107
dibandingkan bila bertransaksi tanpa margin. Sebaliknya, jika ternyata transaksi rugi maka investor akan mengalami kerugian yang melebihi modal yang dimilikinya.
Saat ini tidak semua saham bisa ditransaksikan dengan fasilitas margin trading
. BEI memilih saham yang benar-benar layak dan bisa ditransaksikan secara margin.
115
Hal ini penting agar saham yang bisa ditransaksikan adalah saham yang baik memiliki prospek bagus ke depan dan likuid mudah diperdagangkan.
Disebabkan adanya insrumen bunga dalam fasilitas utang margin trading, ditambah praktik margin trading cenderung lebih banyak digunakan oleh para spekulan untuk
bertransaksi jangka pendek bukan dalam arti investasi jangka panjang yang sebenarnya, maka alasan inilah MUI mengharamkan margin trading.
4. Larangan Menjual Sekuritas yang Belum Dimiliki
Di dalam pasar modal konvensional terdapat suatu instrumen yang memungkinkan investor untuk memperoleh keuntungan tanpa harus memiliki suatu
saham secara aktual pada saat transaksi. Praktik ini dikenal dengan istilah short selling
. Namun praktik ini dilarang pada pasar modal syariah di Indonesia seperti yang tertuang dalam pasal 5 ayat 2 butir b fatwa DSN no.40DSN-MUIX2003, yaitu
short selling merupakan penjualan atas barang Efek Syariah yang belum dimiliki
atau dalam fikih disebut Bai’ al-ma’dum. Landasan hukum pelarangan bai’ al- ma’dum
itu sendiri didasarkan dari hadis Rasulullah saw yang melarang menjual sesuatu yang belum dimiliki.
115
Lihat lampiran Pengumuman Bursa Efek Indonesia Peng‐00582BEI.PSH11‐2010 tentang Efek
yang Dapat Ditransaksikan dan Dijaminkan dalam Rangka Transaksi Marjin dan atau Transaksi Short
Selling.
108
َلﺎَﻛ ٍماَﺰِﺣ ِﻦْ܋ا ِ ْﲓِﻜَﺣ ْﻦَﻈ :
ْ ِﲏُﻣَﺎ َْܹﻴَﻓ ُﻢُﺟَﺮﻣا ْ ِﲏْﻴِܓْﺎَﻳ ِﷲ َلْﻮ َُܸر َا ُܒْﻠُﻛ َلﺎَﻜَﻓ ، ِقﻮ ُܹﻣا َﻦِﻣ ُﻳُﻉﺎَﺘْﺑَا َ ُﰒ ،ُﻳْﻱِﻣ ُﻳُﻊْﻴِﺑَا ﺎَﻣ يِﺪْﻨِﻈ َْܷﻴَﻣ ِﻇْﻴَﺒْﻣا ِﻦَﻈ
: َﻻ
َْܷﻴَﻣ ﺎَﻣ ْﻇِﺒَܓ َك َﺪْﻨِﻈ
. ﺔܹﶆا ﻲاور
Dari Hakim bin Hizam, ia berkata: Aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw, Ya Rasulullah bagaimana tentang seseorang
yang datang kepadaku, lalu meminta kepadaku supaya aku menjual sesuatu yang aku tidak memilikinya untuk kujual? Ia
menjawab: “Janganlah engkau menjual sesuatu yang engkau tidak memiliki.” HR Ahmad bin Hanbal, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-
Nasa’i, dan Ibnu Majah
116
Akan tetapi aktifitas short selling diperbolehkan oleh Dewan Penasihat Syariah Shariah Advisory Council SAC Komisi Sekuritas Malaysia sejak tahun
1998.
117
Mereka mengadopsi pendapat Ibnu Taimiyyah dan Ibnu al-Qayyim yang menafsirkan hadis di atas dengan pendekatan yang berbeda dibanding mayoritas
ulama Jumhur Ulama.
118
Menurut pendapat keduanya, penekanan hadis tersebut
116
A Qadir Hassan dkk, Terjemah Nailul Authar Himpunan Hadits‐Hadits Hukum; Bab Larangan
Menjual Secara Konkrit Barang yang Belum Dimiliki. Jakarta: PT Bina Ilmu, 2001, no. 2808, h.
1665‐1667.
