mana kemampuan pemahaman yang dimiliki oleh siswa terhadap sebuah konsep.
Navarra mengatakan bahwa proses applying merupakan bagian yang paling penting dari proses belajar aktif. Ketika siswa dapat menyadari bahwa
suatu rumus atau definisi yang telah mereka pahami bagaimana proses terbentuknya dapat diterapkan untuk menyelesaikan suatu permasalahan
sehari-hari, mereka akan merasa senang dan antusias dalam belajar.
51
Semua siswa akan melihat betapa pentingnya sebuah konsep-konsep kunci dalam
memecahkan sebuah permasalahan realistik.
52
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Crawford menunjukkan bahwa latihan yang bersifat realistik atau otentik dapat memotivasi siswa
untuk belajar memahami konsep di tingkat yang lebih dalam. Adapun strategi- strategi kelas yang direkomendasikan antara lain:
53
1 Fokuskan pada aspek-aspek pembelajaran yang bermakna. Guru harus
memberikan tugas-tugas yang relevan dan otentik dengan dunia nyata. 2
Susunlah tugas yang baru, variasi, beragam, dan menarik. 3
Susunlah tugas yang menantang tetapi masuk akal dan sesuai kemampuan siswa.
Apabila strategi-strategi tersebut diterapkan secara makimal, maka pembelajaran di dalam kelas akan lebih bermakna.
4 Cooperative bekerja sama
Pada beberapa permasalahan untuk kategori soal-soal yang rumit mungkin beberapa siswa tidak dapat menyelesaikannya secara individu. Oleh
karena itu, mereka perlu bekerja sama secara berkelompok untuk mendiskusikan solusi yang tepat untuk dapat menyelesaikan permasalahan
tersebut. Trianto mengartikan “bekerja sama sebagai proses belajar dalam
51
Navarra, op. cit., h. 5.
52
Crawford, op. cit., h. 9.
53
Ibid, h.10.
konteks saling berbagi, merespon, dan berkomunikasi dengan siswa lainnya
”.
54
Kooperatif merupakan kegiatan siswa yang dilakukan secara berkelompok untuk berdiskusi, bertukar ide dan pendapat, serta bekerja sama
dalam upaya memecahkan suatu permasalahan yang bersifat kompleks. Menurut Navarra,
“bekerja sama berarti berbagi dan berinteraksi dengan teman sebaya. Melalui bekerja sama, siswa belajar untuk beradaptasi
dengan berbagai struktur keyakinan yang berbeda ”.
55
Siswa akan lebih leluasa mengungkapkan ide dan pendapat mereka tanpa rasa malu jika dengan teman
sebaya. Selain itu siswa juga akan lebih mudah menjelaskan pemahaman yang mereka punya kepada orang lain atau merekomendasikan pemecahan masalah
bagi permasalahan kelompok.
56
Terdapat lima prinsip yang mendasari pembelajaran kooperatif, yaitu:
57
a Positive independence artinya adanya saling ketergantungan positf yakni
anggota kelompok menyadari pentingnya kerja sama dalam pencapaian tujuan.
b Face to face artinya antar anggota berinteraksi dengan saling berhadapan.
c Individual accountability artinya setiap anggota kelompok harus belajar
dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai keberhasilan kelompok. d
Use of collaborativesocial skill artinya harus menggunakan keterampilan bekerja sama dan bersosialisasi. Agar siswa mampu berkolaborasi perlu
adanya bimbingan guru. e
Group processing artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja secara efektif.
Pembelajaran yang dilakukan dengan bekerja sama dapat membangun dan melatih berbagai sikap, nilai dan keterampilan-keterampilan sosial pada
diri siswa yang akan digunakan dalam kehidupan di masyarakat.
54
Trianto. loc. cit.
55
Navarra. loc. cit.
56
Crawford, op. cit., h. 11.
57
Riyanto, op. cit., h. 266.
