Adapun prosedur pembelajaran dengan strategi ekspositori sebagai berikut:
63
1. Persiapan preparation yaitu guru mempersiapkan siswa untuk menerima
pelajaram 2.
Penyajian presentation bahan materi pelajaran yang dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa.
3. Menghubungkan correlation materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau
dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa mengangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang dimilikinya.
4. Menyimpulkan generalization berarti memberikan keyakinan kepada siswa
tentang kebenaran suatu paparan agar siswa tidak merasa ragu akan penjelasan yang disampaikan guru.
5. Mengaplikasikan application penguasaan dan pemahaman materi yang
dimiliki siswa melalui pemberian tugas atau tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang telah disajikan.
Pada strategi ekspositori terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan. Adapun beberapa keunggulan strategi ekspositori yaitu:
64
1. Guru dapat mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, sehingga
dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
2. Sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasi siswa cukup luas,
sementara waktu yang dimiliki terbatas. 3.
Siswa dapat melihat atau mengobservasi melalui pelaksanaan demonstrasi. 4.
Dapat digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar. Sedangkan beberapa kelemahan strategi ekspositori antara lain:
65
1. Strategi ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yng memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
63
Sanjaya. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, loc. cit.
64
Majid, op. cit., h. 220
65
Ibid., h.221
2. Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik
perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar siswa.
3. Strategi ini sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal sosialisasi,
hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis. 4.
Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat bergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri,
semangat, antusiasme, motivasi, dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa hal itu sudah dapat dipastikan pembelajaran tidak mungkin berhasil.
5. Pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru
mengingat gaya komunikasi metode ini lebih banyak terjadi satu arah one- way communication sehingga kesempatan untuk mengontrol pemahaman
siswa akan terbatas pula. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
konvensional adalah suatu kegiatan pembelajaran yang pada umumnya guru mendominasi kegiatan pembelajaran dan siswa hanya berperan sebagai penerima
informasi, sehingga aktivitas siswa menjadi terbatas dan pembelajaran pun menjadi pasif.
B. Kajian Hasil Penelitian Relevan
Adapun peneliti beranggapan ada penelitian yang mirip namun tidak serupa yang menjadi sebuah pembelajaran dalam penelitian ini. Beberapa
diantaranya seperti penelitian yang dilakukan oleh: 1.
Carolin Olivia, Universitas Negeri Yogyakarta, dalam penelitiannya yang berjudul “Mengembangkan Pemahaman Relasional Siswa Mengenai Luas
Bangun Datar Segiempat dengan Pendekatan PMRI”. Pengertian pemahaman
relasional yang digunakan oleh peneliti dalam hal ini adalah mengenai
kemampuan penggunaan aplikasi dalam bentuk representasi dalam kehidupan sehari-hari.
66
2. I. B. Kt. Dharma Putra, Universitas Pendidikan Ganesa, dalam jurnalnya yang
berjudul “Pengaruh Strategi REACT Terhadap Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas V ”. Strategi REACT merupakan salah satu strategi pembelajaran
kontekstual yang memberikan ruang gerak kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri.
67
3. Rina Triana Juli Agustin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Pendekatan
Pembelajaran Konstruktivisme Strategi REACT terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa
”. Strategi REACT menekankan pada aktivitas siswa dalam menghubungkan,
mengalami, menerapkan,
serta mentransfer
yang dilaksanakan secara kooperatif untuk menemukan dan memahami konsep.
68
Selain itu, penggunaan strategi REACT mampu memberikan hasil yang positif terhadap hasil belajar, kemampuan pemecahan masalah maupun
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Ditunjukan dari hasil penelitian sebagai berikut:
a. Pada penelitian Mengembangkan Pemahaman Relasional Siswa Mengenai
Luas Bangun Datar Segiempat dengan Pendekatan PMRI menunjukkan bahwa karakteristik PMRI memiliki peran yang signifikan dalam mengembangkan
pemahaman relasional matematis siswa. b.
