34
dalam anak berkebutuhan khusus yang memang mempunyai kelainan fisik, emosional, gejala menyimpang lain, sehingga
dibutuhkan penanganan khusus. Jadi anak yang sudah ditetapkan menjadi ABK membutuhkan pelayanan khusus sesuai kebutuhan
anak agar dapat berkembang. 4
Perencanaan Pembelajaran instructional planning, kegiatan identifikasi yang dilakukan untuk bahan penyusunan program
pengajaran individu yang bersangkutan berdasarkan hasil dari klasifikasi. Jadi kegiatan ini bertujuan untuk memetakan setiap
penyusunan rencana belajar sesuai kebutuhan anak yang telah diklasifikasikan.
5 Pemantauan kemajuan belajar monitoring pupil progress,
kegiatan untuk
mengetahui keberlangsungan
program pembelajaran khusus yang diberikan berhasil atau tidak dalam
meningkatkan kemampuan anak. Jadi berhasil atau tidaknya progam pembelajaran yang diberikan, akan terlihat melalui
kegiatan pemantauan belajar seperti tes, atau ulangan anak.
c. Sasaran identifikasi
Setiap anak dalam kehidupan sehari hari seperti dalam pembelajaran pasti mengalami hambatan dan kesulitan, namun kesulitan
tersebut dapat diatasi dengan penanganan, pelayanan pendidikan pada umumnya. Berbeda dengan anak yang mengalami kelainan mereka
cenderung hanya dapat diatasi dengan pelayanan pendidikan khusus.
35
Pada dasarnya anak berkebutuhan khusus dapat dibedakan dari dua faktor, menurut Budiyanto 2014: 37 yakni faktor internal sebagai
faktor yang berasal dari dalam diri anak seperti kelaianan fisik, sosial, emosi yang cenderung berifat susah disembuhkan. Sedangkan faktor
eksternal adalah faktor yang berasal dari luar anak, seperti korban bencana alam, narkoba, lingkungan. Oleh karena itu, ada ABK yang
dapat disembuhkan karena ketunaannya sementara, namun ABK tetap sulit disembuhkan dan hanya diberi pelayanan pengembangan potensi.
Sasaran dalam pelaksanaan identikasi anak berkebutuhan khusus ini sendiri dibatasi pada faktor internal sesuai dengan Munawar Yusuf
dalam Budiyanto 2014: 37 seperti: 1
Anak yang mengalami gangguan belajar spesifik -
Gangguan belajar membaca disleksia -
Gangguan belajar menulis disgrafia -
Gangguan belajar berhitung diskalkula 2
Anak lamban belajar 3
Anak dengan gejala Under Achiever 4
Anak memiliki gejala gangguan emosional tunalaras 5
Anak memiliki gangguan komunikasi 6
Anak dengan gangguan penglihatan tunanetra 7
Anak dengan gangguan pendengaran tunarungu 8
Anak dengan gangguan kesehatan 9
Anak dengan gangguan anggota tubuh tunadaksa
36
10 Anak autisme
11 Anak korban penyalahgunaan narkoba
d. Hakekat Asesmen
Kegiatan asesmen merupakan tahapan lanjutan setelah dilakukan identifikasi pada anak berkebutuhan khusus. Pelaksanaan asesmen hanya
dapat dilakukan oleh pakar atau ahli yang ada dibidangnya. Asesmen pada anak berkebutuhan khusus berbeda dengan asesmen pada umumnya.
Asesmen pada tingkatan sekolah khusus adalah penghimpunan informasi yang rinci, baik kelemahan, potensi dan perilaku anak untuk penetapan
penyusunan rencana pembelajaran. Kegiatan Asesmen menurut Permendiknas RI No.70 Tahun 2009
adalah : “Proses pengumpulan informasi sebelum disusun program
pembelajaran bagi siswa berkelainan. Asesmen ini ditujukan untuk memahami keunggulan dan hambatan belajar siswa,
sehingga diharapkan program yang disusun benar- benar sesuai
dengan kebutuhan belajar siswa”. Berdasarkan pengertian tersebut, asesmen dapat diartikan sebagai
proses pengumpulan berbagai informasi tentang potensi, hambatan belajar sebelum disusun program pembelajaran. Lerner dalam Budiyanto 2014:
55 mengartikan asesmen sebagai langkah menghimpun informasi terkait anak berkebutuhan khusus yang dtujukan sebagai bahan pertimbangan dan
keputusan terhadap anak tersebut. Jadi asesemen, adalah langkah menggali informasi secara rinci terkait ABK sebagai bahan dasar pertimbangan
37
keputusan anak tersebut. Serupa dengan Roger Pierangelo 2009: 9 menyatakan bahwa:
“ assessment is a complex process that needs to be conducted by a multidiciplinary team of trained professionals and involved both
formal and informa methods of collecting informatian about students
.” Jadi asesmen sebagai suatu proses kompleks yang membutuhkan
peran dari para ahli dalam team serta menggunakan formal dan informal metode asesmen untuk menggali informasi tentang siswa secara rinci.
Tarmansyah 2007: 183 mengungkapkan jika kegiatan asesmen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam upaya
memperoleh informasi terkait hambatan belajar, kebutuhan pelayanan yang harus terpenuhi, serta potensi yang dimiliki, sehingga dapat menjadi
dasar pembuatan rencana pembelajaran sesuai kemampuan anak. Jadi hasil dari asesmen ini menjadi bahan dalam menyusun program belajar anak.
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai asesmen tersebut dapat ditegaskan bahwa asesmen sebagai suatu proses menggali informasi
tentang karakter, potensi dan kelemahan pada anak yang dilakukan oleh seorang pakar dibidangnya, sebagai bahan kajian dalam penetapan dan
penyusunan rencana belajar yang optimal serta pelayanan khusus yang sesuai dengan kebutuhan anak.
3. Tujuan Asesmen