Kajian tentang Pengelolaan Tujuan Asesmen

30 - Gangguan belajar membaca disleksia... - Gangguan belajar menulis disgrafia... - Gangguan belajar berhitung diskalkula...

D. Kajian Tentang Pengelolaan Asesmen

1. Kajian tentang Pengelolaan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005: 534, kata pengelolaan berasal dari kata “kelola”. Mendapat imbuhan pe- dan an sehingga menjadi pengelolaan. Pengelolaan sebagai proses, cara, perbuatan mengelola atau proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakan tenaga orang lain, dan atau proses yang membantu perumusanan kebijakan dan tujuan organisasi. Kata pengelolaan menurut Tatang M. Amirin 2011: 7 dapat diartikan sebagai : “manajemen mengandung dua substansi, yaitu sebagai proses atau kegiatan memanajeman dan orang yang melakukan manajemen menjadi manajer. Manajeman bukan sekedar menyelenggarakan atau melaksanakan dengan baik, dengan ditata atau diatur. Penataan dan pengaturan itulah yang kemudian disebut pengelolaan”. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditegaskan bahwa pengelolaan dapat diartikan sebagai manajemen, yang mempunyai makna sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dengan lebih tertata dan teratur dalam mencapai tujan tertentu.

2. Kajian tentang Asesmen

Kata assessment merupakan istilah asing berbahasa Inggris yang artinya penilaian. Pada akhir suatu program pendidikan dan pengajaran, pada umumnya diadakan assessment atau penilaian, namun dalam kaitannya 31 dengan pendidikan inklusi makna asesmen merupakan satu rangkaian kegiatan yang diawali dengan identifikasi penjaringan dilanjutkan dengan proses asesmen penyaringan. Proses asesmen tidak dapat dilakukan jika kegiatan identifkasi belum dilakukan. Kedua proses tersebut dilaksanakan saat anak yang berkelainan akan mengikuti pendidikan di sekolah reguler. Desain relasi identifikasi dan asesmen seperti yang dikemukakan Budiyanto dalam Modul Training of Trainer, 2009: 27. Identifikasi Diperoleh Data Anak Berkebutuhan Khusus Asesmen Asesmen Non Akademik Asesmen Akademik Data 1. Kecerdasan, potensi, bakat, emosi, komunikasi 2. Kondisi Kesiapan Pra Akademik Data Kebutuhan khusus sesuai kelainan anak Data Kemampuan anak di bidang akademik kelebihan dan kekurangan Pedoman Penyusunan program layanan kompensatoris Pedoman Penyusunan rencana pembelajaran Bagan.1 Relasi Identifikasi dan Asesmen Budiyanto, 2009: 27 32

a. Hakikat Identifikasi

Identifikasi merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum dilaksanakan asesmen. Suatu proses yang dilakukan terhadap anak yang mengalami kelaianan atau gangguan, baik yang akan masuk di sekolah inklusi dan yang tidak bersekolah. Kegiatan identifikasi anak berkelaianan menurut Permendiknas RI No.70 tahun 2009 adalah ; “Teknik penjaringan, dengan kata lain proses identifikasi dimaksudkan sebagai upaya seseorang baik guru, orang tua atau tenaga kependidikan untuk melaksanakan proses penjaringan terhadap anak yang mengalami gangguan atau kelaianan fisik, emosional, sosial, intelektual dalam rangka pemberian pelayanan pendidikan yang sesuai”. Jadi identifikasi merupakan proses penjaringan yang dilakukan guru atau orang tua terkait gangguan atau kelainan pada anak agar pemberian pelayanan dapat sesuai. Proses identifikasi sebagai tahap pertama sebelum melakukan asesmen, cenderung melihat karakter atau kelaianan yang dimiliki anak. Identifikasi menurut Budiyanto 2014: 34 adalah usaha sesorang orang tua, keluarga, guru, atau tenaga kependidikan untuk mengetahui seorang anak mengalami kelainan baik fisik, emosional, sosial, neuorolgis, intelektual dalam tumbuh kembang anak diluar dari konteks anak normal. Oleh karena itu, identifikasi dapat dilakukan oleh orang terdekat untuk mengetahui anak yang diduga mengalami gangguan atau penyimpangan dibandingkan anak normal seusianya. Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa identifikasi adalah proses menemukan dan mengenali anak berkebutuhan khusus, seperti kondisi, perilaku atau kebiasaan anak berkebutuhan khusus. 33 Proses ini harus dilakukan dengan baik agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menghimpun atau menafsirkan informasi, demi ketepatan tindak lanjut yang akan dilakukan.

