Landasan Hukum Pelarangan Riba 1 Ar Rum [30] ayat 39 moral denounciation of riba
35
sebelum Rasulullah Muhammad SAW.
40
Dalam ayat ini termaktub bahwa kaum Yahudi tetap mengambil keuntungan dengan riba yang dilarang, mereka
berusaha merancukannya dengan berbagai cara, diantaranya mereka beranggapan bahwa tidak ada masalah melakukan riba terhadap orang non-
Yahudi.
41
Ayat ini sekaligus merupakan pendahuluan yang amat gamblang untuk kemudian riba diharamkan terhadap kalangan Muslimin.
3 Ali Imran [3] ayat 130 legal prohibiton of riba
y㕃r¯≈tƒ š⎥⎪Ï©
θãΨtΒu™ Ÿω
θè=à2ùs? θtÌh9
Z≈yèôÊr Zπxyè≈ŸÒ•Β
θà¨?uρ ©
öΝä3ª=yès9 tβθßsÎ=øè?
∩⊇⊂⊃∪
40
“Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang dari umat‐Ku, orang yang miskin di antaramu,
maka janganlah engkau berlaku sebagai seorang penagih hutang terhadap dia: janganlah kamu
bebankan bunga uang kepadanya.” Perjanjian Lama Kitab Exodus [Keluaran] pasal 22 ayat 25; “Janganlah
engkau mengambil bunga uang atau riba daripadanya, melainkan engkau harus takut
akan Allahmu, supaya saudaramu dapat hidup diantaramu. Janganlah engkau memberi uangmu kepadanya
dengan meminta bunga, juga makananmu janganlah kau berikan dengan meminta riba.” Perjanjian
Lama Kitab Levicitus [Imamat] pasal 25 ayat 36‐37; “Janganlah
engkau membungakan kepada saudaramu, baik uang maupun bahan makanan atau
apapun yang dapat dibungakan.” Perjanjian Lama Kitab Deutronomy [Ulangan] pasal 23 ayat 19; “Dan
jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima
sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang‐orang berdosapun meminjamkan kepda orang
berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. Tetapi kamu, kasihanilah musuhmu dan
berbuat baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan
besar dan kamu akan menjadi anak‐anak Tuhan yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang‐ orang
yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang‐orang jahat.” Perjanjian Baru Injil Lukas pasal
6 ayat 34‐35.
41
“Di antara ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak,
dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan
kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya.
Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: ‘Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang
‐orang ummi’ yang mereka maksud dengan orang‐orang ummi dalam ayat Ini adalah orang Arab.
Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui.” QS Ali Imran [3] ayat 75.
36
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda
42
dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”. QS Ali Imran [3]: 130
Praktik riba yang terjadi pada masa pra-Islam merupakan suatu aktifitas bisnis yang sangat menindas. Dalam setiap perjanjian utang-piutang kala itu
umumnya disertai berbagai persyaratan, salah satunya adalah pelipatgandaan utang jikalau terjadi wanprestasi. Sebagai contoh jika dia meminjam Rp.
100.000 lantas pada bulan berikutnya dia mampu melunasi, maka dia hanya membayar pokoknya saja. Dia tidak perlu membayar bunga jika dapat
melunasinya tepat waktu. Namun lain halnya jika dia tidak mampu membayar serta meminta penundaan untuk bulan berikutnya, maka utangnya akan menjadi
Rp. 200.000. Lantas jika ternyata dia tidak mampu melunasi serta meminta penundaan kembali, utangnya akan berlipat menjadi Rp. 400.000, dan begitu
seterusnya.
43
Al Qur’an melarang bentuk transaksi riba ini, karena transaksi riba yang berlipat ganda ad’afan muada’afah jelas-jelas merupakan sesuatu yang
zhalim.
42
Yang dimaksud riba di sini ialah riba nasiah. Menurut sebagian besar ulama bahwa riba nasiah
itu selamanya haram, walaupun tidak berlipat ganda. Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl.
Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah
penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang
yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi,
dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat Ini riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi
dalam masyarakat Arab zaman Jahiliyah.
43
Lihat Saiful Azhar Rosly. Critical Issues on Islamic Banking and Financial Markets. Islamic Economics,
Banking and Finance, Investments, Takaful and Financial Planning, Indiana: Author House,
2005, h. 33‐35.
