Kendala Pengembangan Model Usahatani Konservasi

B. Kendala Pengembangan Model Usahatani Konservasi

Hasil identifikasi elemen kendala penerapan model usahatani konservasi tanaman sayuran berbasis sumberdaya spesifik lokasi di hulu sub DAS Cikapundung diperoleh 5 subelemen kendala, yaitu: 1 kemampuan modal petani terbatas, 2 harga hasil usahatani fluktuatif, 3 tingkat pendidikan petani rendah, 4 kepemilikan lahan sempit, dan 5 informasi teknologi kurangterbatas Hubungan kontekstual antar subelemen dapat digambarkan dalam plot kekuatan penggerak dan ketergantungan masing-masing subelemen tujuan penerapan model usahatani konservasi berbasis sumberdaya spesifik lokasi seperti diperlihatkan pada Gambar 26. Gambar 26. Plot Driver Power-Dependent Penerapan Model Usahatani Konservasi di Hulu Sub DAS Cikapundung pada Elemen Kendala Gambar 26 memperlihatkan sebaran kelima subelemen sesuai dengan ordinatnya dan masuk ke dalam kategori tiga sektor, independent, dependent, dan autonomous . Subelemen kendala yang termasuk kategori independent adalah subelemen tingkat pendidikan petani rendah dan informasi teknologi kurangterbatas. Hal ini berarti bahwa ke dua subelemen kendala tersebut memiliki kekuatan penggerak yang besar atau sebagai variabel bebas dalam penerapan model usahatani konservasi di hulu sub DA Cikapundung. 1 2 3, 5 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 D a y a P en g g er a k D iv er P o w er Dependent Dependent Autonomous Independent Lingkage 4 3, 5 Subelemen kendala kemampuan modal petani terbatas dan kepemilikan lahan sempit termasuk kedalam kategori dependent. Artinya bahwa subelemen kendala tersebut tidak bebas sangat tergantung pada subelemen lainnya. Kemampuan modal terbatas dan kepemilikan lahan sempit dapat diatasi dengan tindakan dari subelemen kendala lainnya. Subelemen kendala harga hasil usahatani fluktuatif termasuk kedalam kategori autonomous, artinya bahwa subelemen kendala tersebut tidak berkaitan dengan sistem kelembagaan usahatani konservasi meskipun mempunyai hubungan yang sangat kuat. Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi harga tidak dapat dikendalikan oleh kelembagaan usahatani tetapi harus ada kelembagaan khusus yang menangani masalah tersebut. Kekuatan pasar tidak hanya ditentukan oleh kondisi di daerah setempat tetapi sangat tergantung pada kondisi pasar di daerah lain. Berdasarkan kekuatan penggerak dapat digambarkan diagram struktural dari elemen tujuan, seperti diperlihatkan pada Gambar 27. Gambar 27. Struktur Kelembagaan Penerapan Usahatani Konservasi di Hulu Sub DAS Cikapundung pada Elemen Kendala Gambar 27 menunjukkan bahwa dari lima subelemen kendala ada tiga tingkat hierarki dimana subelemen kendala 3 dan 5, yaitu tingkat pendidikan petani rendah dan informasi teknologi rendahterbatas merupakan elemen kunci keberhasilan penerapan model usahatani konservasi. Subelemen kendala 2, yaitu harga hasil usahatani fluktuatif berada pada level 2 merupakan peubah linkages pengait untuk dapat mengatasi sub elemen tujuan 1 dan 4, yaitu kemampuan 1 4 2 3 5 1. Kemampuan modal petani terbatas 2. Harga hasil usahatani fluktuatif 3. Tingkat pendidikan petani rendah 4. Kepemilikan lahan sempit 5. Informasi teknologi kuranterbatas Level 1 Level 2 Level 3 modal terbatas dan kepemilikan lahan sempit dalam menerapkan model usahatani konservasi.

C. Rancangan Subsistem Kelembagaan Usahatani Konservasi