Kualifikasi peserta didik kelas bilingualInternasional

dalam konteks kehidupan sehari-hari. dan yang terkait dengan matematika, sains, dan teknologi. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran matematika, peserta didik mampu memahami konsep bilangan real, aljabar, bangun geometri, konsep data, pengumpulan dan penyajian data, berpikir logis dan realistis serta keterampilan berbahasa Inggris yang baik secara ilmiah. Sedangkan dalam pelajaran IPA, peserta didik telah memiliki kemampuan menggali dan mengkomunikasikan ide-ide sains secara tertulis maupun lisan, kemampuan refleksi terhadap kemampuan atau pemikiran sainsnya sendiri, kemampuan sains dengan keterampilan ICT tertentu, dan berbagai macam strategi pemecahan gejala alam di lingkungannya, Dalam proses pembelajaran dilakukan pengayaan dengan menerapkan berbagai pendekatan. Dilihat dari sudut pandang tempat sekolah telah menerapkan pembelajaran di dalam kelas, di laboratorium dan di luar kelas outdoor study. Dilihat dari pendekatan sajian materi sekolah telah menerapkan pendekatan kontekstual dalam belajar. Artinya semua materi yang dijasajikan telah diseleksi sesuai dengan peristiwa keseharian siswa sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.Penerapan proses pembelajaran dengan berbasis teknologi informatika dipenuhi sekolah dengan cara penempatan ketersediaan akses komputer di semua ruang layanan yang dilengkapi dengan jaringan internet terutama dengan teknologi wi-fi. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan guru dan siswa dalam memperoleh akses sumber data dan bahan pembelajaran dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan belajar dengan cara yang cepat.Penerapan bahasa Inggris sebagai pengantar dalam pembelajaran IPA, Matematika dan Komputer dilakukan dengan menerapkan team teaching yang terdiri dari seorang guru bidang studi yang mengausai kurikulum nasional KTSP dan seorang guru bidang studi yang menguasai silabus Cambridge. 33 Dari hasil observasi yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa proses 33 Analisa Hasil Observasi kelas Internasional, Wali kelas IX SMP Bakti Mulya 400, 20 November 2014, pukul 13.10, di kelas, Lebak Bulus: Jakarta Selatan pelaksanaan perencanaan program bilingual di setiap jenjang kelas berjalan dengan baik melihat proses pembelajaran yang telah menggunakan active learning sehingga peserta didik lebih mudah memahami materi. Diimbangi dengan kualifikasi guru dan peserta didik yang sudah tersaring terlebih dahulu sehingga memudahkan proses pembelajaran di dalam kelas.

d. Pengembangan Program Bilingual

Dalam tahap pengembangan program bilingual. SMP Bakti Mulya 400 melaksanakan kurikulum plus yang merupakan adopsi dan adaptasi dari kurikulum Cambridge dan kurikulum Nasional. Dalam kurikulum plus, ada empat mata pelajaran yang menggunakan bahasa pengantar yaitu bahasa inggris dengan native speaker khusus dari luar negeri, Adapun tahap pengembangan program dapat dibagi ke dalam 3 jenjang kelas sebagai berikut: 1 Kelas VII bridging program Dalam hal ini sekolah membuat English Camp dan bekerjasama dengan English First EF selama 2 malam 3 hari dalam10 sesi untuk beranekamacam pembelajaran bahasa Inggris dan game oleh native speaker dan bertujuan untuk menyamakan kemampuan bahasa inggris mereka karena mereka berasal dari SD yang berbeda dengan kemampuan yang berbeda. Hal ini dilakukan agar memiliki kemampuan bahasa di kelas, bekerjasama dalam tim, timbul kepercayaan diri. 2 Kelas VIII home stay Peserta didik program bilingual tinggal di rumah penduduk negara yang dipilih dan bekerjasama dengan pihak lain yang akan menjadi sister school. Peserta didik kelas bilingual melakukan home stay di beberapa negara di dunia. Adapun kegiatan networking internasional adalah sebagai berikut: a Home stay1: Adni Internasional School Malaysia 2011 b Mengikuti Indofest Adelaide c Brotherhood Leadership Camp di Turki dan Homestay 2: Ceceli Okullari Ankara Turki dan penandatanganan MOU di Kedubes RI Ankara Turki d Mendapat kunjungan guru-guru sekolah Thailand dan mendapat kunjungan Sekjen ASEAN e Homestay 3: Hallet Cove Adelaide Australia f Kunjungan dan kesepakatan kerjasama Elliot Primary School Adelaide dengan SMP Bakti Mulya 400 g Mengikuti festival budaya di Ferrierre Italia h Homestay 4: St. Luke Grammar School Sydney Australia 3 Kelas IX check point test Dalam check point test, dilakukan tes berupa Matematika, Sains dan Inggris. Soalnya ujian didapat langsung dari Cambridge dengan terlebih dahulu dilakukan pendalaman materi dan pre test agar mengetahui jenis soalnya dan cara pembahasannya. Ujian Check point bukan merupakan bentuk eliminasi hanya saja untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan mereka. Penilaian peserta didik kelas internasional bernilai 6. Jadi nilainya berbentuk very poor, poor, good, excellent. 34 Jadi, dapat disimpulkan bahwa tahap pengembangan program bilingualinternasional melalui 3 tahap yaitu: tahap bridging program yang dilaksanakan pada kelas VII, tahap home stay pada kelas VIII, dan tahap check point test yang dilakukan pada kelas IX. Tahapan pengembangan ini dilakukan sesuai dengan tingkatan kemampuan siswa. Pada awal memasuki jenjang kelas, peserta didik diajak untuk memahami terlebih dahulu dunia program bilingual dengan melalukan pembelajaran bahasa di luar KBM sehingga memiliki confidence yang baik dan mampu bekerjasama dalam tim. Meningkat ke kelas VIII, peserta didik mulai diajak berdialog dan berinteraksi ke sekolah lain di luar negeri dengan kemampuan bahasa yang mereka miliki agar mereka mengetahui sejauhmana ilmu yang telah mereka dapat sebelumnya, kemudian, pada tahap terakhir dalam jenjang kelas terakhir, mereka diuji oleh International Cambridge Examination CIE untuk menerapkan pembelajaran bahasa dan kemampuan akademik lainnya yang mereka 34 Hasil wawancara dengan Novini Vilakusuma, Ketua bidang program bilingual SMP Bakti Mulya 400, 25 November 2014, pukul 13.48, di ruang konseling, Lebak Bulus: Jakarta Selatan