37
4 Al Baqarah [2] ayat 275-279 al Bay as the alternative to riba š⎥⎪Ï©
tβθè=à2ùtƒ 4θtÌh9
Ÿω tβθãΒθàtƒ
ωÎ yϑx.
ãΠθàtƒ ”Ï©
çμäܬ6y‚tFtƒ ß⎯≈sÜø‹¤±9
z⎯ÏΒ Äb§yϑø9
4 y7Ï9≡sŒ
öΝßγ¯ΡrÎ þθä9s
yϑ¯ΡÎ ßìø‹t7ø9
ã≅÷WÏΒ 4θtÌh9
3 ¨≅ymruρ
ª yìø‹t7ø9
tΠ§ymuρ 4θtÌh9
4 ⎯yϑsù
…çνu™y` ×πsàÏãöθtΒ
⎯ÏiΒ ⎯ÏμÎn§‘
4‘yγtFΡsù …ãssù
tΒ yn=y™
ÿ…çνãøΒruρ ’nÎ
« ï∅tΒuρ
yŠtã y7Íׯ≈s9ρésù
Ü=≈ysô¹r Í‘¨Ζ9
öΝèδ pκÏù
šχρàÎ≈yz ∩⊄∠∈∪
ß,ysôϑtƒ ª
4θtÌh9 ‘Îöãƒuρ
ÏM≈sy‰¢Á9 3
ªuρ Ÿω
=Åsム¨≅ä.
A‘¤x. ?Λ⎧ÏOr
∩⊄∠∉∪ ¨βÎ
š⎥⎪Ï© θãΖtΒu™
θè=Ïϑtãuρ ÏM≈ysÎ=≈¢Á9
θãΒsruρ nο4θn=¢Á9
âθs?u™uρ nο4θŸ2¨“9
óΟßγs9 öΝèδãô_r
y‰ΖÏã öΝÎγÎnu‘
Ÿωuρ ì∃öθyz
öΝÎγøŠn=tæ Ÿωuρ
öΝèδ šχθçΡt“óstƒ
∩⊄∠∠∪ y㕃r¯≈tƒ
š⎥⎪Ï© θãΖtΒu™
θà®? ©
ρâ‘sŒuρ tΒ
u’Å+t z⎯ÏΒ
θtÌh9 βÎ
ΟçFΖä. t⎦⎫ÏΖÏΒ÷σ•Β
∩⊄∠∇∪ βÎsù
öΝ©9 θè=yèøs?
θçΡsŒùsù 5öysÎ
z⎯ÏiΒ «
⎯ÏÎθß™u‘uρ βÎuρ
óΟçFö6è? öΝà6n=sù
â¨ρâ™â‘ öΝà6Ï9≡uθøΒr
Ÿω šχθßϑÎ=ôàs?
Ÿωuρ šχθßϑn=ôàè?
∩⊄∠®∪ “Orang-orang yang makan mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata berpendapat, Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti dari mengambil riba, maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu sebelum datang larangan; dan urusannya terserah kepada Allah. Orang yang kembali mengambil riba, maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh,
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula
mereka bersedih hati. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba yang belum dipungut jika kamu orang-
orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan meninggalkan sisa riba, maka ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan
memerangimu. Dan jika kamu bertaubat dari pengambilan riba, maka
38
bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya”. QS Al Baqarah [2]: 275-279
Ayat di atas merupakan perintah pamungkas dalam melarang aktifitas riba. Beberapa poin yang dapat diambil diantaranya, yaitu:
a Orang yang memakan riba diumpamakan bagai orang gila, karena akibat
yang akan dialami oleh orang-orang yang memakan riba, yaitu jiwa dan hati mereka tidak tenteram, pikiran mereka tidak menentu. Keadaan mereka
seperti orang yang kemasukan setan atau seperti orang gila. Dari kelanjutan ayat dapat dipahami, bahwa keadaan pemakan riba itu sedemikian rupa
sehingga mereka tidak dapat lagi membedakan antara yang halal dan yang haram, antara yang bermanfaat dengan mudarat, antara yang dibolehkan
Allah dan yang dilarang-Nya. Hal ini disebabkan dalam hati mereka hanyalah cinta terhadap harta, sehingga mereka mengatakan jual beli sama dengan riba.
b Sesungguhnya Allah membedakan antara jual beli dengan riba.
