163
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Implementasi kebijakan pengelolaan asesmen anak berkebutuhan khusus
pada sekolah inklusi di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi dilakukan melalui empat tahapan dengan membagi pihak yang berperan
dalam mengelola pendidikan di DIY, mengembangkan kerangka kerja berdasar kebijakan pusat, mengkoordinasikan sumber daya dan pembiayaan
antara Kabupaten Kota dengan Provinsi, dan mengaloksikan sumber daya dengan memperbantukan GPK. Dampak atau hasil dari penerapan tersebut
adalah; 1 diadakannya pelatihan asesmen atau pengetahuan PLB; 2 menjalin mitra kerja dengan lembaga terkait; 3 serta membentuk lembaga
khusus. Untuk meningkatkan kinerja, pemahaman guru, dan pengelolaan asesmen di SD N Brengosan I sebagai sekolah inklusi sudah dapat
merasakan apa yang diberikan Dinas terkait. Meskipun belum secara optimal, sekolah mampu untuk melaksanakan kebijakan asesmen ini melalui
beberapa tahapan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, tindak lanjut asesmen, dan pemberian pelayanan khusus jam tambahan belajar. Dimana
sekolah turut bekerja sama dengan pihak Puskesmas II Ngaglik sebagai mitra kerja sekolah. Dengan demikian bentuk implementasi yang dilakukan
Dinas berupa program pendukung pelaksanaan asesmen di sekolah inklusi.
164
2. Faktor Pendukung dalam implementasi kebijakan pengelolaan assessmen
ABK sekolah inklusi di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY ini adalah: 1 materi PLB Pendidikan Luar Biasa sudah diberikan pada mata
kuliah kependidikan; 2 tingkat pemahaman masyarakat terhadap pendidikan inklusi sudah meningkat; 3 adanya Puskesmas sebagai mitra
kerja sekolah. Sedangkan faktor penghambat implementasi kebijakan pengelolaan asesmen ini diantaranya: 1 pemahaman guru reguler masih
lemah; 2 alokasi tenaga GPK Guru Pendamping Khusus yang terbatas; 3 anggaran pelatihan bagi guru yang terbatas dan belum merata; 4 beberapa
orang tua kurang peduli dan sulit memahami arahan dari sekolah. B.
Saran
Berdasarkan temuan hasil penelitian yang didapat, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY seharusnya dapat
meningkatkan upaya pembinaaan dan pengarahan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten dalam mengelola pelaksanaan pendidikan inklusi. Mengadakan
musyawarah bersama antar setiap Dinas Pendidikan di Provinsi DIY dalam mendukung pelaksanaan pendidikan inklusi. Selain itu dapat melakukan
studi banding antara sekolah inklusi dengan SLB, sehingga dapat saling bertukar pemahaman dan pengetahuan.
2. Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman untuk dapat memanfaatkan tenaga
lulusan PLB untuk dapat diangkat menjadi tenaga GPK di sekolah inklusi.
165
Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pendidikan inklusi di Kabupaten Sleman.
3. Kepala Sekolah untuk dapat lebih meningkatkan hubungan sekolah dengan
orang tua agar dapat bersinergi dengan kebijakan yang dibuat sekolah. Lebih mendekatkan kepada orang tua siswa ABK secara perlahan. Dapat
melakukan sosialisasi terhadap orang tua terkait penanganan ABK. 4.
Guru Kelas agar lebih meningkatkan keterlibatan siswa normal dalam memotivasi ABK agar lebih memupuk rasa percaya diri dan kemauan
belajar Selain itu guru untuk dapat lebih aktif dalam keikutsertaan pengelolaan identifikasi dan asesmen, tidak bergantung pada posisi GPK.
Serta memperhatikan kebutuhan ABK dengan pembelajaran yang disampaikan.
5. Orang Tua diharapakan mampu untuk mengarahkan dan mendampingi anak
dalam belajar. Rasa keterbukaan pada orang tua untuk lebih terbuka, agar proses identifikasi dan asesmen dapat berjalan optimal disekolah.
166
DAFTAR PUSTAKA
Arif Rohman. 2009. Politik Ideologi Pendidikan. Yogyakarta: LaksBang Mediatama.
