203
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan Pengelolaan
Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY.
a. Faktor Pendukung
Informan Display Data
P
Kemampun guru atau kekurangan guru itu sendiri pertama kurang, kdua mereka
belum tahu dan perlu dilatih. Seperti yang pernah disampikan bapak Rochmat
Wahab sekarang ini ada materi PLB sekian SKS masuk dalam mata kuliah di
setiap prodi UNY juga menjadi faktor
pendukungnya. S
Kalau pendukungnya
pemahaman tentang
pendidikan inklsui
sudah mampu
diakses oleh
setiap masyarakatnya
SA Kalau faktor pendukungnya yaitu orang
tua siswa kooperatif bisa diajak untuk bermusyawarah, gurunya juga sabar,
pihak puskesmas juga bisa menerima kami dengan enak,
Kesimpulan Faktor pendukung dalam implementasi
kebijakan asesmen
ini dalam
penerapannya di
sekolah inklusidiantaranya pemberian materi
PLB pada perkuliahan yang mencetak tenaga
guru. Sehingga
masalah pemahaman guru kedepannya dapat
lebih luas dan siap jika menangani
204
ABK. Pemahaman masyarakat terkait pendidikan inklusi saat ini sudah dapat
diketahui serta diakses setiap masarakat. Orang tua anak mulai kooperatif dalam
bermusyawarah.
bFaktor Penghambatnya Informan
Display Data P
GPK alokasi waktunya hanya 2 hari, dengan 4 hari di SLB. Itupun di slb
ditinggal 2 hari juga kewalahan. Faktor penghambat lainnya seperti jumlah
sekolah inklusi kan sekian banyak, jadi kendala
yang sering
ditemui di
penganggarannya. Mungkin
juga kendalanya jumlah sekolah itu sekian
dan kita hanya bisa melaksanakannya tidak semua kena hanya sekitar 80 saja.
Selain itu
termasuk didalamnya
pengalokasikan pembinaan
sekolah oleh dinas kota dalam membina sekolah
inklusi belum maksimal S
Faktor penghambatnya itu pemahaman terhadap kebijakan pendidikan inklusi
belum semua dipahami guru reguler. Jadi mereka beranggapan jika siswa
inklusi itu akan menghambat prestasi sekolah. Perumpamaanya seperti ini
anak lambat belajar ini kalau diiterima disekolah akan mengurangi rata rata
205
prestasi sekolah
kami. Padahal
kebijakan di pemerintah pusat itu ada peningkatan mutu kualitas akademik
dan non akademik dan peningkatan akses, semua warga negara berhak
mendapatkan pendidikan
Kesimpulan Faktor penghambat yang dirasakan
Dinas Pendidikan
mengacu pada
permasalahan dalam peningkatan akses dan mutu. Kendala yang dialami
kebanyakan dari faktor kemampuan guru
dalam hal
pendidikan dan
pelayanan ABK
masih kurang,
diperbantukan GPK dari Dinas juga dirasa belum mampu. Dikarenakan
sekolah inklusi yang ada berbanding terbalik dengan ketersediaan GPK yang
diambil dari SLB, serta pelatihan dan terbatas anggaran yang ada.
206
CATATAN LAPANGAN Catatan Lapangan I
Hari Tanggal : Selasa, 6 September 2016 Pukul
: 12. 39 WIB
Pada hari tersebut peneliti berkunjung ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY pada pukul 12. 39 WIB untuk menemui Bapak Purwadi
selaku Kepala Seksi Pendidikan Luar Biasa untuk wawancara penelitian. Suasana yang sibuk nampak dalam ruangan tersebut. Selain itu mengingatkan kembali
masa
– masa saat melakukan PPL Praktek Pengalaman Lapangan dahulu. Penulis menyampaiakan proposal penelitian dan maksud dari penelitian tersebut.
Selain mewanancarai beliau, penulis juga mencari data – data pendukung dalam
penelitian, seperti program-program, rekap data SPPI, serta SK pembentukan Pusat Sumber dan Sub Pusat Sumber. Penulis juga disarankan untuk mengikuti
pelatihan pengelolaan assessmen guru SPPI yang sedang berlangsung saat itu. Tepatnya Hotel UIN Yogyakarta selama 5 hari mulai dari tanggal 5 September
hingga 10 September 2016. Selepas itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan berpamitan.
Lampiran III
207
Catatan Lapangan II
HariTanggal : Jum’at, 9 September 2016
Pukul : 08. 54 WIB
Pagi itu sekitar pukul 08.54 WIB penulis datang ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sleman, untuk melakukan wawancara lanjutan.