Sebelumnya orang-orang kafir mengatakan berpendapat bahwa jual beli sama dengan riba. Namun dalam ayat ini ditegaskan bahwa Allah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Perbedaannya yaitu pada jual beli ada pertukaran atau iwadh yang seimbang, serta manfaat dan keuntungan
antara kedua belah pihak, sedangkan riba selain tidak ada iwadh yang seimbang, riba hanyalah merupakan suatu bentuk pemerasan tidak langsung
terhadap orang yang membutuhkan.
39
c Orang yang tetap mengambil riba adalah penghuni kekal neraka. Ini
merupakan ancaman bagi mereka yang kembali mengambil riba walau telah mengetahui adanya larangan tersebut.
d Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Yang dimaksud
dengan memusnahkan riba ialah memusnahkan harta itu atau meniadakan berkahnya, sedangkan yang dimaksud dengan menyuburkan sedekah ialah
mengembangkan harta yang telah dikeluarkan sedekahnya atau melipatgandakan berkahnya.
e Perintah untuk meninggalkan sisa riba yang belum dipungut jika tidak mereka adalah musuh agama.
Ini merupakan ancaman bagi mereka yang tetap memakan riba yang belum dipungut. Barang siapa memahami larangan
Allah SWT dan melaksanakannya, hendaklah ia menghentikan perbuatan riba itu dengan segera. Mereka tidak dihukum Allah SWT terhadap perbuatan
yang mereka lakukan sebelum ayat ini diturunkan. Mereka juga dibolehkan untuk mengambil pokok pinjaman mereka saja, tanpa bunga yang mereka
setujui sebelumnya. Dalil-dalil yang mengharamkan riba dalam as-Sunnah
a Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari hadis Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda:
ِا ِ ﺎَﻜِﺑْﻮُﻪْﻣا َﻇْﺒ َـܹﻣا اﻮُﺒِﻨَﺘْﺟ
. ﺎَﻨْﻠُﻛ
: َلﺎَﻛ ؟ِﷲ َلْﻮ َُܸر َا َﻦُﻴ ﺎَﻣَو
: ُكْ ِّﴩﻣا
، ِّﻚَܪْﻣ ِا َﻻ ِ
ا ُﷲ َمَﺮَﺣ ِﱵَﻣا ِْܷﻙَﻨﻣا ُﻢْﺘَﻛَو ، ُﺮْܪ ِّܹﻣاَو ،ِ ِا َاِّﺮﻣا ُ ْﰻَاَو
،
40
َو ،ِ ْﲓِﺘَﻴْﻣا َلﺎَﻣ ُ ْﰻَاَو ِ َ ِﻓﺎَﻐْﻣا ِ ﺎَﻨ َْܿܪُﻪْﻣا ُفْﺬَﻛَو ، ِﻗْﺣَﺰﻣا َمْﻮَﻳ ِّﱄَﻮَﺘﻣا
ِ ﺎَﻱِﻣْﺆُﻪْﻣا
“Hindarilah tujuh hal yang membinasakan. “Ada yang bertanya, Apakah tujuh hal itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,
‘Menyekutukan Allah, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar, memakan riba, memakan harta anak yatim,
kabur dari medan perang, menuduh berzina wanita suci yang lengah dari beriman’.” HR al-Bukhari dan Muslim
44
b Diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir bin Abdillah bahwa ia menceritakan,
ٓا ََﲅ ََܸو ِﻳْﻴَﻠَﻉ ُﷲ َﲆ َܾ ِﷲ ُلْﻮ َُܸر َﻦَﻊَﻣ ،ِﻳْﻳَﺪِﻴﺎ ََܻو ُﻳَﺒِܓ َﰷَو ُﻳَ ِﳇْﺆُﻣَو َاِّﺮﻣا َ ِﰻ
َلﺎَﻛَو :
ٌءاَﻮ َܸ ْ ُﱒ
“Rasullullah melaknat pemakan riba, orang yang memberi riba, juru tulis transaksi riba, dua orang saksinya, dan beliau bersabda, ‘Semua
sama saja’.” HR Muslim
45