Terpilihnya  prioritas  model    E,  yaitu  sistem  usahatani  konservasi  teras gulud,  bedengan  memotong  lereng,  menggunakan  pupuk  kandang+kapur,
dipasang  mulsa  plastik,  sistem  penanaman  sayuran  tumpangsari  tumpang  gilir kelompok  I+III  atau  II+III,  karena  memiliki  nilai  eigen  0,65.  Model  E  sesuai
untuk diterapkan pada lahan yang memilikikemiringan lereng 8-15.  Terpilihnya model  C  yaitu    sistem  usahatani  konservasi  teras  bangku,  bedengan  memotong
lereng,  menggunakan  pupuk  kandang+kapur,  dipasang  mulsa  plastik,  sistem penanaman  sayuran  tumpangsaritumpang  gilir  kelompok  I+III  atau  II+III,
merupakan  prioritas  ke-2,  memiliki  nilai  eigen  0,6.  Model  C  sesuai  untuk diterapkan pada lahan yang memiliki kemiringan lereng 15-25.
Gambar 22 menunjukkan bahwa bobot kriteria terbesar yang menyebabkan terpilihnya  model  C  dan  E  adalah  produktivitas,  kemudian  kriteria  terbesar  ke-2
adalah  erosi  terkendali.  Hal  ini  berarti  bahwa  para  pakar  sebagai  responden menempatkan produktivitas sebagai kriteria utama baru kemudian erosi terkendali
menjadi prioritas ke-2. Hal ini dapat dipahami karena hasil usahatani merupakan sumber  utama  penghasilanpendapatan  petani  di  hulu  sub  DAS  Cikapundung,
sehingga  peningkatan  produktivitas  usahatani  sangat  diharapkan,  namun  tidak berarti  pengendalian  erosi  dapat  dikesampingkan.  Sejalan  dengan  konsep  yang
dikembangkan  oleh  Douglas  1992  dalam  Arsyad  2006,  pendekatan  usahatani konservasi  harus    lebih  mengarah  pada  penggunaan  lahan  yang  menjanjikan
keuntungan  segera  kepada  petani  dalam  bentuk  hasil  tinggi  dan  pendapatan finansial yang lebih baik.
5.5.2. Analisis Kelayakan Teknis dan Finansial
Sebagai  bahan  pertimbangan  dalam  merekomendasikan  model  usahatani konservasi berbasis sumberdaya spesifik lokasi terpilih, yaitu model C dan E pada
penelitian  ini  adalah  adalah  1  analisis  kelayakan  teknis  dan  2  kelayakan finansial.
A. Kelayakan Teknis
Salah  satu  indikator  kelayakan    teknis  yang  digunakan    adalah  besarnya erosi  yang terjadi melalui prediksi erosi menggunakan metode RUSLE. Menurut
Sinukaban  et  al.  1994,    suatu  tindakan  atau  model  usahatani  konservasi  dapat
dikatakan layak sehin lebih kecil dari erosi y
Hasil  prediksi konservasi model C p
menjadi  7,18  thata usahatani  konservasi
usahatani konservasi 15,27 thatahun atau
Gambar 23. Hasil Berba
Cikap
Menurut  Arsy permeabel,  di  atas
Cikapundung adalah 2 Desa  Suntenjaya  0,68
adalah  17,00  thath. juga  sama,  nilai  TS
thatahun, dibulatkan Jika  hasil  pred
TSL, maka model usa sub  DAS  Cikapundun
10 20
30 40
50 60
70
Model C
7,18
E ro
si t
h a
t a
h u
n
ingga dapat direkomendasikan jika besarnya er si yang masih diperbolehkan atau  tolerable soil
ksi  erosi  menunjukkan  bahwa  penerapan  m pada lereng 15-25 mampu mengendalikan
tahun  atau  sebesar  89,73  dibandingkan  d asi  yang  biasa  diterapkan  oleh  petani.  Pe
si model E juga mampu menurunkan erosi dar u sebesar 59,18 Gambar 23.
asil Prediksi Erosi Penerapan Model Usahatani rbasis Sumberdaya Spesifik Lokasi di Hulu Sub
apundung rsyad  2006,  nilai  T  tanah  dalam  dengan  lap
s  substratnya  telah  melapuk  seperti  di  h h 2,5. Berat isi tanah di hulu Sub DAS Cikapu
,68  g  cm
-3
,    maka  besarnya  erosi  yang  masih th.  Hasil  perhitungan  menggunakan  metode  H
SL  lahan  di  hulu  sub  DAS  Cikapundung an menjadi 17, 00 thatahun.
rediksi  erosi  pada  model  C  dan  E  dibandingk usahatani konservasi C dan E layak direkomen
dung.  Model  C  direkomendasikan  pada  lahan
Model Petani
Model E Model
Petani
69,93
15,27 37,41
erosi yang terjadi oil loss
TSL. model  usahatani
an erosi dari 69,93 dengan    model
Penerapan  model dari 37,41 menjadi
ni  Konservasi ub DAS
lapisan  bawahnya hulu  sub  DAS
apundung kasus di sih  diperbolehkan
e  Hammer  1981 ung  adalah  16,89
gkan  dengan  nilai endasikan di hulu
an  yang  memiliki
Model Petani Model Petani
lereng  15-25  dan  model  E  pada  lahan  yang  memiliki  lereng  8-15.  Hal  ini berarti bahwa model usahatani sayuran  yang merupakan kombinasi dari vegetasi
jenis  tanaman  sayuran,  sistem  penanaman,  teras,  bedengan,  dan  mulsa  plastik sangat
baik untuk konservasi di hulu sub DAS Cikapundung. Kemiringan  lereng  sangat  besar  pengaruhnya  terhadap  laju  erosi.
Meskipun  jenis  tanah,  penggunaan  lahan,  dan  vegetasi  sama,  namun  apabila kemiringan  lereng  semakin  kecil,  besar  erosi  yang  terjadi  juga  semakin  kecil.
Dengan  demikian,    keberhasilan  pengendalian  erosi  tidak  hanya  ditentukan  oleh salah satu tindakan. Tindakan konservasi terpadu baik secara vegetatif vegetasi,
teknis  mekanik,  maupun  kimia,  akan  sangat  menentukan    keberhasilan pengendalian erosi  Mediana et al., 2000,
Hasil  kajian  Syam  2003  menunjukkan  bahwa  sistem  usahatani konservasi  teras  bangku  dan  teras  gulud  sesuai  dengan  zone  agroekosistem
setempat dapat menurunkan laju  erosi dan meningkatkan produktivitas usahatani serta  pendapatan  petani.  Menurut  Hawkins  et  al.  1991,  usahatani  konservasi
yang  memadukan  tindakan  konservasi  secara  sipil  teknis  mekanik  dan  biologis vegetatif  dengan  pengaturan  tata  ruang  tanaman  semusim,  tanaman  tahunan,
tanaman legum untuk konservasi sekaligus sebagai penghasil pupuk organik dan hijauan pakan ternak, serta rumput; dengan memperhatikan bentuk muka dan ciri
bentang  lahan  sangat  cocok  dikembangkan  pada  lahan  berlereng.  Teknologi tersebut  dikenal  dengan  teknologi  konservasi  hedgerows,  yaitu  salah  satu
komponen  usaha  pelestarian  yang  harus  dipadukan  dengan  serangkaian  kegiatan yang bersifat teknis, sosial budaya, dan kebijakan
.
B. Kelayakan Finansial