21
keberlimpahan surplus investasi akibat melonjaknya harga minyak mentah dunia atau dikenal dengan masa “oil booming” sejak dekade 1970-an. Memang tidak dapat
dipungkiri tingginya keberlimpahan surplus dana negara-negara Arab petrodollar tersebut telah semakin mengakselerasi ekspansi sistem ekonomi berbasis syariah.
Namun perlu diketahui, sedari awal para cendekiawan muslim
22
telah memperkenalkan dan menggerakkan sistem ekonomi kontemporer berbasis syariah
bukan hanya berlandaskan aspek ekonomis semata, tetapi lebih kepada aspek filosofis dan aspek sosiologis guna memenuhi kebutuhan untuk dapat beraktifitas sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini juga, sistem ekonomi Islam ditawarkan sebagai alternatif pengganti sistem ekonomi sosialis dan kapitalis yang dianggap telah
gagal membawa kesejahteraan dan keadilan yang merata.
23
Ghirah pengembangan
22
Banyak diantara para pemikir dan praktisi yang memperjuangkan pengembangan sistem ekonomi
kontemporer berbasis syariah merupakan ulama yang juga ahli ekonomi yang umumnya lulusan
ekonomi Barat. Kapasitas
mereka sebagai ilmuwan ekonomi Islam tidak diragukan sedikitpun, karena
latar belakang keilmuwan mereka sejak awal adalah ilmu ekonomi konvensional, namun mereka
juga telah memahami syariah secara mendalam. Dalam sebuah artikel pada web‐blog miliknya,
Agustianto menyebutkan kurang lebih sekitar 50 nama para ilmuan ekonomi Islam ini, sebagian
diantaranya yang sudah sangat populer yaitu Muhammad Nejatullah Ash‐Shiddiqy, Muhammad
Abdul Mannan, M Umer Chapra, Masudul Alam Khudary, Monzer Kahf, M Akram Khan, Kursyid
Ahmad, Dhiauddin Ahmad, Muhammad Muslehuddin, Afzalur Rahman, Hasanuz Zaman, Sudin
Haroen, M Fahim Khan, Volker Ninhaus, Abbas Mirakhor, Syed Nawab Haidar Naqvi, Baqir al‐ Sadr,
Manzoor Ali, Anas Zarqa, Mukhtar M Metwally, Hasan Abu Rukba, Zubair Hasan, Sakhrur Rafi Khan,
Mahmud Ahmad, dan lain‐lain. Serta masih banyak lagi pakar ekonomi Islam lainnya yang kesemuanya
mengecam dan mengharamkan bunga, baik konsumtif maupun produktif, baik kecil maupun
besar, karena bunga telah menimbulkan dampak sangat buruk bagi perekonomian dunia dan berbagai
negara. Agustianto, “Ijma’ Ulama tentang Keharaman Bunga Interest Bagian I”, artikel diakses
tanggal 10 April 2010 dari http:agustianto.niriah.com20080501ijmaE28099
‐ulama‐ tentang
‐keharaman‐bunga‐interest .
23
Sistem ekonomi sosialis‐komunis sudah tidak terlalu didengungkan sejak runtuhnya pengaruh
negara Uni Soviet. Di luar dari itu, pada dasarnya kekurangan dari sistem ekonomi sosialis adalah
hilangnya esensi yang penting pendamping aktifitas kehidupan, yaitu prinsip ketuhanan ilahiyah.
Keadilan distributif yang mereka gencarkan seraya mengabaikan aspek keagamaan malah menciptakan
pemimpin materialis dan totaliter. Sedangkan sistem ekonomi kapitalis‐liberalis, dengan
22
sistem ekonomi kontemporer berbasis syariah telah dimulai di akhir dekade 1960-an hingga sekarang, dan semakin pesat terdorong oleh tingginya permintaan negara-
negara Timur Tengah untuk dapat memanamkan modalnya di sektor non-ribawi.
B. Sistem Keuangan Islam Islamic Financial System
Secara institusional sistem keuangan Islami saat ini telah tumbuh dan berkembang menyesuaikan diri dengan sistem keuangan yang telah ada. Banyak
negara, termasuk Indonesia dan Malaysia di dalamnya, yang menjalankan institusi keuangannya berdampingan antara konvensional dengan syariah dual economic
system . Hanya negara Iran, Sudan, dan Pakistan yang dianggap menjalankan sistem
keuangan Islami secara manunggal single economic system. Sejalan dengan pemahaman yang telah ada, pasar keuangan Islami juga
merupakan suatu wahana intermediasi antara pihak yang kelebihan dana surplus unit
dengan pihak yang membutuhkan dana deficit unit. Dalam hal ini pasar keuangan Islami juga mengenal dua jenis investasi, investasi secara langsung maupun
investasi secara tidak langsung. Investasi secara langsung melalui pasar modal yang juga memperdagangkan saham maupun obligasi syariahsukuk, bedanya objek yang
diperdagangkan pada pasar modal tersebut telah melewati proses purifikasi dari hal- hal yang dilarang syariat. Sedangkan investasi secara tidak langsung meliputi
pendanaan pada sektor perbankan, asuransi syariah takaful, reksadana syariah Unit
slogan Laissez faire et laissez passer Let do and let pass yang bercorak sistem ekonomi pasar
bebas, dianggap tidak mampu mendistribusikan kesejahteraan secara merata dan hanya
terkonsentrasi bagi kalangan mampu, yang semakin menciptakan gap yang lebar antara si miskin dan
si kaya.
