Pemilihan Jenis Tanaman Rancangan Alternatif Model Usahatani Konservasi

lingkungan yang baik bagi mikroorganisme, 4 meningkatkan kandungan BO tanah, dan 5 menekan pertumbuhan gulma. Peranan mulsa yang berasal dari plastik adalah 1 melindungi tanah dari butiran hujan, 2 mengurangi evaporasi, dan 3 menekan pertumbuhan gulma.

5.4. Alternatif Model Usahatani Konservasi Tanaman Sayuran Berbasis

Sumberdaya Spesifik Lokasi di Hulu Sub DAS Cikapundung

5.4.1. Rancangan Alternatif Model Usahatani Konservasi

Rancangan alternatif model usahatani konservasi disusundirumuskan berdasarkan hasil analisis parsial setiap komponen yang paling berpengaruh pada masing-masing subsistem. Komponen yang paling berpengaruh pada subsistem usahatani adalah jenis tanaman, sistem penanaman, dan ameliorasi tanah pembenah tanah baik menggunakan BO danatau kapur. Pada subsistem konservasi adalah penggunaan mulsa dan penerapan konservasi secara mekanik.

A. Pemilihan Jenis Tanaman

Terdapat sekitar 24 jenis tanaman semusim yang diusahaakan petani di hulu sub DAS Cikapundung, namun yang dominan ada 14 jenis tanaman sayuran. Tidak semua jenis tanaman dimasukkan ke dalam model dan dipilih berdasarkan prioritas yang dianggap paling menguntungkan dan baik untuk konservasi tanah. Jenis tanaman yang dipilih untuk menyusun alternatif model usahatani konservasi sebanyak 10 jenis Tabel 24. Kesepuluh jenis tanaman tersebut adalah yang menempati prioritas atau ranking 1-10 dari hasil analisis menggunakan metode MPE, yaitu cabai rawit, cabai merah, tomat, kol bunga, kentang, salada, buncis, mentimun, kubis, dan sawi. Jenis tanaman yang terpilih tersebut kemudian dibagi atas 3 kelompok yaitu: 1 Kelompok 1: Buncis dan Mentimun, 2 Kelompok II: Cabai Rawit, Cabai Merah, Tomat, dan Kentang, dan 3 Kelompok III: Kol bunga, salada, sawi, dan kubis. Pengelompokan jenis tanaman dilakukan berdasarkan pada tinggi, luas tajuk, dan tipe pertumbuhan yaitu perdu, merambat dan berpohon. Masing-masing tipe memiliki kemampuan yang berbeda dalam mengintersep butiran air hujan. Tabel 24. Matrik Keputusan Setiap Alternatif Pemilihan Jenis Tanaman Berdasarkan Metode MPE - 6 . - = 1 0 5 1 1 1 , 9 1 , 1 1 1 1 , 1 0 , E 1 0 1 1 1 9 + , 2 1 1 , 2 = 1 0 1 1, 1 Keterangan: A = kemampuan tanaman mengintersep butiran hujan, B = curahan tenaga kerja TK, C= biaya produksi, dan D = pendapatan usahatani Penetapan bobot kriteria ditentukan berdasarkan peringkat setiap kriteria sesuai kepentingan yang berkaitan dengan tujuan penelitian dan sebelumnya dibuatkan skala interval. Peringkat kriteria tertinggi memiliki bobot angka paling besar, demikian sebaliknya. Kemampuan tanaman mengintersep butiran hujan memiliki bobot kriteria terbesar, kemudian diikuti pendapatan usahatani, biaya produksi, dan curahan tenaga kerja. Hal ini karena semakin tinggi kemampuan tanaman mengintersep butiran hujan, erosi tanah semakin menurun. Sejalan dengan hasil penelitian Zhou et al. 2008, semakin luas vegetasi penutup tanah pada lahan bergunung di suatu wilayah DAS, semakin kecil laju erosi yang terjadi. Intersep hujan oleh vegetasi mempengaruhi erosi melalui dua cara yaitu mengurangi jumlah air yang sampai ke tanah sehingga mengurangi aliran permukaan dan mengurangi kekuatan perusak butir-butir hujan yang jatuh menimpa tanah. Menurut Wissler dan Brater 1959 dalam Arsyad 2006, kemampuan vegetasi untuk mengintersep air hujan ditunjukkan oleh jumlah air hujan yang diintersep, dimana simpanan intersepsi besarnya sangat tergantung pada jenis tanaman biomasa dan curah hujan lamanya hujan. Jumlah air hujan yang diintersepsi diformulasikan dengan persamaan berikut: X = a + bt ............................................................... 15 Dimana: X adalah jumlah air hujan yang diintersepsi, a adalah kapasitas intersepsi yang ditentukan dengan biomasa tajuk, b adalah kecepatan evaporasi, dan t adalah lamanya hujan. Ketinggian tajuk dan kerapatan tajuk menutupi tanah mempengaruhi erosivitas butir-butir hujan yang menimpa permukaan tanah. Semakin rendah tajuk dan semakin rapat tajuk, semakin rendah erosivitas butir-butir hujan.

B. Sistem Penanaman