2012. Kebijakan Pendidikan Analisis Dinamika Formulasi dan Implementasi.Yogyakarta: Aswaja Presindo.
Budiyanto, dkk. 2014. Modul Pelatihan Pendidikan Inklusi. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar.
dkk TIM MCPM-AIBEP. 2009. Modul Training of Trainers Pendidikan Inklusif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
H.A.R.Tilaar Riant Nugroho. 2008. Kebijakan Pendidikan Pengantar Untuk Memahami Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan sebagai
Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hasan Alwi. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Herdina Tyas Leylasari. 2015. Pengembangan Panduan Identifikasi dan Assessmen Siswa Berkebutuhan Khusus Di SD N Inklusi X Surabaya.
Diakses dari
laman http:portal.widyamandal.ac.idjurnalindex.phpwartaarticleview2380.
Pada hari Kamis 28 Juli 2016 pukul 21.40 WIB. Imam Yuwono. 2015. Penerapan Identifikasi, Assessmen dan Pembelajaran
pada Anak
Autis di
Sekolah dasar
Inklusif. Diakses
dari http:eprints.unlam.ac.id3181JURNAL201.pdf. Pada hari Kamis 28
Juli 2016 pukul 20.49 WIB. Lay Kekeh Marthan. 2007. Manajemen Pendidikan Inklusif. Jakarta: DIRJEN
DIKTI. Lexy J. Moelong. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Mohammad Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Moh. Takdir Illahi. 2013. Pendidikan Inklusif Konsep dan Aplikasi.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. M. Tatang Amirin dkk. 2011. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Peraturan Daerah Provinsi DIY No. 4 tahun 2012 tentang Perlindungan Penyandang Disabilitas.
167
Peraturan Gubernur DIY No. 21 pasal 1 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi.
Peraturan Gubernur DIY No. 41 tentang Pusat Sumber dan Surat Keputusan Gubernur DIY No. 91 Kep tahun 2015 tentang Pembentukan Anggota
Pusat Sumber Pendidikan Inklusif. Permendiknas RI No.70 pasal 1 tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif.
Pierenglo, Roger. 2009. Assessment in Special Education a Practical Approach. United States: Pearson Education.
Sudiyono. 2007. Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta:UNY Press.
Sugiyono. 2015. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Suharsim Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta:Rinneka Cipta. Sunaryo. 2009. Manajemen Pendidikan Inklusif Konsep, Kebijakan, dan
Implementasinya dalam Perspektif Pendidikan Luar Biasa. Diakses dari http:file.upi.eduDirektoriFIPJUR._PEND._LUAR_BIASA195607221
985031-SUNARYOMakalah_Inklusf. Pada hari Senin, 1 Agustus 2016 pukul 23.00 WIB.
Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY No. 0131 Tahun 2013 tentang Pembentukan Sub Pusat Sumber di DIY.
Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kab. Sleman No. 245 tahun 2012 tentang Penetapan Sekolah Penyelenggara Pendidikan
Inklusi Kabupaten Sleman. Syafarudin. 2008. Efektifitas Kebijakan Pendidikan. Jakarta: Rinneka Cipta.
Tarmansyah. 2007. Inklusi Pendidikan untuk Semua. Jakarta: DEPDIKNAS. UUD 1945 pasal 31 ayat 1 tentang Pendidikan dan Kebudayaan.
UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
168
LAMPIRAN
169
PEDOMAN OBSERVASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN ASESMEN ABK SEKOLAH
INKLUSI
NO KOMPONEN
HAL YANG DIAMATI KEADAAN
KETERANGAN YA
TIdak 1
Kondisi Lokasi dan Keadaan Sekolah
Keadaan dan lingkungan sekitar
√ Sekolah
berada disekitaran
lingkungan SMP, dan SMA. Lokasi cukup kondusif untuk
aktivitas belajar
Akses Transportasi √
Lalu lintas transportasi cukup aman
tidak padat,
sekolah berdekatan
dengan jalan
sehingga tetap membutuhkan pengawasan. Kurang adanya
zona penyeberangan sekolah.