23
Trust Management Companies UTMCs, ataupun institusi keuangan lainnya seperti
Baitul Maal wa Tamwil BMT unit simpan pinjam syariah skala mikro, gadai
syariah rahn, Lembaga Tabung Haji
24
, dsb.
24
Lembaga Tabung Haji Pilgrims Fund Board Malaysia memberikan jasa simpanan dan investasi
bagi para nasabahnya tidak hanya untuk membantu penyelenggaraan Haji, namun juga dana
‘idle’ yang dikumpulkan dari para nasabah dikelola kembali untuk diinvestasikan ke dalam sektor
perkebunan, properti dan manufaktur, teknologi konstruksi dan perkapalan, jasa travel, maupun
produk makanan dan minuman halal. Nasabah yang menyimpan dananya pada lembaga ini akan
mendapatkan porsi bagi hasil, yang bahkan seringkali nisbah bagi hasil yang diberikan lebih besar
dibandingkan bunga rata‐rata tahunan. Sehingga dalam perkembangannya nasabah Tabung Haji
tidak hanya terdiri dari nasabah yang ingin menyimpan dana untuk pemberangkatan HajiUmrah, tetapi
juga para nasabah non‐Muslim yang berminat menginvestasikan dananya diluar institusi keuangan
konvensional. Lebih lengkapnya dapat diakses melalui http:www.tabunghaji.gov.my
. Islamic Financial Institutional System
Gambar 2.2
Islamic Financial System
Surplus Sector
Islamic Financial
Market
Deficit Sector
Direct Financial
Market Islamic
Money Market
Indirect Financial
Market
Islamic Capital
Market
Bond Market
Equity Market
Commercial Banks
Takaful
Unit Trusts
UTMCs Merchant
Banks Finance
Companies
Ilustrasi : Rosly 2005
24
Sistem ekonomi Islam atau lebih tepatnya sistem keuangan Islami tidak melakukan pemisahan antara aspek positif dan aspek normatif.
25
Pemisahan aspek positif dan normatif mengandung implikasi bahwa fakta ekonomi merupakan sesuatu
yang independen terhadap norma. Kaum materialis dan kapitalis-liberalis dengan dogma sekulernya cenderung menanggalkan nilai-nilai moral dengan mengedepankan
ilmu sebagai pengganti agama dalam penegakan hukum,
26
memaksakan mekanisme pasar sebebas-bebasnya dengan mengandalkan suatu invisible hand dalam pencarian
keseimbangan supply dan demand yang nyatanya cara ini justru menjadikan manusia tamak hingga harta hanya terkonsentrasi dan terakumulasi pada sebagian kecil
masyarakat, serta paham bebas nilai yang dianutnya yang mengabaikan pertimbangan
25
Aspek positif membahas mengenai realitas hubungan dengan ekonomi atau membahas sesuatu
yang senyatanya terjadi, sementara aspek normatif membahas mengenai apa yang seharusnya
terjadi atau apa yang seharusnya dilakukan. ‘Maximizing pleasure and minimizing pain’ adalah
contoh pernyataan positif. Sedangkan bahwa manusia seharusnya tidak mengejar kepuasan maksimum
agar tidak menjadi pribadi yang tamak, serakah, dan kikir, serta ikhlas menolong saudaranya
yang kesusahan adalah contoh pernyataan normatif.
26
Jika kita tilik kembali sejarahnya, sekularisme mulai menggeliat pada pertengahan millenium
kedua sebagai hasil ‘perang’ supremasi antara ilmuwan dan gereja, dimana ketika itu posisi gereja
sedemikian kuat namun terkadang menyimpang dari otoritasnya semula. Kala itu dominasi gereja
yang otoriter, kaku, dan tidak bersahabat dengan perubahan zaman sering bertentangan dengan
ilmu pengetahuan, sehingga pada akhirnya mendorong masyarakat Eropa melakukan gerakan perubahan
yaitu salah satunya dengan Reformasi Gereja sebagai bagian dari apa yang mereka sebut dengan
Renaissance Kelahiran KembaliMasa Pencerahan. Dari sinilah kemudian kemajuan ilmu dan teknologi
tidak diimbangi dengan nilai spiritualitas yang baik, yang secara langsung maupun tidak langsung
telah menenggelamkan nilai keagamaan dalam memajukan ilmu pengetahuan itu sendiri. Lantas
paham ini menjadi suatu budaya yang mengakar dominasi peradaban konvensional hingga sekarang.
Kegemilangan ilmu pengetahuan dan budaya Barat yang seringkali ‘ditelan’ mentah‐ mentah
tanpa menyaringnya kembali yaitu dengan mengesampingkan hal‐hal yang dianggap buruk dan
tidak sesuai syariah memperparah kemunduran moral umat Islam. Dampak yang paling nyata adalah
runtuhnya Kekhalifahan Ottoman di Turki yang kini menjadi negara sekuler. Pada gilirannya kesemua
ini turut memudarkan umat Islam dalam mengamalkan nilai‐nilai Islami yang seharusnya menjadi
pedoman dalam segala aktifitas kehidupan.