5 Transferring mentransfer
Mentransfer menurut Trianto yakni strategi mengajar yang kita definisikan sebagai menggunakan pengetahuan dalam sebuah konteks baru
atau situasi baru suatu hal yang belum teratasidiselesaikan dalam kelas.
58
Kegiatan belajar pada proses transferring tersebut ditekankan pada terwujudnya kemampuan untuk memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau
konteks yang baru.
59
Dalam proses transferring, apabila siswa telah berhasil mempelajari suatu konsep yang baru, siswa dapat menggunakan suatu konsep yang baru
tersebut untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam situasi lain yang masih berhubungan dengan konsep yang baru dipelajari tersebut. Dalam hal
ini permasalahan yang disajikan lebih bervariasi dibandingkan dengan masalah yang disajikan pada proses applying. Selain itu siswa juga dapat
menerapkan konsep tersebut dalam berbagau mata pelajaran lain yang saling terkait.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi REACT lebih mengutamakan kegiatan siswa yang bersifat mandiri. Guru dalam hal ini
hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam berbagai aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Strategi ini digunakan untuk menciptakan pembelajaran
yang berlandaskan pada pemahaman siswa bukan hanya sekedar menghafal suatu konsep.
Kegiatan yang disajikan dalam strategi REACT mengarah pada kehidupan nyata atau pun pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki
sebelumnya. Konsep melalui strategi REACT dibangun secara langsung oleh siswa sehingga penggunaannya lebih bermakna. Selain itu, siswa juga
diarahkan untuk dapat menemukan sendiri solusi dari berbagai permasalahan yang disajikan berdasarkan pengetahuan yang telah mereka peroleh.
58
Trianto. loc. cit.
59
Suprijono, op. cit., h. 84.
c. Langkah-langkah Strategi REACT
Adapun langkah-langkah strategi REACT di dalam kelas antara lain:
Tabel 2.2 Langkah-langkah Strategi REACT
No. Tahapan
Kegiatan
1. Relating
Mulailah pelajaran dengan menggali dan mengembangkan pengetahuan
prasyarat siswa
dengan cara
mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan
dipelajari. 2.
Experiencing Siswa melakukan pembuktian atau kegiatan penggalian sebuah konsep yang disajikan oleh guru terkaitan dengan materi yang
sedang dipelajari 3.
Applying Siswa diberikan permasalahan untuk mengaplikasikan konsep
yang telah mereka dapat pada proses sebelumnya yang disajikan dalam Lembar Diskusi Siswa LDS
4. Cooperative
Pada proses ini siswa dikelompokkan secara heterogen yang terdiri dari 4-5 orang untuk bekerja sama memecahkan
permasalahan yang diberikan pada proses applying. 5.
Transferring Siswa diberikan sebuah permasalahan yang lebih bervariasi
sebagai proses penggalian pemahaman yang lebih tinggi terhadap konsep yang telah dipelajari
5. Pendekatan Konvensional
Pendekatan konvensional merupakan pendekatan pembelajaran yang paling sering diterapkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Dalam
pembelajaran ini guru jarang melibatkan peran aktif siswa karena guru yang lebih memegang seluruh proses pembelajaran teacher centered. Pendekatan
konvensional lebih menitikberatkan pada hasil akhir dibandingkan dengan proses pembelajaran.
Pada pendekatan teacher centered, guru mempresentasikan informasi kepada siswa, sehingga siswa hanya berperan sebagai penerima informasi yang
diberikan oleh guru. Penyampaian materi pun lebih ditekankan pada keterampilan- keterampilan dasar seperti hafalan dan sebagian besar mengabaikan proses
pemahaman. Kegiatan belajar pada pendekatan ini bersandar pada buku teks yang digunakan di sekolah.
Sehubungan dengan proses pembelajaran yang berpusat pada guru, maka minimal ada tiga peran utama yang harus dilakukan seorang guru, yaitu:
a. Guru sebagai perencana.
Sebagai perencana pengajaran, sebelum proses pembelajaran guru harus menyiapkan berbagai hal yang diperlukan, seperti misalnya materi pelajaran
apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, media apa yang harus digunakan, dan lain sebagainya;
b. Guru sebagai penyampai informasi.
