Perencanaan Penggunaan Lahan Berkelanjutan di Hulu DAS

Di Indonesia kerusakan tanah dan air terus meningkat terutama di daerah hulu sungai yang dijadikan lahan pertanian Nugroho. 1999. Hal ini akibat masih rendahnya peran serta masyarakat dalam memelihara dan mencegah terjadinya kerusakan tanah.

2.2. Perencanaan Penggunaan Lahan Berkelanjutan di Hulu DAS

Paradigma pembangunan berkelanjutan diterima sebagai sebuah agenda politik pembangunan untuk semua negara di dunia pada Konferensi Tingkat Tinggi KTT Bumi yang dilaksanakan di Rio de Janeiro, Brasil tahun 1992. Pada KTT tersebut, semua negara bersepakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian lingkungan hidup melalui pengurangan limbah industri dan eksploitasi sumberdaya alam secara bertanggungjawab. Tindak lanjut KTT Bumi di Indonesia, pembangunan di Indonesia harus berkelanjutan dan berwawasan lingkungan untuk menjamin kelangsungan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997 tentang “Pengelolaan Lingkungan Hidup”, disebutkan bahwa dalam rangka mendayagunakan sumberdaya alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila, perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa yang akan datang. Dalam The Bruntland Commission Report tahun 1987 yang berjudul “Our Common Future ” dijelaskan batasanpengertian tentang pembangunan berkelanjutan Sustainable Development sebagai berikut: “Sustainable Development is defined as development that meet the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs ”, artinya: pembangunan berkelanjutan adalah “pembangunan yang dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan manusia atau penduduk saat ini tanpa mengurangi potensi pemenuhan kebutuhan dan aspirasi manusia di masa mendatang” WCED, 1987. Sebagian besar lahan di hulu DAS dapat digunakan untuk berbagai penggunaan, sehingga terdapat beberapa tipe penggunaan lahan dan pola penggunan lahan. Tipe penggunaan lahan adalah jenis-jenis penggunaan lahan yang diuraikan secara lebih rincidetil termasuk pengelolaan, masukan yang diperlukan, dan keluaran output yang diharapkan. Menurut sistem dan modelnya, Sitorus 2004a membedakan tipe penggunaan lahan menjadi 2 macam, yaitu 1 Multiple dan 2 Compound. Tipe penggunaan lahan yang tergolong Multiple terdiri atas lebih satu jenis penggunaan lahan komoditas yang diusahakan secara serentak pada suatu areal yang sama dari sebidang lahan. Setiap penggunaan lahan memerlukan masukan dan kebutuhan serta memberikan hasil tersendiri. Tipe penggunaan lahan Compound terdiri atas lebih dari satu jenis penggunaan komoditas yang diusahakan pada areal yang berbeda dari sebidang lahan yang untuk tujuan evaluai diberlakukan sebagai satuan unit tunggal. Berdasarkan tipe penggunaan lahan dapat disusun pola penggunaan lahan pertanian. Pola penggunaan lahan pertanian adalah rancangan sistem penggunaan lahan baik bersifat Multiple maupun Compound dalam memanfaatkan lahan untuk dapat memberikan keuntungan optimal pada pengguna. Agar hal ini dapat dilakukan maka perlu perencanaan penggunaan lahan Budi, 2005. Rencana penggunaan lahan merupakan prakondisi yang sangat penting dalam pembangunan pertanian di hulu suatu DAS, termasuk Sub DAS Cikapundung, Kawasan Bandung Utara. Menurut Rustiadi 1996, untuk menjamin pelaksanaan pembangunan pertanian berkelanjutan di suatu DAS pendekatan perencanaan penggunaan lahan harus terintegrasi melalui konsep pertanian konservasi. Abdurachman et al. 1993 mengemukakan bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan teknologi usahatani konservasi lahan kering di hulu DAS adalah: 1 komitmen dan dukungan pemerintah daerah; 2 adanya keterkaitan peneliti, penyuluh dan kelompok tani; 3 tingkat partisipasi petani; 4 sistem pendukungpelayanan; dan 5 kelayakan teknologi anjuran dan tingkat adopsi. Dukungan pemerintah daerah dalam penerapan teknologi konservasi sangat penting karena petani kurang mampu melaksanakan teknologi konservasi secara mandiri. Selain dukungan dari atas, peran kelompok tani dan lembaga- lembaga pedesaan juga sangat penting.

2.3. Permasalahan Penggunaan Lahan Berlereng di Hulu DAS