b. Tujuan Identifikasi

Pada dasarnya kegiatan identifikasi untuk memperoleh data terkait kondisi anak sebagai bahan pertimbangan pelayanan kebutuhan dan rencana pembelajarannya. Menurut Lerner dalam Budiyanto 2014: 35 mengelompokkan identifikasi dalam lima keperluan, yaitu: 1 Penjaringan screening, yaitu kegiatan identifikasi yang berfungsi untuk menetapkan anak yang mempunyai kondisi gangguan atau kelaianan fisik, emosional, intelektual, sosial beserta gejala tingkah laku menyimpang atau berlaianan dengan kondisi anak normal. Jadi proses ini merupakan pengamatan terhadap perilaku anak yang berbeda dengan anak normal, dan diduga mengalami gangguan. 2 Pengalihtanganan referal, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengalihtangankan ke tenaga ahli yang berkompeten di bidangnya seperti, seperti psikolog, terapis, dokter, konselor terhadap gejala yang diamati dengan teliti. Oleh karena itu untuk memastikan temuan yang ada, perlu dipastikan melalui tenaga ahli sesuai dibidangnya. 3 Klasifikasi classification, yaitu kegiatan identifikasi yang dilakukan untuk menetapkan anak yang diidentifikasi termasuk 34 dalam anak berkebutuhan khusus yang memang mempunyai kelainan fisik, emosional, gejala menyimpang lain, sehingga dibutuhkan penanganan khusus. Jadi anak yang sudah ditetapkan menjadi ABK membutuhkan pelayanan khusus sesuai kebutuhan anak agar dapat berkembang. 4 Perencanaan Pembelajaran instructional planning, kegiatan identifikasi yang dilakukan untuk bahan penyusunan program pengajaran individu yang bersangkutan berdasarkan hasil dari klasifikasi. Jadi kegiatan ini bertujuan untuk memetakan setiap penyusunan rencana belajar sesuai kebutuhan anak yang telah diklasifikasikan. 5 Pemantauan kemajuan belajar monitoring pupil progress, kegiatan untuk mengetahui keberlangsungan program pembelajaran khusus yang diberikan berhasil atau tidak dalam meningkatkan kemampuan anak. Jadi berhasil atau tidaknya progam pembelajaran yang diberikan, akan terlihat melalui kegiatan pemantauan belajar seperti tes, atau ulangan anak.

