17
4. Implementasi Kebijakan Pendidikan
Proses implementasi kebijakan merupakan proses yang sangat penting dan penuh resiko. Apabila sebuah kebijakan sudah dibuat namun
tidak ada tindak lanjut atas penerapan kebijakan tersebut hanya sia –sia,
hanya menjadi wacana. Peran dari setiap elemen sangat dibutuhkan agar suatu kebijakan dan terealisasaikan. Terdapat beberapa faktor yang dapat
menjadi sumber keberhasilan atau kegagalan dari proses implementasi kebijakan, yaitu; a faktor yang terletak pada rumusan kebijakan, b
faktor yang terletak pada personil pelaksana, dan c faktor pada sistem organisasi pelaksana Arif Rohman, 2009: 147. Beberapa faktor tersebut
berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam penerapan sebuah kebijakan.
Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri yang telah dimulai sejak manusia tersebut dilahirkan hingga mereka meninggal.
Pendidikan akan menuntun seorang anak untuk tumbuh dan mengembangkan potensinya hingga anak menjadi dewasa. Pendidikan
yang mampu memberikan bekal pengalaman bagi siswa pada masa yang akan datang. Proses pendidikan di keluarga sebagai bagian awal dari
pembelajaran anak sudah berkembang seiring jaman dengan munculnya sekolah- sekolah. Saat ini proses pendidikan sudah banyak dilakukan di
berbagai lingkungan baik itu formal, informal, atau non formal. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pendidikan tersebut dibutuhkan
aturan yang akan mengelola proses pendidikan yang disebut sebagai
18
kebijakan pendidikan. Kebijakan pendidikan sebagai keseluruhan tatanan proses dan hasil perumusan langkah strategis pendidikan yang
digambarkan melalui visi, misi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk kurun waktu tertentu H.A.R.
Tilaar dan Riant Nugroho, 2008: 140. Kebijakan pendidikan menurut Arif Rohman 2009: 86 adalah
“ Kebijakan pendidikan sebagai bagian dari kebijakan publik yang secara khusus mengatur penyerapan sumber, alokasi, perilaku dan
distribusi sumber dalam pendidikan”. Jadi kebijakan pendidikan dapat dimaknai sebagai aturan tentang
proses pendayagunaan berbagai sumber, alokasi, dan perilaku dalam pendidikan. Melalui kebijakan pendidikan tersebut maka tujuan dari
lembaga pendidikan dapat tercapai. Implementasi kebijakan pendidikan sebagai proses yang tidak hanya menyangkut lembaga administratif yang
bertanggung jawab dalam pelaksanaan program serta memunculkan kepatuhan kepada kelompok sasaran, melainkan faktor hukum, politik,
sosial, ekonomi yang secara langsung maupun tidak dapat berpengaruh pada perilaku pihak yang ada dalam program Arif Rohman, 2009: 135.
Tidak jarang munculnya kebijakan juga dipicu oleh adanya masalah yang terjadi antara kenyataan dan harapan yang berbanding
terbalik. Seperti halnya dalam pemberian pelayanan pendidikan bagi setiap anak untuk bersekolah, namun memunculkan pandangan diskrimanasi
pada anak berkebutuhan khusus. Harapan untuk meningkatkan profesionalisme guru di sekolah inklusi yang terbentur pada terbatasnya
19
pengetahuan guru terhadap penanganan anak berkebutuhan khusus. Beberapa hal tersebutlah yang menjadi salah satu faktor adanya kebijakan
pendidikan. Masalah yang dihadapi oleh suatu daerah atau bangsa tentunya
berbeda- beda. Suryati Sidharto dalam Arif Rohman 2009: 87 mengatakan jika Indonseia sendiri mempunyai lima pokok masalah yakni
a Relevansi pendidikan
b Daya tampung pendidikan
c Pemerataan pendidikan
d Kualitas pendidikan
e Efisiensi dan efektifitas pendidikan
Kelima pokok masalah tersebutlah yang sering dihadapi oleh Indonesia dan perlu untuk segera diatasi, salah satu nya melalui
perumusan kebijakan pendidikan. Kebijakan tersebut akan menjadi pedoman yang dapat bersifat sederhana, rumit, khusus atau umum dan
dirumuskan secara proses politik terkait satu arah tindakan, rencana, atau program tertentu dalam menyelenggarakan pendidikan Arif Rohman,
2009: 86. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa kebijakan pendidikan dibuat dan dirancang untuk mengatasi suatu masalah dalam
dunia pendidikan, selain itu sebuah kebijakan hanya akan menjadi wacana jika tidak dimplementasikan dalam suatu program untuk mengatasi
masalah dan mencapai tujuan yang diharapkan.
20
B. Pengertian Sekolah Inklusi
1. Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusif merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu. Pendidikan inklusi ini berbeda dengan pendidikan luar biasa. Pada
sekolah inklusif setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, seluruh kebutuhan yang dibutuhkan anak diupayakan agar dapat terpenuhi dengan
baik melalui penyesuaian dalam pembelajaran yang meliputi guru, sarana dan prasarana, sistem penilaian, bahan ajar, kurikulum yang disesuaikan
dari anak normal ke anak yang memilki kebutuhan khusus tersebut. Sehingga dalam pendidikan inklusi bentuk penyelenggaraan pendidikan
yang dilakukan dengan menggabungkan anak yang memiliki keterbatasan dengan anak yang normal pada umumnaya untuk saling belajar. Pendidikan
inklusi ini menjadi cerminan pendidikan yang tidak membedakan karakter setiap anak diskriminasi anak khususnya dengan keterbatasan fisik
seorang anak. Berdasarkan Permendiknas No.70 pasal 1 tahun 2009 Tentang
Pendidikan Inklusif bagi Peserta didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan danatau Bakat Istimewa, disebutkan bahwa
pendidikan inklusi adalah : “Sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk
mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan
pendidikan secara bersama dengan peserta didik pada umumnya”. Jadi berdasarkan pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa
pendidikan inklusi sebagai sistem penyelenggara pendidikan umum yang