Terhindar dari Hal yang Haram

32 tidak akan merubah objek haram tersebut menjadi halal. Konsekuensinya bahwa objek yang haram diperniagakan secara halal, maka uang hasil penjualannya tetaplah haram. b. Haram selain zatnya haram li ghairihi yaitu perbuatan yang pada mulanya tidak diharamkan, lalu ditetapkan haram karena ada sebab lain yang datang dari luar. Misalnya, berhaji dengan uang hasil korupsi atau bersedekah dengan harta hasil curian. Selain itu, beberapa transaksi yang dilarang dalam Islam disebabkan oleh cara bertransaksinya yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, yaitu suap menyuap risywah 37 , taghrir ketidakpastian, tadlis ketidaksempurnaan informasi, ihtikar gangguan pada penawaran, bai’ najsy gangguan pada permintaan, dan talaqqi al-rukban.

2. Terbebas dari Unsur Riba

Riba secara bahasa berarti az-ziyadah tambahan, dapat juga bermakna tumbuh dan membesar. Riba yang dimaksud dalam fikih adalah tambahan atas modal, baik penambahan itu sedikit ataupun banyak. Secara istilah riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya ‘iwad komponen pengganti setara yang dapat dibenarkan syariah. 38 37 “ ِرﺎَﻨﻣا ِﰱ ِﴙَﺗْﺮُﻪْﻣاَو ِﳽاَﺮﻣَا ”, Yang memberi suap dan yang menerima suap, kedua‐duanya tempatnya adalah di neraka. HR Abu Dawud. 38 Dalam hal ini keuntungan itu setidaknya harus terdiri dari dua komponen pengganti utama, yaitu resiko pasar risk ghorm, serta usaha dan kerja yang menjadi dasar pertambahan nilai value addition kasb. Komponen ketiga, yaitu tanggung jawab liability dhaman. Sesorang yang ingin untung haruslah bersedia menerima kerugian, bukan malah menimpakan tanggung jawab kepada orang lain. Sesuai dengan kaidah fikih yang bersumber dari hadis Nabi SAW, ‘ نامَضلاِب جرخْلا’ al‐ 33 Transaksi pengganti sangat penting dalam ekonomi Islam karena menjadi jalan yang membolehkan adanya penambahan atas modal, bisa berupa transaksi bisnis atau komersial yang melegitimasi adanya penambahan secara adil seperti jual beli, sewa atau kerjasama dalam proyek. 39 Seperti halnya proses pengharaman khamar, pelarangan riba di dalam al-Qur’an tidak dilakukan sekaligus melainkan secara bertahap. Hal ini dimaksudkan karena praktek riba pada masa itu sudah merajarela, bahkan sudah menjadi tradisi masyarakat Arab Jahiliyah. Proses pengharaman secara bertahap ini berguna untuk mempersiapkan mental umat muslim agar nantinya dapat menerima haramnya praktek riba secara menyeluruh. a. Landasan Hukum Pelarangan Riba 1 Ar Rum [30] ayat 39 moral denounciation of riba tΒuρ ΟçF÷s?u™ ⎯ÏiΒ \Íh‘ uθç÷zÏj9 þ’Îû ÉΑ≡uθøΒr Ĩ¨Ζ9 Ÿξsù θçötƒ y‰ΨÏã « tΒuρ ΟçF÷s?u™ ⎯ÏiΒ ;ο4θx.y— šχρ߉ƒÌè? tμô_uρ « y7Íׯ≈s9ρésù ãΝèδ tβθàÏèôÒßϑø9 ∩⊂®∪ “Dan sesuatu riba tambahan yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka yang berbuat demikian itulah orang-orang yang melipat gandakan pahalanya”. QS Ar-Rum [30]: 39 Kharaj bi al‐Dhaman yang artinya keuntungan muncul bersama kewajiban. Lihat Saiful Azhar Rosly 2005, h. 30. 39 Diana Indriani, “Tinjauan Hukum Pajak Pertambahan Nilai Sukuk Ijarah Korporat di Pasar Modal Indonesia”, makalah disampaikan dalam Kegiatan MES Goes to Campus dengan tema ‘Pengembangan Sukuk Sebagai Instrumen Investasi’, Kampus PERBANAS Jakarta, 25 November 2009, h.6 ‐7. 34 Ayat yang turun dalam periode Mekkah tersebut belum mengandung ketetapan hukum pasti tentang haramnya riba, karena kala itu riba memang belum diharamkan. Allah baru menyindir masyarakat Jahiliyah, bahwa riba yang dianggap membawa tambahan pada harta manusia, sesungguhnya tidak akan menambah kebaikan di sisi Allah. Riba baru benar-benar diharamkan setelah Nabi hijrah ke Madinah. Ayat ini turun untuk mempersiapkan jiwa kaum Muslimin agar mampu menerima hukum haramnya riba. 2 An Nisa [4] ayat 160-161 riba and the Jews 5Οù=ÝàÎ6sù z⎯ÏiΒ š⎥⎪Ï© ρߊyδ oΨøΒ§ym öΝÍκön=tã BM≈t7ÍhŠsÛ ôM¯=Ïmé öΝçλm; öΝÏδÏd‰|ÁÎuρ ⎯tã È≅‹Î6y™ « ZÏWx. ∩⊇∉⊃∪ ãΝÏδÉ‹÷{ruρ 4θtÌh9 ô‰suρ θåκçΞ çμ÷Ζtã öΝÎγÎ=ø.ruρ tΑ≡uθøΒr Ĩ¨Ζ9 È≅ÏÜ≈t7ø9Î 4 tΡô‰tGôãruρ t⎦⎪ÌÏ≈s3ù=Ï9 öΝåκ÷]ÏΒ ¹x‹tã VϑŠÏ9r ∩⊇∉⊇∪ “Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka memakan makanan yang baik-baik yang dahulunya dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi manusia dari jalan Allah. Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih”. QS An-Nisa [4]: 160-161 Ayat yang turun pada periode Madinah di atas menjelaskan diharamkannya riba terhadap orang-orang Yahudi, karena sesungguhnya Allah SWT juga telah menurunkan larangan pengambilan riba ini kepada nabi-Nya