Pada penelitian Pengaruh Strategi REACT Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V oleh I. B. Kt. Dharma Putra menunjukkan rata-rata skor
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi REACT adalah 25,60, sedangkan rata-
66
Carolin Olivia, “Mengembangkan Pemahaman Relasional Siswa Mengenai Luas Bangun
Datar Segiempat dengan Pendekatan PMRI ”, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika, Yogyakarta, 9 November 2013, h. 2
67
I. B. Kt. Dharma Putra, “Pengaruh Strategi REACT Terhadap Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas V ”, Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 2 No. 1, 2014, h. 5
68
Rina Triana Juli Agustin, Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme Strategi REACT Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa, Skripsi pada Universitas Islam Negeri
Jakarta, Jakarta, 2010, h. 42, tidak dipublikasikan.
rata skor kemampuan pemecahan masalah siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional adalah 13,95.
c. Pada penelitian Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme Strategi
REACT terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa oleh Rina Triana Juli Agustin menunjukkan Rata-rata hasil posttest matematika yang diajarkan
dengan strategi REACT adalah 71,54, sedangkan rata-rata hasil posttest matematika yang dibelajarlan dengan konvensional adalah 64,28
C. Kerangka Berpikir
Tujuan dilaksanakannya pembelajaran matematika salah satunya adalah siswa dapat paham terhadap konsep atau materi yang diberikan.
Pemahaman terhadap konsep tersebut yang akan digunakan oleh siswa untuk memahami konsep selanjutnya. Terutama pemahaman relasional siswa. Hal
tersebut dikarenakan konsep dalam matematika memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, sehingga apabila siswa telah memiliki pemahaman
relasional akan lebih mudah untuk memahami konsep selanjutnya. Pada kenyataannya, tujuan pembelajaran matematika tersebut belum
tercapai dengan baik. Kebanyakan siswa masih menerapkan sistem menghafal dalam proses pembelajaran. Selain itu kebiasaan guru langsung memberikan suatu
konsep secara baku, tanpa memberikan penjelasan mengenai pembentukan konsep itu sendiri. Sehingga ketika siswa mengerjakan soal yang berbeda dengan yang
dicontohkan oleh guru atau harus menemukan konsep yang belum diketahui dalam soal, siswa tidak dapat menyelesaikannya. Hal tersebut dikarenakan
pemahaman relasional yang dimiliki siswa belum terbentuk secara maksimal. Salah satu upaya agar siswa mampu mengembangkan pemahaman
relasional matematikanya yaitu dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajarannya. Pembelajaran secara aktif dapat meningkatkan
kemampuan berpikir siswa sehingga siswa akan lebih mudah mengembangkan kemampuan pemahaman relasionalnya serta mampu menyelesaikan permasalahan
yang lebih luas.
Guru diharapkan dapat menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode, atau teknik pembelajaran yang dapat membangkitkan pemahaman
relasional siswa, salah satunya adalah pendekatan konstruktivisme strategi REACT. Penerapan yang sistematis dalam pendekatan konstruktivisme strategi
REACT akan memudahkan siswa dalam memperoleh pemahaman melalui berbagai tahapan-tahapan pembelajaran yang ada di dalamnya.
Pendekatan konstruktivisme strategi REACT membantu siswa lebih mandiri dalam memahami ide pokok dari suatu konsep yang sedang dibahas.
Sedangkan guru hanya bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Pendekatan konstruktivisme strategi REACT
memiliki lima elemen diantaranya relating, experiencing, applying, cooperative, dan transferring.
Pada tahap relating siswa diminta untuk mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya atau dengan kehidupan
nyata. Melalui relating, siswa dibiasakan untuk menghubungkan suatu konsep dengan konsep lainnya yang telah dipelajari. Sehingga dalam hl ini, skema
pengetahuan siswa akan terbentuk dengan sendirinya. Elemen kedua adalah experiencing. Pada tahap ini siswa diarahkan untuk menemukan sendiri kebenaran
dari materi yang sedang dipelajari. Sehingga konsep akan melekat lebih lama dalam ingatan siswa karena terbentuk melalui pengalaman yang telah dilakukan
oleh siswa. Selain itu, pemahaman yang terbentuk pada siswa pun akan lebih mendalam. Selanjutnya applying, dimana pada tahap ini siswa mulai
menggunakan apa yang telah mereka temukan pada tahap experiencing untuk diaplikasikan dalam memecahkan suatu permasalahan yang terkait dengan
pembahasan. kemudian pada tahap cooperative siswa diajarkan untuk bekerja sama dalam mempelajari dan memecahkan suatu permasalahan. Siswa akan lebih
leluasa menyampaikan ide-ide yang dimiliki jika dengan temannya. Terakhir adalah tahap transferring. Dimana dalam transferring siswa menggunakan
pengetahuan yang telah dimiliki untuk diterapkan dalam situasi yang baru. Situasi yang dimaksud salah satunya dapat berupa soal-soal dalam bentuk yang lebih
bervariasi.