Sebelumnya penulis telah datang namun gagal bertemu dengan Kepala Seksi Bidang Kurikulum dan Kesiswaan TK dan SD, Bapak Subardi. Dinas Pendidikan
Kabupaten Sleman dianggap turut berperan dalam pelaksanaan dan pengelolaan sekolah inklusi di Kabupaten Sleman, selain itu dikarenakan sekolah yang
menjadi subjek penelitian selanjutnya berada di Sleman. Di hari itu penulis bertemu dengan beliau, bercengkrama terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan
menjabarkan maksud dan tujuan kedatangan. wawancara berlangsung sekitar setengah jam. Beliau akan bertemu dengan tamu sehingga proses wawancara kami
percepat. Setelah wawancara selesai dilakukan saya berpamitan dan mengucapkan terima kasih, selain itu juga memohon jika masih ada kekurangan untuk dapat
bertemu dengan beliau. Pada hari pula penulis berkunjung ke SD Negeri Brengosan I sekitar pukul
09.30 WIB dan disambut dengan suasana sekolah yang asri. Saat itu penulis bermaksud untuk menyampaikan ijin penelitian dan proposal penelitian, serta
memohon bantuan dari sekolah dalam proses penelitian tersebut. Janji antara kedua belah pihak telah disepakati untuk melakukan wawancara pada hari kamis
tanggal 15 September 2016.
208
Catatan Lapangan III
HariTanggal : Kamis, 15 September 2016
Pukul : 08. 47 WIB
Setelah hari yang disepakati tiba, penulis datang ke SD N Brengosan I untuk melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan
terhadap 3 narasumber diantaranya Kepala Sekolah yaitu bapak Sarjiyo, Ibu Guru Pendamping Khusus yakni Ibu Astuti, dan Ibu guru kelas atas nama Ibu Andri
Lestari. Wawancara berlangsung sekitar 70 menit dengan rata –rata durasi 22
menit. Ketiga pihak tersebut dapat bekerjasama dengan kooperatif. Setelah melakukan wawancara, penulis meminta dokumen pendukung berupa rekap data
siswa, guru dan karyawan, riwayat sekolah, RPP rencana pembelajaran, serta instrumen identifikasi assessmen. Dokumen tersebut dapat terpenuhi, namun
belum semua karena untuk instrumen identifikasi assessmen belum dibawa GPK. Selain itu penulis ikut bergabung dalam kegiatan belajar di kelas III, sebagai kelas
yang memiliki ABK cukup banyak. Anak berketunaan lambat belajar sebanyak 3 siswa, dan 2 siswa berketunaan tunagrahita. Proses belajar mengajar dilakukan
seperti kelas pada umumnya, namun ada peran GPK yang turut mendampingi siswa ABK di Kelas. GPK lebih sering mendampingi anak tunagrahita. Selepas
itu peneliti mengajukan pamit dan berterimakasih.
209
Catatan Lapangan IV
HariTanggal :Kamis, 29 September 2016
Pukul : 10.29 WIB
Selang beberapa hari peneliti kembali berkunjung ke SD N Brengosan I untuk melengkapi tambahan narasumber untuk guru kelas, sebagai pembanding
antara guru kelas rendah dan tinggi. Saat itu peneliti memilih perwakilan dari guru kelas IV, dikarenakan jumlah ABK di kelas tersebut lebih banyak dibandingkan
kelas V dan VI. ABK yang ada berjumlah 6 siswa, 5 siswa berketunaan lambat belajar dan 1 siswa berketunaan tunagrahita. Wawancara dilakukan selama 38
menit, dan dilanjutkan dengan observasi mengikuti proses KBM di kelas IV. Suasana pengajaran dilakukan seperti biasa, guru kelas mengajar sendiri tanpa
GPK. Sesekali mengajari siswa yang berketunaan, nampak kesulitan sekali adalah siswa ABK tunagrahita. Setelah selesai peneliti mengajukan untuk pergi dan
berterima kasih.
210
Catatan Lapangan V
HariTanggal : Jum’at, 30 September 2016
Pukul : 14.52 WIB
Peneliti kembali menemui bapak Subardi selaku Kepala Seksi Kurikulum dan Kesiswaan Dinas Pendidikan Sleman untuk melakukan wawancara tambahan.
Untuk melengkapi wawancara terdahulu yang terpotong dikarenakan kesibukan beliau. Wawancara dilakukan santai namun tetap fokus pada masalah. Kurang
lebih 20 menit peneliti dan narasumber saling berbincang.