Keadaan guru dan karyawan √
Sekolah mempunyai ruangan tersendiri namun masih kurang
begitu luas. Data guru dan karyawan sudah ada di ruang
guru
Kesiswaan √
Sekolah mempunyai 6 kelas, dengan
keberadaan ABK
sebanyak 20
anak. Sudah
tersedia papan
informasi kesiswaan di ruang guru
Fasilitas sekolah √
Mempunyai ruang
Mushola, tempat Parkir, UKS, dan tempat
rapat hanya
belum ada
perpustakaan. Sarana prasaranan cukup memadai, hanya untuk
ABK dengan
kekhususan pancaindra atau gerak masih
belum. Lampiran I
170 Lanjutan Lampiran 1. Pedoman Observasi
NO KOMPONEN
HAL YANG DIAMATI KEADAAN
KETERANGAN Ya
Tidak 2
Kegiatan pembelajaran Kegiatan awal
√ Guru
menanyakan kesiapan
siswa dalam belajar, memimpin doa dan menerangkan materi
yang akan diberikan
Kegiatan Inti √
Materi belajar
sering menggunakan metode ceramah
dikte. Beberapa
saat mendampingi ABK di kelas
Pengelolaan ruang kelas √
Siswa ABK duduk didepan, bersama siswa ABK lainnya.
khusus ABK
berat duduk
disendirikan Pengelolaan bahan ajar
√ Bahan ajar yang digunakan
antara ABK dan anak normal sama,
menggunakan LKS
Lembar Kerja SISwa Pengelolaan siswa
√ Siswa dituntut untuk tidak
berisik, dan
jika kesulitan
bertanya. sesekali guru kelas mendampingi ABK
Pengelolaan waktu √
Waktu belajar sama dengan kelas lainnya. 1 jam pelajaaran
selama 40 menit.
Tingkat pemahaman siswa √
Biasanya dilakukan
dengan tanya jawab atau mencocokan
hasil jawaban siswa berasama. Kegiatan Penutup
√ Guru kelas memberikan PR,
ditutup dengan doa dan siswa membersihkan
kelas. Selanjutnya
dilakukan penambahan jam belajar khusus
ABK
171 NO
KOMPONEN HAL YANG DIAMATI
KEADAAN KETERANGAN
Ya Tidak
3. Pelayanan kebutuhan
khusus Persiapan
√ Siswa
ABK diinstruksikan
untuk tinggal dikelas, mengikuti penguatan materi
Kesesuaian Pembelajaran √
Penguatan materi
diberikan sesuai dengan kesulitan yang
dialami siswa saat belajar Keaktifan ABK
√ ABK cukup aktif mengikuti
tambahan belajar dan menerima arahan guru, walaupun sesekali
meminta pulang
Penutup √
Guru memberikan
tugas tambahan kepada ABK untuk
mempelajari materi
yang dianggap lemah oleh anak.
Lanjutan lampiran 1. Pedoman Observasi
172
PEDOMAN DOKUMENTASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN ASESMEN ABK SEKOLAH
INKLUSI NO
KOMPONEN DATA YANG
DIBUTUHKAN KEADAAN
KETERANGAN Ya
Tidak 1.
Data SPPI dan Kebijakan Asesmen
Data Sekolah Inklusi di Provinsi DIY
√ Rekap data SPPI berjumlah
156 sekolah, DIY sekitar 11 sekolah, Sleman sejumlah 33
sekolah, Kulon Progo terdapat 26 sekolah, Bantul sejumlah
39sekolah, dan Gunungkidul berjumlah 47 sekolah
Surat Keputusan Pembentukan Lembaga
Khusus √
Peraturan Gubernur DIY No. 41 tentang Pusat Sumber dan
Surat Keputusan Gubernur DIY No. 91 Kep tahun 2015
tentang
Pembentukan Anggota
Pusat Sumber
Pendidikan Inklusif. Beserta Surat
Keputusan Kepala
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY No. 0131
Tahun 2013
tentang Pembentukan
Sub Pusat
Sumber di DIY Kegiatan Pelatihan Asesmen
Guru Reguler √
Pelatihan Asesmen bagi guru reguler diadakan Seksi PLB
DISDIKPORA DIY
pada tanggal 11 September 2016.
