Riba dan Bunga Bank Usury and Interest

45

d. Dampak Negatif Bunga

Dalam bukunya, Muhammad Syafi’i Antonio 49 menjelaskan bahwa salah satu yang merupakan dampak ekonomi dari riba adalah efek inflatoir yang disebabkan adanya bunga sebagai biaya uang. Tingkat suku bunga tersebut menjadi elemen penentuan harga. Semakin tinggi suku bunga, semakin tinggi juga harga yang akan ditetapkan pada suatu barang. Para ekonom banyak yang mengatakan bahwa sistem bunga merupakan salah satu jeratan lingkaran setan, karena utang yang menggunakan sistem bunga akan menjadikan peminjam tidak pernah keluar dari ketergantungan utang. Hal ini disebabkan oleh biaya bunga yang tinggi, serta rendahnya tingkat pendapatan peminjam, terlebih lagi bila bunga atas utang tersebut dibungakan double countable . Contoh paling nyata adalah utang negara-negara berkembang kepada negara-negara maju. Meskipun disebut pinjaman lunak, artinya dengan suku bunga rendah dan tempo yang panjang, pada akhirnya negara-negara pengutang harus berutang lagi untuk membayar bunga dan pokoknya. Sehingga, terjadilah utang yang terus-menerus. Negara maju menjadi korban debt addicted, sementara negara-negara miskin dan berkembang tidak pernah bisa terbebas dari jeratan utang yang terus menerus menggelembung. Ini yang menjelaskan proses terjadinya kemiskinan struktural yang menimpa lebih dari separuh masyarakat dunia. Dalam aspek sosial, riba merupakan pendapatan yang diperoleh secara tidak adil. Para pemungut riba menggunakan uangnya untuk memerintahkan memaksa 49 Muhammad Syafi‘i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press – Tazkia Cendekia, 2001. 46 orang lain agar berusaha dan mengembalikan. Misalnya, utang dengan bunga sebesar 15 lebih tinggi dari pokok yang dipinjamnya. Persoalannya, tidak ada siapapun yang menjamin bahwa keuntungan usahanya nanti akan lebih dari 15. Apalagi bagi mereka yang tingkat keuntungan usahanya dibawah 15, maka ia harus berpikir kembali untuk mengambil pinjaman tersebut. Ini artinya bahwa riba juga menutup akses seseorang terhadap faktor ekonomi, yang secara tidak langsung akan menghambat perputaran dan pertumbuhan ekonomi yang lebih optimal. Semua orang apalagi yang beragama, tahu bahwa siapapun tidak bisa memastikan apa yang terjadi besok atau lusa QS Lukman [31] ayat 34. Dan siapa pun tahu bahwa berusaha memiliki dua kemungkinan, berhasil atau gagal. Dengan menetapkan riba, berarti orang sudah memastikan bahwa usaha yang dikelola pasti untung.

3. Terhindar dari Unsur Gharar Uncertain to both parties

Definisi gharar secara bahasa yaitu suatu hal yang tidak diketahui, dapat juga diartikan sebagai resiko, kerugian, ataupun kecelakaan. Sedangkan taghrir adalah melibatkan diri dalam sesuatu yang gharar. Menurut Afzalur Rahman, seperti yang dikutip oleh Adiwarman Karim, taghrir berarti melakukan sesuatu secara membabi buta tanpa pengetahuan yang mencukupi; atau mengambil resiko sendiri dari suatu perbuatan yang mengandung resiko tanpa mengetahui dengan persis apa akibatnya, atau memasuki kancah resiko tanpa memikirkan konsekuensinya. 50 Gharar dan tadlis terjadi karena adanya incomplete information. Jika pada tadlis, incomplete 50 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, dalam Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007, h. 199. 47 information ini hanya dialami oleh satu pihak saja unknown to one party, misal penjual saja, atau pembeli saja. Maka pada gharar, incomplete information dialami oleh kedua belah pihak baik penjual maupun pembeli uncertain to both parties. Jual beli gharar berarti jual beli yang mengandung unsur ketidakpastian atau ketidakjelasan jahalah antara dua pihak yang bertransaksi, atau jual beli sesuatu yang objek akad diyakini tidak dapat diserahkan.

a. Macam-Macam Gharar

Ditinjau dari kadar ketidakjelasannya, gharar dibagi menjadi tiga, yaitu: 1 Gharar fahish ketidakjelasan yang berat, bila ketidakjelasan kuantitasnya banyak, maka hukumnya dilarang berdasarkan ijma’. Seperti menjual burung di udara, menjual unta atau kuda yang kabur, menjual mobil yang hilang dicuri, menjual buah yang masih dalam bentuk bunga, dsb. 2 Gharar yasir ketidakjelasan yang ringan, bila ketidakjelasan kuantitasnya sedikit dan dapat dimaklumkan, maka hukumnya boleh berdasarkan ijma’ ulama. Seperti menjual rumah dengan pondasinya dimana jenis dan bahannya tidak diketahui secara pasti. Hal ini dibolehkan karena kebutuhan dan merupakan satu kesatuan yang dapat dimaklumkan. Ataupun menjual buah yang telah nampak ukuran kematangannya. 3 Gharar mutawasith ketidakjelasan yang sedang, bila ketidakjelasan kuantitasnya sedang, hukumnya masih diperdebatkan. Namun parameter untuk mengetahui banyak sedikitnya kuantitas, dikembalikan pada adat kebiasaan sekitar.