Dalam melaksanakan perannya sebagai penyampai informasi, sering kali guru menggunakan metode ceramah sebagai metode utama. Metode ini merupakan
metode yang dianggap ampuh dalam proses pembelajaran. c.
Guru sebagai evaluator. Sebagai evaluator guru juga berperan dalam menentukan alat evaluasi
keberhasilan pembelajaran.
60
Terdapat berbagai macam strategi, model, metode, serta teknik pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk mendukung pendekatan
teacher centered, salah satunya seperti yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu strategi ekspositori. Strategi ekspositori menurut Sanjaya merupakan
“pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat
menguasai materi secara optimal”.
61
Pembelajaran ini berorientasi pada guru,
60
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Satuan Pendidikan KTSP, Jakarta: Kencana, 2011, Cet. 4, h. 208-209.
61
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2008, Cet. 4, h.189
karena guru memegang peranan yang lebih dominan. Fokus utama pembelajaran ini adalah kemampuan akademik siswa.
Strategi ekspositori sama seperti ceramah dalam hal pusat kegiatan yang terdapat pada guru sebagai pemberi informasi. Akan tetapi, pada strategi
ekspositori dominasi guru tidak seperti pada ceramah. Dalam pembelajaran ini guru tidak terus menerus bicara, melainkan hanya pada awal pembelajaran
menerangkan materi dan memberikan contoh soal. Selain itu, aktivitas murid pun tidak hanya mendengar dan membuat catatan saja, tetapi juga mengerjakan soal
latihan dan bertanya jika ada yang tidak dimengerti. Dalam penggunaan strategi pembelajaran ekspositori terdapat beberapa
prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru yaitu:
62
a. Berorientasi pada tujuan
Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam metode ekspositori, namun tujuan pembelajaran harus menjadi pertimbangan utama
dalam penggunaan metode ini. Karena itu sebelum pembelajaran berlangsung, guru terlebih dahulu harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan
terstruktur. b.
Prinsip komunikasi Dalam proses komunikasi, bagaimanapun sederhananya, selalu terjadi urutan
pemindahan pesan informasi dari sumber pesan guru ke penerima pesan siswa. Sistem komunikasi dikatakan efektif manakala pesan itu dapat mudah
ditangkap oleh siswa secara utuh. c.
Prinsip kesiapan Dalam prinsip ini dijelaskan bahwa individu akan merespon dengan cepat dari
setiap stimulus yang muncul manakala dalam dirinya sudah memiliki kesiapan.
d. Prinsip berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut.
62
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013, Cetakan Pertama, h. 217
Adapun prosedur pembelajaran dengan strategi ekspositori sebagai berikut:
63
1. Persiapan preparation yaitu guru mempersiapkan siswa untuk menerima
pelajaram 2.
Penyajian presentation bahan materi pelajaran yang dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa.
3. Menghubungkan correlation materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau
dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa mengangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang dimilikinya.
4. Menyimpulkan generalization berarti memberikan keyakinan kepada siswa
tentang kebenaran suatu paparan agar siswa tidak merasa ragu akan penjelasan yang disampaikan guru.
5. Mengaplikasikan application penguasaan dan pemahaman materi yang
dimiliki siswa melalui pemberian tugas atau tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang telah disajikan.
Pada strategi ekspositori terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan. Adapun beberapa keunggulan strategi ekspositori yaitu:
64
1. Guru dapat mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, sehingga
dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
2. Sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasi siswa cukup luas,
sementara waktu yang dimiliki terbatas. 3.
Siswa dapat melihat atau mengobservasi melalui pelaksanaan demonstrasi. 4.
Dapat digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar. Sedangkan beberapa kelemahan strategi ekspositori antara lain:
65
1. Strategi ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yng memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
63
Sanjaya. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, loc. cit.
64
Majid, op. cit., h. 220
65
Ibid., h.221