Surat Keputusan Sekolah Inklusi
√ SK Kepala Dinas Pendidikan
Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Sleman Nomor:
245KPTS 2012
tentang penetapan SPPI di Kabupaten
Sleman
173 Lanjutan Lampiran 1. Pedoman Dokumentasi
NO KOMPONEN
DATA YANG DIBUTUHKAN
KEADAAN KETERANGAN
Ya Tidak
2 Profil Sekolah
Data Siswa Berkebutuhan Khusus
√ Rekap Data ABK berjumlah
20 siswa ABK. 17 siswa berketunaan
slow learner
lambat belajar, dan 3 siswa berketunaan tuangrahita.
Sejarah Sekolah √
Sekolah beridiri tahun 1951,
berada di Dusun Kayunan, Desa Kayunan, Kecamatan
Ngaglik, Kab.
Sleman. Berstatus Negeri .
Visi dan Misi Sekolah √
Sekolah mempunyai
Visi
unggul dalam prestasi dan berbudaya
dan diwujudkan dalam 9 Misi untuk tujuan
Sarana dan Prasarana √
Sekolah mempunyai
7 Ruangan, dan 10 alat peraga
untuk membantu
pembelajaran. Data Guru dan Karyawan
√ Rekap data guru berjumlah 12
orang, dan
karyawan sebanyak 2 orang
3 Pengelolaan
Asesmen ABK Form Isntrumen Identifikasi
Asesmen ABK √
Instumen terdiri dari 5 Form isian, 3 Form untuk guru kelas
dan 2 form untuk orang tua .
Hasil Asesmen ABK √
Hasil asesmen berdasarkan hasil tes IQ berupa skor dan
surat keterangan kelemahan dan kelebihan siswa. Serta
arahan dari Puskesmas.
174
Lanjutan Lampiran 1. Pedoman Dokumentasi
NO KOMPONEN
DATA YANG DIBUTUHKAN
KEADAAN
KETERANGAN
Ya Tidak
Rencana Pembelajaran RPP
√
Rencana Pembelajaran atau silabus
sama dengan
peserta didik reguler hanya disesuaikan dengan kondisi
dan kemampuan
ABK ketika
proses KBM
berjalan
175
PEDOMAN WAWANCARA A.
Pedoman Wawancara Kepala Seksi PLB DISDIKPORA Provinsi DIY
1. Bagaimana peran DIKPORA Provinsi dalam memenuhi kebutuhan
pendidikan ABK sekolah inklusi? 2.
Bagaimana Pengelolaan GPK yang dibutuhkan sekolah inklusi? 3.
Bagaimana dasar penetapan sekolah reguler menjadi sekolah inklusi? 4.
Menurut Anda, apakah asesmen penting untuk dilakukan? 5.
Adakah Juknis tentang pendidikan inklusi, adakah juknis pelaksanaan asesmen?
6. Bagaimana Implementasi Kebijakan pengelolaan asesmen abk di
DIKPORA Sleman? 7.
Mengapa kegiatan tersebut dianggap penting diberikan kepada guru sekolah inklusi?
8. Apakah Fakultas Ilmu Pendidikan UNY turut berperan dalam
Implementasi Kebijakan Pengelolaan Asesmen ABK? 9.
Apa yang diharapkan terhadap implementasi pengelolaan asesmen tersebut?sudahkah tercapai dengan yang diharapkan?
10. Sudahkah setiap sekolah inklusi mampu untuk melakukan asesmen
tersebut? 11.
Apa saja faktor pendukung dan penghambat dari Implementasi Kebijakan pengelolaan asesmen ABK di DISDIKPORA Provinsi DIY?
12. Setelah sekolah melaksanakan asesmen dan dapat diketahui jenis
pelayanannya apakah perlu untuk dilaporkan ke Disdik Sleman? 13.
Adakah Resource center di setiap kabupaten?
176
B. Pedoman Wawancara Kepala Kursis TK-SD DISDIK Kabupaten Sleman