Tingkat Kesuburan Tanah Permasalahan Penggunaan Lahan Berlereng di Hulu DAS

Perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian ke permukiman, selain menyebabkan perubahan debit puncak juga menyebabkan peningkatan aliran langsung direct run-off dari 53 menjadi 60. Hal ini disebabkan perubahan penggunaan lahan tersebut menyebabkan bertambahnya persentase daerah yang kedap air, sehingga berkontribusi langsung pada peningkatan direct run-off.

2.3.3. Tingkat Kesuburan Tanah

Hasil penelitian Wicaksono 2003 menunjukkan bahwa setiap tipe penggunaan lahan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kualitas tanah, yaitu pH, Al, H, dan kation basa-basa Ca, Mg, Na, dan K. Penurunan kesuburan tanah akibat perubahan penggunaan lahan terjadi karena unsur hara tersebut terangkut erosi. Unsur hara yang mudah hilang terbawa erosi adalah C-organik, nitrogen, fosfor, dan kalium Kurnia et al., 1997. Hasil penelitian Suganda et al. 1997 menunjukkan bahwa besarnya unsur hara yang terangkut erosi dari areal pertanaman buncis-kubis dengan sistem bedengan searah lereng pada tanah Andisol berlereng 9-22 per hektarnya sebesar 241 kg N, 80 kg P 2 O 5 , dan 18 kg K 2 O. Pada sistem guludan dan bedengan searah kontur, jumlah unsur hara yang terangkut erosi bisa mencapai 40 dari unsur hara yang tersedia dalam tanah. Hasil penelitian Sutrisna dan Surdianto 2007, ada indikasi penurunan kesuburan tanah akibat erosi di Kawasan Bandung Utara, yaitu N sebesar 6,8 dari 3,98 menjadi 3,71; P2O5 16,3 dari 43 mg100 g menjadi 36 mg100 g; dan K 2 O 28,6 dari 35 me100 g menjadi 25 me100 g. Penurunan kesuburan tanah mempunyai hubungan yang erat dengan produktivitas tanaman. Subardja 2006 menyatakan bahwa perubahan penggunaan lahan dapat menurunkan produktivitas jagung akibat penurunan kualitas tanah. Kualitas tanah yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman jagung adalah ketersediaan hara, retensi hara, dan bahaya keracunan aluminium yang diduga dari karakteristik lahan, yaitu P tersedia, pH dan Al yang dapat dipertukarkan. Penggunaan lahan yang intensif dan pemberian pupuk yang terus-menerus menunjukkan kandungan P tersedia yang tinggi pada tanah lapisan atas dan memberikan hasil jagung yang tinggi. Pemberian pupuk P dan pengapuran sangat direkomendasikan terutama pada tanah masam yang berkembang dari batuan sedimen untuk meningkatkan produktivitas tanaman. 2.4. Peran Konservasi Tanah dalam Menjaga Ketersediaan Air, Mencegah Erosi dan Banjir, serta Mempertahankan Kesuburan Tanah Arsyad 2006 menyatakan bahwa konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Dalam arti yang sempit konservasi tanah diartikan sebagai upaya untuk mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi. Selanjutnya dikemukakan bahwa usaha konservasi tanah ditujukan untuk 1 mencegah kerusakan tanah oleh erosi, 2 memperbaiki tanah yang rusak, dan 3 memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah agar dapat digunakan secara lestari berkelanjutan. Menurut Hardjowigeno 2003 tujuan konservasi tanah adalah melindungi tanah dari curahan langsung air hujan, meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah, mengurangi aliran permukaan run off, dan meningkatkan stabilitas agregat tanah. Dalam kaitannya mencegah erosi tanah, menurut Meyer 1981 upaya tindakan konservasi tanah yang dapat dilakukan adalah: 1 meredam energi hujan, 2 meredam daya gerus aliran permukaan, 3 mengurangi kuantitas aliran permukaan, 4 memperlambat laju aliran permukaan, memperbaiki sifat-sifat tanah yang peka erosi, dan 5 mencegah longsor. Menurut Lal 1990, ada dua prinsip dasar pengelolaan dalam kaitannya dengan erosi, yaitu: 1 kegiatan pengelolaan lahan yang mampu mempertahankan tingkat infiltrasi tanah yang cukup tinggi sehingga dapat mengurangi jumlah aliran permukaan sampai batas yang tidak membahayakan dan 2 kegiatan pengelolaan lahan yang mampu mengalirkan aliran permukaan dengan aman apabila jumlah hujan sudah melampaui kapasitas infiltrasi tanah. Menurut Kurnia et al. 2002, teknik konservasi tanah dapat dibagi dua kelompok, yaitu mekanik dan biologi, namun sering keduanya digabung sehingga lebih efektif. Sementara itu, menurut Arsyad 2006, teknik konservasi tanah ada tiga, yaitu vegetatif, mekanik, dan kimiawi. Metode vegetatif dalam konservasi tanah mempunyai tiga fungsi, yaitu melindungi tanah terhadap daya perusak butir-butir hujan yang jatuh, melindungi tanah terhadap daya perusak aliran permukaan, dan memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah serta kemampuan tanah menyerap atau mengabsorpsi air. Metode konservasi tanah secara vegetatif meliputi: 1 penghutanan atau penghijauan, 2 penanaman dengan rumput makanan ternak, 3 penanaman dengan tanaman penutup tanah permanen, 4 penanaman tanaman dalam strip strip cropping, 5 pergiliran tanaman dengan tanaman pupuk hijau atau tanaman penutup tanah, 6 penggunaan sisa tanaman residue management, dan 7 penanaman saluran- saluran pembuang air dengan rumput vegetated atau grassed waterways. Arsyad 2006 mengemukakan bahwa berbagai jenis tanaman atau vegetasi dan penggunaan lahan mempunyai efisiensi yang berlainan dalam mencegah erosi tanah. Vegetasi permanen menunjukkan efisiensi relatif tertinggi, sedangkan tanaman semusim yang biasanya ditanam dalam barisan seperti, tembakau, kentang, ubi kayu, dan jagung menunjukkan efisiensi relatif kedua dalam pencegahan erosi. Efisiensi terendah adalah tanah gundul tanpa ada vegetasi. Konservasi tanah dengan metode mekanik mempunyai dua fungsi, yaitu memperlambat aliran permukaan dan menampung serta menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak. Termasuk konservasi tanah metode mekanik adalah 1 pengolahan tanah tillage, 2 pengolahan tanah menurut kontur, 3 pembuatan galengan dan saluran menurut kontur, 4 pembuatan teras seperti teras tanggabangku dan teras berdasarkan lebar, 5 perbaikan drainase dan pembuangan irigasi, dan 6 pembuatan waduk, dam penghambat, tanggul, dan sebagainya Arsyad. 2006. Konservasi tanah metode kimiawi mempunyai fungsi untuk memantapkan struktur tanah karena kematangan struktur tanah menentukan kepekaan tanah terhadap erosi. Beberapa senyawa kimia tanah yang telah dikembangkan untuk membentuk struktur tanah disebut soil conditioner. Menurut Hardjowigeno 2003, bahan kimia pemantap tanah ada dua kelompok besar, yaitu alami dan sintetis. Kelompok alami organik antara lain getah karet atau lateks Pidio, 2004, sedangkan kelompok sintetis antara lain Polyvinylalcohol PVA, Polyvinyl acetat PVAC, Polyacrymilade PAM, dan emulsi Bitumen.

2.5. Usahatani Konservasi pada Lahan Berlereng