211
Catatan Lapangan VI
HariTanggal : Rabu, 19 Oktober 2016
Pukul : 10.03 WIB
Peneliti datang ke SD Negeri Brengosan I untuk melakukan wawancara tambahan, sekaligus mengumpulkan dokumentasi instrumen Identifikasi dan
assessmen, serta mendokumentasikan proses jam tambahan belajar dan ekstrakurikuler. Hal ini dikarenakan sebelumnya data instrumen tersebut belum
ada, dan dapat diterima peneliti pada hari itu. Kurang lebih 23 menit peneliti dan narasumber berbincang- bincang dengan GPK yakni Ibu Astuti. Peneiliti juga
meminta bantuan dari GPK untuk menghubungkan kepada wali murid ABK yang dapat diwawancarai. Kemudian GPK akan memberi tahu peneliti jika ada
walimurid yang bersedia diwawancarai. Selepas itu peneliti menunggu jam pulang sekolah untuk dapat mengikuti jam tambahan belajar bagi Kelas I,
dikarenakan untuk kelas lainnya terbentur jadwal ekstrakurikurikuler Pramuka. Jam tambahaan belajar diikuti oleh 3 siswa, 2 siswa dianggap lemah dan satu
siswa diikutsertakan sebagai teman tambahan. Materi yang diajarkan saat itu pembelajaran huruf dan membaca, siswa sangat terpengaruh kepada teman
lainnya yang sudah pulang sehingga sulit fokus. Kgiatan tersebut berlangsung sekitar 20 menit karena siswa sudah tidak kerasan, sehingga guru hanya memberi
tugas bagi siswa ABK. Selepas jam tambahan belajar usai peneliti juga berkesempatan untuk mendokumentasikan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka, baik
anak normal dan ABK semua wajib mengikuti Pramuka.
212
Catatan Lapangan VII
HariTanggal : Minggu, 6 November 2016
Pukul : 16.40 WIB
Setelah mendapat informasi dari GPK bahwa ada wali murid yang bersedia diwawancarai, peneliti menghubungi beliau Bapak Sihomo sesuai saran
dari GPK. Beberapa hari peneliti sulit menemui, hingga pada akhirnya peneliti dapat bertemu dengan beliau pada hari tanggal 6 November 2016 pukul 16. 40
WIB. Sore itu peneliti datang berkunjung kerumah beliau untuk melakukan wawancara, dan disambut oleh walimurid. Siswa yang dianggap ABK juga sedang
bermain disekitar rumah. Nampak dari wajah anak tersebut seperti anak normal pada umumnya, hanya sedikit hiper. Peneliti berbincang
– bincang dengan wali murid berdasarkan fokus yang dicari, nampak pula ABK tersebut memberikan
makanan dan minuman kepada kami. Sekitar 60 menit kami berbincang- bincang dengan bapak Sihomo bersama istrinya, setelah dirasa data yang diperoleh telah
mencukupi. Peneliti berterimakasih dan memohon pamit.
213
DOKUMENTASI
Gambar 1. Proses pelaksanaan pelatihan asesmen ABK guru SPPI tahun 2016
Gambar 2. Materi pelatihan Alphabet Braile saat pelatihan asesmen ABK guru SPPI
Lampiran IV
Gambar 3. Plang penampang identitas SD N Brengosan I
Gambar 4. Piala – piala dan prestasi yang
diperoleh SD N Brengosan I
214 Gambar 5. Struktur organisasi pengurus guru karyawan sebagai SDM
pelaksanaan pengelolaan asesmen dan pendidikan inklusi SD N Brengosan I selaku sasaran kebijakan Dinas Pendidikan terkait
215 Gambar 6.Pelayanan khusus ABK berupa
Pendampingan oleh guru reguler saat KBM dikelas IV
Gambar 7. Pelayanan ABK berupa pendampingan oleh GPK terhadap ABK
kategori berat di kelas III
Gambar 8. Ekstrakurikuler kesenian tari pada kelas II yang diikuti siswa normal dan ABK
dalam rangka pengembangan potensi anak Gambar 9. Pelayanan Pendidikan Khusus
berupa jam tambahan belajar untuk siswa ABK
216 Gambar 10. Wawancara dengan Kepala Sie.
PLB DISDIKPORA Prov. DIY selaku agen kebijakan Pembina
Gambar 11. Wawancara dengan Kepala Kursis TK- SD DISDIK Kab. Sleman selaku
agen kebijakan Pelaksana
Gambar 12. Wawancara dengan Kepala SD N brengosan I yaitu Bapak SA
Gambar 13. Wawancara dengan GPK SD N brengosan I yaitu Ibu A
Gambar 14. Wawancara dengan Ibu Y selaku Guru kelas IV
Gambar 15. Wawancara dengan Ibu I sebagai wali siswa ABK slow learner
217
A. Instrumen Identifikasi SD N Brengosan I