c. Sasaran identifikasi

Setiap anak dalam kehidupan sehari hari seperti dalam pembelajaran pasti mengalami hambatan dan kesulitan, namun kesulitan tersebut dapat diatasi dengan penanganan, pelayanan pendidikan pada umumnya. Berbeda dengan anak yang mengalami kelainan mereka cenderung hanya dapat diatasi dengan pelayanan pendidikan khusus. 35 Pada dasarnya anak berkebutuhan khusus dapat dibedakan dari dua faktor, menurut Budiyanto 2014: 37 yakni faktor internal sebagai faktor yang berasal dari dalam diri anak seperti kelaianan fisik, sosial, emosi yang cenderung berifat susah disembuhkan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar anak, seperti korban bencana alam, narkoba, lingkungan. Oleh karena itu, ada ABK yang dapat disembuhkan karena ketunaannya sementara, namun ABK tetap sulit disembuhkan dan hanya diberi pelayanan pengembangan potensi. Sasaran dalam pelaksanaan identikasi anak berkebutuhan khusus ini sendiri dibatasi pada faktor internal sesuai dengan Munawar Yusuf dalam Budiyanto 2014: 37 seperti: 1 Anak yang mengalami gangguan belajar spesifik - Gangguan belajar membaca disleksia - Gangguan belajar menulis disgrafia - Gangguan belajar berhitung diskalkula 2 Anak lamban belajar 3 Anak dengan gejala Under Achiever 4 Anak memiliki gejala gangguan emosional tunalaras 5 Anak memiliki gangguan komunikasi 6 Anak dengan gangguan penglihatan tunanetra 7 Anak dengan gangguan pendengaran tunarungu 8 Anak dengan gangguan kesehatan 9 Anak dengan gangguan anggota tubuh tunadaksa 36 10 Anak autisme 11 Anak korban penyalahgunaan narkoba

d. Hakekat Asesmen

Kegiatan asesmen merupakan tahapan lanjutan setelah dilakukan identifikasi pada anak berkebutuhan khusus. Pelaksanaan asesmen hanya dapat dilakukan oleh pakar atau ahli yang ada dibidangnya. Asesmen pada anak berkebutuhan khusus berbeda dengan asesmen pada umumnya. Asesmen pada tingkatan sekolah khusus adalah penghimpunan informasi yang rinci, baik kelemahan, potensi dan perilaku anak untuk penetapan penyusunan rencana pembelajaran. Kegiatan Asesmen menurut Permendiknas RI No.70 Tahun 2009 adalah : “Proses pengumpulan informasi sebelum disusun program pembelajaran bagi siswa berkelainan. Asesmen ini ditujukan untuk memahami keunggulan dan hambatan belajar siswa, sehingga diharapkan program yang disusun benar- benar sesuai dengan kebutuhan belajar siswa”. Berdasarkan pengertian tersebut, asesmen dapat diartikan sebagai proses pengumpulan berbagai informasi tentang potensi, hambatan belajar sebelum disusun program pembelajaran. Lerner dalam Budiyanto 2014: 55 mengartikan asesmen sebagai langkah menghimpun informasi terkait anak berkebutuhan khusus yang dtujukan sebagai bahan pertimbangan dan keputusan terhadap anak tersebut. Jadi asesemen, adalah langkah menggali informasi secara rinci terkait ABK sebagai bahan dasar pertimbangan 37 keputusan anak tersebut. Serupa dengan Roger Pierangelo 2009: 9 menyatakan bahwa: “ assessment is a complex process that needs to be conducted by a multidiciplinary team of trained professionals and involved both formal and informa methods of collecting informatian about students .” Jadi asesmen sebagai suatu proses kompleks yang membutuhkan peran dari para ahli dalam team serta menggunakan formal dan informal metode asesmen untuk menggali informasi tentang siswa secara rinci. Tarmansyah 2007: 183 mengungkapkan jika kegiatan asesmen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam upaya memperoleh informasi terkait hambatan belajar, kebutuhan pelayanan yang harus terpenuhi, serta potensi yang dimiliki, sehingga dapat menjadi dasar pembuatan rencana pembelajaran sesuai kemampuan anak. Jadi hasil dari asesmen ini menjadi bahan dalam menyusun program belajar anak. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai asesmen tersebut dapat ditegaskan bahwa asesmen sebagai suatu proses menggali informasi tentang karakter, potensi dan kelemahan pada anak yang dilakukan oleh seorang pakar dibidangnya, sebagai bahan kajian dalam penetapan dan penyusunan rencana belajar yang optimal serta pelayanan khusus yang sesuai dengan kebutuhan anak.

