4.4.3. Produktivitas Tanaman Semusim
Produktivitas tanaman semusim terutama sayuran di hulu sub DAS Cikapundung saat ini mengalami penurunan dibandingkan dengan hasil tahun
sebelumnya. Penurunan produktivitas seperti kentang dan kubis seiring dengan penurunan kesuburan tanah akibat erosi. Produktivitas beberapa komoditas
tanaman yang diusahakan secara rinci disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Produktivitas Rata-rata Komoditas Tanaman yang Diusahakan di Hulu
Sub DAS Cikapundung No.
Komoditas Jenis Tanaman
Produktivitas 1.
Sayuran Tomat Solanum licopersicum esc MILL
Cabai merahCapsicum annuum Cabai rawit Capsicum sp
Brokoli Brassica oleracea var italica Kubis Brassia oleracea
Buncis Phaseolus vulgaris Kentang Solanum tuberosum L
Mentimun Cucumis sativus LINN Kacang Panjang Vigna sinensis ENDL
Kacang Kapri Pisum sativum Petsai Brassica purpureum SCHUM
Sawi Brassica rugosa FRAIN Ceisin Brassica melicum L
Selada Lettuce Pare Momordica charantia LINN
Asparagus Asparagus afficanalis LINN Paprika Capsicum sp
Terung Solanum Melongena LINN Wortel Daucus carota
Bawang daun Allium fistulosum L ---tha---
21,25 24,60
23,30 12,70
10,50 13,42
18,75 22,45
9,68 5,80
8,25 8,90
6,54
12,67 15,78
12,40 5,76
6,85 15,00
14,00 2.
Palawija Jagung Zae mays L
Ubi kayu Manihot utilisima L Ubi jalar Ipomoea batatas
Talas Colocasia esculenta SCHOTT Kacang Tanah Arachis hypogea
---tha--- 4,56
14,30 9,50
11,28 3,50
Sumber: Diolah dari data primer
4.5. Sosial Ekonomi
4.5.1. Kependudukan
Faktor yang sangat penting dalam unsur kependudukan adalah jumlah penduduk dan kepadatan penduduk. Jumlah penduduk di wilayah hulu sub DAS
Cikapundung berdasarkan data potensi desa tahun 20062007 adalah 102.949 jiwa terdiri atas 75.912 jiwa diwilayah Kabupaten Bandung Barat, 14.367 jiwa di
Kabupaten Bandung, dan 12.670 jiwa di Kota Bandung. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bandung Barat 10.208,7 jiwakm
2
, Kabupaten Bandung 8.912,5 jiwakm
2
, dan Kota Bandung 35.892,35 jiwakm
2
. Data di atas menunjukkan bahwa Kota Bandung memiliki tingkat
kepadatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bandung. Hal ini mengindikasikan bahwa peluang terjadinya migrasi
penduduk dari kota Bandung ke Kabupaten Bandung dan atau Bandung Barat cukup besar, sehingga sangat memungkinkan terjadinya perubahan penggunaan
lahan.
4.5.2. Pemilikan Lahan
Kepemilikan lahan di hulu sub DAS Cikapundung dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu: 1 petani yang memiliki lahan 0,5 ha, 2 petani yang
memiliki lahan antara 0,5–1,0 ha, dan 3 petani yang memiliki lahan 1,0 ha. Sebagian besar petani memiliki lahan 0,5 ha, yaitu rata-rata 0,3 ha. Awalnya
petani memiliki lahan rata-rata 1,0 ha bahkan ada yang lebih dari 5,0 ha. Pada saat ini yang memiliki lahan 1,0 hanya bandarpedagang atau penduduk dari luar.
Hasil wawancara dengan beberapa petani diperoleh informasi bahwa semakin sempitnya kepemilikan lahan petani antara lain disebabkan oleh:
1 dijual untuk mencukupi kebutuhan keluarga terutama biaya sekolah dan atau mencari pekerjaan, 2 bertambahnya jumlah kepala keluarga, dan 3 dijual untuk
modal usaha. Pemilikan lahan yang semakin sempit mengindikasikan bahwa tekanan
terhadap lahan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga semakin besar. Akibatnya lahan dieksploitasi untuk memperoleh hasil yang maksimal tanpa
memperhatikan kemampuandaya dukung tanahnya atau dengan cara memperluas lahan garapan ke lokasi lain, seperti perkebunanperhutani.
Menurut Supriyanto 1986, tekanan penduduk didefinisikan sebagai suatu gaya yang mendorong petani untuk memperluas lahan garapannya atau keluar dari
desanya ke tempat lain. Kegiatan yang sering dilakukan petani dalam memperluas lahan adalah membuka kawasan hutan.
Eksploitasi lahan yang berlebihan tanpa diikuti dengan penerapan teknologi budidaya dan konservasi, mengakibatkan penurunan produktivitas
lahan. Perluasan lahan garapan juga akan menimbulkan masalah baru, karena akan mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan lahan. Hal ini tentunya
akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti degradasi tanah, erosi, sedimentasi, dan banjir pada musim hujan serta kekeringan pada musim
kemarau.
4.5.3. Mata Pencaharian