117
Isu bai’ al ma’dum telah menjadi diskusi diantara kalangan Islamic Capital Market Department
ICMD, awalnya dikenal dengan nama Islamic Capital Market Unit dan Islamic Instrument
Study Group IISG Malaysia sejak tahun 1995 dan 1997. ICMD mempunyai tugas untuk melakukan
riset dan pengembangan produk pasar modal syariah dan melakukan analisa terhadap semua
efek yang tercatat di Bursa Malaysia serta berfungsi sebagai sekretariat IISG. Per tanggal 16 Mei
1996 peran IISG diperluas sehingga menjadi lembaga yang lebih formal dalam menjamin kesyariahan
pasar modal Malaysia yang kemudian disahkan sebagai sebuah lembaga yang dikenal dengan
Shariah Advisory Council SAC. Dalam menjalankan tugasnya, pada pertemuan ke‐13 tanggal 19
Maret 1998 SAC menetapkan prinsip‐prinsip mengenai Securities Borrowing and Lending SBL yang
merupakan implementasi dari akad bai’ al ma’dum. Selanjutnya pada pertemuan ke‐69 tanggal 18
April 2006 SBL disempurnakan dengan dikeluarkannya aturan tentang Regulated Short Selling RSS,
dimana di dalam RSS transaksi short selling diizinkan selama dapat dijamin, diawasi, dan diatur oleh
otoritas bursa untuk dimungkinkannya penyelesaian transaksi.
118
Pendapat Ibnu Taimiyyah dan Ibnu al‐Qayyim ini berbeda dengan mayoritas Ulama, diantaranya
termasuk ulama Pakistan dan ulama Dewan Syariah Nasional Indonesia, yang tetap melarang
penjualan atas barang yang belum dimiliki bai’ al ma’dum, karena secara rasional jual beli
109
lebih kepada ‘janganlah menjual sesuatu yang tidak mampu anda serahkan’ dan bukan ‘janganlah menjual sesuatu yang tidak anda miliki’.
119
Dalam pandangan SAC Malaysia, elemen gharar dapat ditanggulangi dan diminimalisir dengan dibuatnya aturan berupa Regulated Short Selling RSS
berdasarkan prinsip-prinsip Securities Borrowing and Lending SBL. Dengan kata lain, aturan yang ada pada RSS dan SBL diharapkan dapat meningkatkan probabilitas
penyerahan saham. Ketika probabilitas serah-terima saham tinggi, maka hal ini menjadikan elemen ketidakpastian gharar tidak lagi signifikan, sehingga sebagai
konsekuensinya transaksi atau aktifitas tersebut dapat dikategorikan sesuai syariah shariah compliant. Atas dasar tersebut, transaksi short selling diperbolehkan oleh
cendekiawan muslim Malaysia, selama pemenuhan penyerahan, penyelesaian, dan pembayaran kewajiban transaksi dijamin, dimonitor, dan diatur oleh otoritas bursa.
120
ini mengandung ketidakpastian dan resiko yang besar gharar. Lihat fatwa no.40DSN‐MUIX2003
dan lihat juga Gerard al‐Fil, “Why Short‐selling is Haram”, artikel diakses tanggal 23 September 2010
dari http:www.ameinfo.com170733.html
.
119
Menurut Ibnu Taimiyyah dan Ibnu al‐Qayyim apa yang dimaksud dalam hadis tersebut adalah
larangan terhadap penjualan yang mengandung resiko dan ketidakpastian yang besar gharar dimana
objek jualnya tidak mungkin dapat diserahkan, baik objek tersebut berwujud atau tidak misal menjual
unta yang kabur. Mereka juga merujuk kepada penjualan dengan akad Salam dan Istisna jual
beli dengan pesanan, yaitu penjualan dimana uang diserahkan lebih dahulu dan barang diserahkan
kemudian. Contoh jual beli salam pada komoditas pertanian, si penjual mungkin tidak mempunyai
barang tersebut sewaktu kontrak dibuat, namun barang akan diserahkan pada waktu tertentu
saat panen atau sesuai dengan waktu yang disepakati dalam perjanjian. Lihat Dr. Asyraf Wajdi
Dusuki dan Dr. Abdelazeem Abozaid, “Fiqh Issues in Short Selling as Implemented in the Islamic Capital
Market in Malaysia”, Journal of King Abdul Aziz University, Islamic Economics, vol. 21, no. 2, 2008,
h. 13‐15.
120
Lebih lengkapnya lihat Dr. Asyraf Wajdi Dusuki dan Dr. Abdelazeem Abozaid, “Fiqh Issues in
Short Selling as Implemented in the Islamic Capital Market in Malaysia”, Journal of King Abdul Aziz University,
Islamic Economics, vol. 21, no. 2, 2008. Lihat pula Securities Comission, Resolutions of the Securities
Comission Syariah Advisory Council. Kuala Lumpur: Suruhanjaya Sekuriti, 2003, h. 23‐25.