagi ketersediaan hara P. Tanaman umumnya menyerap P dalam bentuk H 2 PO 4 - dan HPO 4 = . Penyerapan P oleh tanaman dengan jalan difusi sehingga selain faktor kimia tanah, faktor fisik tanah juga berpengaruh terhadap penyerapan P oleh tanaman. Adanya bahan alofan, imogolit, ferrihidrit atau senyawa kompleks humus-aluminium sangat mempengaruhi ketersediaan P. Hulu sub DAS Cikapundung diusahakan secara intensif sehingga kandungan P-tersedia tanah tergolong rendah, yaitu berkisar 2,0-19,6 ppm Lampiran 6. Pupuk P-anorganik selalu diberikan pada setiap awal tanam, namun takarannya tidak sesuai dengan anjuran, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman selama satu musim tanam sehingga P-tersedia dalam tanah tetap rendah. Rendahnya ketersediaan P, selain takaran pupuk P-anorganik yang diberikan kurang juga akibat dari pemberian bahan organik dalam jumlah banyak 10 tha. Bahan organik yang digunakan berasal pupuk kandang kotoran ternak ayam dan sapi yang belum dikomposkan, sehingga terjadi proses dekomposisi yang menghasilkan asam organik. Asam-asam organik yang dihasilkan mengkelat P sehingga menjadi tidak tersedia. Menurut Santoso et al. 2001, asam-asam organik akan mempengaruhi ketersediaan P dengan cara mengkelat P membentuk ikatan P-organik yang disebut proses khelasi. Ikatan tersebut bersifat sementara dan akan dilepaskan kembali setelah ada peningkatan pH. Dengan demikian, pemberian pupuk organik yang berasal dari pupuk kandang sebaiknya dikomposkan terlebih dahulu. Kalium K. Kalium merupakan unsur hara makro esensial setelah N dan P. Sumber utama kalium di dalam tanah adalah bahan-bahan mineral. Menurut Nursyamsi et al. 2007, kalium dalam tanah terdapat dalam tiga bentuk, yaitu kalium dapat tersediabebas, kurang tersedia, dan tidak tersedia bagi tanaman. Unsur ini selalu berada dalam bentuk keseimbangan sehingga kalium yang diserap tanaman akan segera diganti oleh bentuk-bentuk yang tidak tersedia menjadi bentuk tersedia. Kalium diserap dalam bentuk ion K melalui pertukaran kation difusi. Unsur kalium berantagonisme terhadap Ca, Mg, dan Na sehingga usaha menjaga keseimbangan antara unsur-unsur tersebut mutlak diperlukan. Kalium total dan tersedia di hulu sub DAS Cikapundung sebagian kecil tergolong rendah, yaitu berkisar antara 0,08-0,18 me100 g dan sebagian besar tergolong sedang sampai tinggi, yaitu berkisar antara 0,39-0,95 me100 g. Mengingat kalium sangat labil dalam tanah, mudah tercucihilang karena erosi, maka ketersediaannya perlu dijaga. Pemberian pupuk K sangat diperlukan mengingat kandungan hara K tanah tergolong rendah dan sangat labil Nursyamsi et al ., 2007. Basa-basa Dapat Dipertukarkan Ca, Mg, K, dan Na. Selain berfungsi sebagai unsur hara yang penting bagi tanaman, Kalsium Ca dan Magnesium Mg juga mempengaruhi pH tanah. Kandungan basa-basa tanah di hulu sub DAS Cikapundung tergolong rendah sampai sedang. Hal ini menunjukkan bahwa bahan induk pembentuk tanah miskin bahan lapukan, karena curah hujannya cukup tinggi. Curah hujan tinggi juga menyebabkan pencucian basa-basa tinggi. Kapasitas Tukar Kation KTK. Kapasitas Tukar kation merupakan kemampuan tanah untuk menahan dan menukarkan kation-kationbasa-basa. KTK yang tinggi merupakan petunjuk untuk menahan unsur hara tanah yang besar. Nilai KTK tanah di hulu sub DAS Cikapundung sebagian kecil tergolong rendah yaitu berkisar antara 10,34-15,17 me100 g dan sebagian besar tergolong sedang sampai tinggi yaitu berkisar antara 16,89-28,03 me100 g, sehingga respon tanah terhadap pemupukan cukup tinggi. Sumber KTK tanah berasal dari bahan organik sehingga walaupun KTK tanah tergolong sedang namun termasuk ke dalam aktivitas liat rendah low activity clay dan termasuk di dalam muatan terubahkan variable charge atau muatan tanah tergantung pada pH tanah. Apabila pH tanah mendekati alkalis maka muatan negatif tanah meningkat. Sebaliknya, apabila pH tanah menuju ke masam maka muatan positif akan naik. Adanya kedua sifat demikian dapat digunakan sebagai petunjuk cara pengelolaan tanah di hulu sub DAS Cikapundung. Menurut. Prasetyo et al. 2005, sifat aktivitas liat rendah berarti bahwa walaupun respon pemupukan cukup tinggi namun daya ikat hara dari pupuk sangat lemah dan mudah tercuci, kecuali hara fosfor P. Sifat muatan terubahkan memberikan petunjuk bahwa tanah tersebut tidak akan efektif dengan pemberian kapur atau dengan kata lain pemberian bahan kapur tidak dianjurkan. Kejenuhan Basa KB. Kejenuhan basa merupakan gambaran tentang banyaknya basa-basa pada kompleks adsorbsi, dinyatakan sebagai bandingan jumlah basa- basa yang dapat ditukarkan dalam miliekivalen yang terdapat dalam 100 gram tanah terhadap nilai KTK efektif tanah. Pada umumnya semakin tinggi kejenuhan basa suatu tanah, nilai pH-nya juga semakin tinggi dan kesuburan tanahnya relatif lebih baik. Sebaliknya, rendahnya nilai kejenuhan basa, maka pH nya rendah, karena sebagian dari kompleks adsorbsi ditempati oleh kation-kation Al 3+ dan H + . Kejenuhan basa tanah di hulu sub DAS Cikapundung sebagian besar tergolong sedang sampai tinggi, yaitu berkisar antara 40,44-66,86, namun ada yang tergolong sangat rendah 20 padahal bahan pembentuk tanah relatif kaya basa-basa. Hal ini diduga karena curah hujan tinggi sehingga basa-basa tercuci dan hal ini juga yang mengakibatkan pH tanah di hulu sub DAS Cikapundung tergolong rendah.

B. Sifat Fisik Tanah