3. Tujuan Asesmen

Proses asemen merupakan tahapan penting dalam memberikan pelayanan khusus dan rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru dapat 38 sesuai dengan kondisi pada anak. Mereka dapat mengikuti proses belajar mengajar di sekolah inklusi sesuai kondisi dan kebutuhan anak, sehingga anak dapat mengoptimalkan potensi yang ada dan meminimalisir kekurangan yang ada pada anak. Secara sederhana tujuan dari kegiatan asesmen Sunardi dan Sunaryo dalam Budiyanto, 2014: 56 memaparkan tujuan utama dari proses asesmen ini sebagai berikut: 1 Mendapatkan informasi yang akurat, obyektif, relevan tentang keadaan anak berkebutuhan khusus. 2 Mengetahui data anak yang lengkap, seperti potensi dalam diri anak, hambatan dalam belajar, keadaan lingkungan, kebutuhan pelayanan khusus, serta kondisi lingkungan yang dapat mendukung anak. 3 Menetapakan pelayanan khusus yang sesuai dengan kondisi anak sesuai kebutuhannya, secara berkala dipantau kemajuan perkembangan anak. Marit Holm Tarmansyah, 2007: 184 lebih lanjut mengatakan jika tujuan yang akan dicapai dalam melakukan asesmen adalah a Menemukan jenis gangguan, apakah siswa memiliki gangguan akademik , maupun gangguan lain . b Menganalisa pekerjaan siswa, hasil yang diperoleh dari kegiatan yang dilakukan siswa yang mengalami gangguan, cara kerja, pemahaman, dan merefleksikan kemampuan c Menganalisa bagaimana cara siswa bekerja, melihat bagaimana siswa memecahkan masalah, memecahkan soal, hubungan sosial, berinteraksi dengan lingkunannya. d Menganalisa penyebabnya, bertujuan untuk memahami apakah anak mengalami gangguan saat pra natal, lahir atau setelahnya. 39 e Merumuskan hipotesa, dengan memberikan kesimpulan, cara siswa bekerja, dan masalah yang dialami siswa. f Mengembangkan rencana intervensi, menyusun rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, monitoring, evaluasi dan rekomendasi pelayanan. Hasil dari asesmen tersebut berguna dalam membuat pendidkan khusus untuk mengembangkan potensi yang dimilik anak. Dengan demikian, pelaksanaan asesmen menentukan bagaimana menciptakan lingkungan pembelajaran dan pelayanan yang sesuai dengan anak. Ditujukan agar potensi yang ada dapat lebih menonjol, dan meminimalisir kelemahan yang ada pada diri anak. Selain itu asesmen dilakukan berkesinambungan, tidak dalam waktu singkat agar informasi yang diperoleh akurat dan efektif.

4. Tindakan dan Strategi Pelaksanaan Asesmen

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) (Studi Kasus di Sekolah Inklusi SMA Negeri 10 Surabaya)

2 11 20

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSIF Pengelolaan Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusif Sekolah Dasar Negeri Iii Giriwono Wonogiri.

0 5 21

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSIF Pengelolaan Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusif Sekolah Dasar Negeri Iii Giriwono Wonogiri.

0 2 13

PENGELOLAAN PENDIDIKAN KARAKTER ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (INKLUSI) LAMBAT BELAJAR DI SDN 2 SRAGEN Pengelolaan Pendidikan Karakter Anak Berkebutuhan Khusus (Inklusi) Lambat Belajar Di SDN 2 Sragen Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 4 12

PENGELOLAAN PENDIDIKAN KARAKTER ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (INKLUSI) Pengelolaan Pendidikan Karakter Anak Berkebutuhan Khusus (Inklusi) Lambat Belajar Di SDN 2 Sragen Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 3 15

PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ALAM BANDUNG.

0 2 38

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Pada Sekolah Dasar Penyelenggara Program Inklusi Di Kab

0 0 19

Pengembangan Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Kompensatoris untuk Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi.

0 1 1

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH LUAR BIASA KOTA YOGYAKARTA.

0 1 261

PARTISIPASI LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT (LSM) PENDIDIKAN DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA (DIKPORA) DIY.

0 1 107