petani di hulu sub DAS Cikapundung disajikan pada keadaan umum daerah penelitian Tabel 14 terdahulu.
5.2.2. Subsistem Konservasi
A. Pengelolaan Tanaman
Sistem penanaman menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan usahatani. Setiap petani menerapkan sistem penananam yang berbeda tergantung
selera petani itu sendiri dan jenis tanaman yang diusahakan. Berdasarkan pengamatan di lapang dan wawancara dengan responden, sekitar 63,6 petani
menerapkan sistem tumpang gilir dan tumpangsari. Sistem penanaman sangat berkaitan erat dengan pengelolaan tanaman
dalam upaya pengendalian erosi. Arsyad 2006 menyatakan bahwa selain erosivitas, erodibilitas, kemiringan lahan, dan pengelolaan lahan, faktor
pengelolaan tanaman antara lain jenis tanaman dan sistem penanaman merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap besarnya erosi tanah oleh air.
Pengaturan sistem penanaman dalam sistem usahatani konservasi pada prinsipnya adalah mengatur tanaman yang diusahakan agar bernilai ekonomi
tinggi dan dapat menjaga permukaan lahan selalu tertutupi. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi laju erosi sehingga dapat menjaga kesinambungan usahatani.
Abas et al. 2003 menyatakan bahwa selain memilih komoditas tanaman yang bernilai ekonomi tinggi, yang perlu diperhatikan adalah sistem penanaman dan
pola tanam karena mempengaruhi kemampuan penutupan tajuk cover crop dalam mengintersep butiran hujan.
Sebagian besar petani belum menguasai teknik pengendalian hama dan penyakit. Hasil wawancara dengan beberapa responden menunjukkan hama yang
selama ini sering menyerang pertanaman sayuran adalah ulat daun terutama pada tanaman kubis, sedangkan gangguan penyakit yang sering menyerang tanaman
terutama pada famili solanaceae seperti cabai dan tomat adalah penyakit busuk daun yang disebabkan oleh P. infestans.
Akibat gangguan hamapenyakit bisa menurunkan produktivitas sayuran hingga 40 bahkan bisa gagal panen, sehingga untuk mengatasinya petani
melakukan pengendalian dengan menggunakan pestisida insektisida, fungisida,
atau bakterisida yang diaplikasikandisemprotkan setiap minggu sejak tanam. Tingginya intensitas penyemprotan mengakibatkan jumlah dosis pestisida yang
digunakan menjadi berlebihan. Cara pengendalian seperti ini selain boros biaya juga akan menimbulkan dampak kurang baik terhadap lingkungan, baik di hulu
maupun hilir sub DAS Cikapundung seperti polusi air bahkan terhadap manusia yang mengkonsumsi sayuran tersebut.
B. Pengelolaan Lahan