kesulitan yang antara lain disebabkan oleh relatif kurangnya perhatian, sehingga kondisi infrastruktur yang ada jauh lebih buruk daripada di daerah dataran rendah.
2 Di daerah lahan kering, potensi erosi cukup tinggi karena intensitas hujan cukup tinggi, lereng curam, dan pola tanam kurang baik. Erosi yang berlangsung
lama telah menurunkan tingkat kesuburan tanah dan bahkan mengurangi atau menghilangkan lapisan olah tanah. 3 Modal dan motivasi penduduk terbatas
akibat rendahnya pendapatan dan produktivitas lahan. Selain itu, tipe penguasaan lahan berhubungan erat dengan sistem usahatani dan konservasi tanah di daerah
lahan kering. Pemilikan lahan yang relatif sempit serta sistem sewa dan sakap ikut memberikan dampak negatif terhadap sistem usahatani berwawasan lingkungan.
4 Kegiatan penyuluhan dihadapkan pada kendala sosial budaya dan prasaranasarana perhubungan sehingga penyuluhan relatif kurang. Keterampilan
petani umumnya hanya bersifat kebiasaan yang diwariskan dan berorientasi subsisten, sedangkan program penyuluhan yang ada seperti penghijauan,
perkebunan, dan kehutanan hanya berkaitan dengan aspek tertentu dan kurang menekankan pada partisipasi petani.
2.3.1. Resapan Air dan Kekeringan pada Tanah Dangkal di Hulu DAS
Resapan air infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, yang umumnya melalui permukaan dan secara vertikal. Jika cukup air maka
infiltrasi akan bergerak terus ke bawah yaitu ke dalam profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi. Kadang-kadang digunakan istilah
“perkolasi dalam, yang menunjukkan perkolasi air jauh ke bawah daerah perakaran tanaman yang normal.
Laju infiltrasi adalah banyaknya air per satuan waktu yang masuk melalui permukaan tanah, dinyatakan dalam mmjam atau cmjam. Pada saat tanah kering
laju infiltrasi tinggi. Setelah tanah menjadi jenuh air, maka laju infiltrasi akan menurun dan menjadi konstan Arsyad, 2006. Kemampuan tanah untuk
menyerap air infiltrasi pada suatu saat dinamai kapasitas infiltrasi. Jika air dalam tanah tidak bergerak vertikal, akan tetapi ke arah horizontal,
maka dinamai rembesan lateral. Rembesan lateral terjadi disebabkan oleh permeabilitas berbagai lapisan tanah yang tidak seragam. Air yang masuk lapisan
atas tanah dengan laju yang agak cepat, mungkin tertahan oleh lapisan yang permeabilitasnya lambat atau kedap air, sehingga air tertahan dan kemudian
mengalir ke arah lateral dan akhirnya keluar di permukaan tanah di kaki lereng bawah.
Perubahan penggunaan lahan selain dapat mempengaruhi kualitas tanah sehingga menurunkan produktivitas tanaman juga dapat menurunkan debit air di
suatu DAS. Hasil penelitian Fakhrudin 2003 menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan dapat menurunkan debit air di DAS Ciliwung tahun 1990-1996,
meningkatkan debit puncak dari 280 m
3
det menjadi 383 m
3
det, dan meningkatkan persentase hujan menjadi direct run-off dari 53 menjadi 63 .
2.3.2. Erosi dan Aliran Permukaan Banjir
Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian- bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami Sitorus, 2007.
Peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan di tempat lain. Pengangkutan atau
pemindahan tanah oleh media alami yaitu air atau angin Arsyad, 2006. Menurut Sitorus 2007, berdasarkan kejadiannya ada dua macam erosi,
yaitu erosi normal dan erosi yang dipercepat. Erosi normal disebut juga erosi geologi atau erosi alami, merupakan proses pengangkutan tanah yang terjadi di
bawah keadaan vegetasi alami. Biasanya terjadi dengan laju yang lambat yang memungkinkan terbentuknya tanah tebal yang mampu mendukung pertumbuhan
vegetasi secara normal. Erosi dipercepat adalah pengangkutan tanah yang menimbulkan kerusakan tanah sebagai akibat perbuatan manusia yang
mengganggu keseimbangan antara proses pembentukan dengan pengangkutan tanah Arsyad, 2006.
Aktivitas budidaya sayuran pada lahan berbukit dan berlereng curam berpengaruh terhadap peningkatan laju erosi. Semakin tinggi kelerengan lahan,
semakin tinggi laju erosi yang terjadi Tabel 1.
Tabel 1. Laju Erosi pada Lahan Sayuran Dataran Tinggi tanpa Teknik Konservasi
Lokasi Jenis Tanah
Lereng Pola Tanam
Erosi thatahun
Pacet-Cianjur
1
Hapludands 9-22
Buncis - Kubis 252
Sukaresmi-Cianjur
2
Dystropepts 9-15
Cabai – Kc. Merah 65
Pangalengan-Bandung
3
Dystrandepts 30
Kentang - Kubis 218
Sumber:
1
Suganda et al., 1997;
2
Suganda et al., 1999;
3
Sinukaban et al., 1994
Suatu model parametrik untuk memprediksi erosi dari suatu bidang tanah telah dilaporkan oleh Wischmeier dan Smith 1978, dinamai the Universal Soil
Loss Equation USLE. Persamaan USLE, mengelompokkan berbagai parameter
fisik dan pengelolaan yang mempengaruhi laju erosi ke dalam enam peubah utama, nilainya untuk setiap tempat dapat dinyatakan secara numerik.
USLE adalah suatu model erosi yang dirancang untuk memprediksi erosi rata-rata jangka panjang dari erosi lembar atau alur di bawah keadaan tertentu
Arsyad, 2006 dan untuk lereng tunggal. Hasil prediksi erosi dapat digunakan untuk perencanaan pengelolaan lahan atau tindakan konservasi tanah yang
mungkin akan dilakukan pada suatu bidang tanah tertentu. Secara skematis persaman USLE disajikan pada Gambar 2.
Menurut Nugroho et al. 2002, perubahan penggunaan lahan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap perubahan kondisi hidrologi suatu DAS.
=
Gambar 2. Skema Persamaan USLE
Perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian ke permukiman, selain menyebabkan perubahan debit puncak juga menyebabkan peningkatan aliran
langsung direct run-off dari 53 menjadi 60. Hal ini disebabkan perubahan penggunaan lahan tersebut menyebabkan bertambahnya persentase daerah yang
kedap air, sehingga berkontribusi langsung pada peningkatan direct run-off.
2.3.3. Tingkat Kesuburan Tanah