78
perdagangan efek di pasar tunai tidak seramai di pasar reguler. Ini lebih dikarenakan mekanisme pasar tunai yang mengharuskan proses penyelesaian
transaksi dilaksanakan pada hari bursa saat itu juga T+0, yang bagi sebagian orang proses ini dianggap kurang fleksibel.
89
2. Periode Perdagangan
Sejak tanggal 4 Februari 2004, BEI menerapkan sistem sesi pra-pembukaan yang memungkinkan anggota bursa untuk membuat perintah jual dan perintah beli
sesuai dengan ketentuan unit saham, fraksi harga, dan batas Penolakan Automatis auto rejection untuk membentuk harga pembukaan. Harga pembukaan ini dibentuk
dari pencocokan akumulasi total penawaran dan permintaan tertinggi yang dibuat selama sesi pra-pembukaan. Semua penawaran dan permintaan yang belum
tercocokkan selama masa pra-pembukaan akan diproses pada sesi pertama bursa, kecuali harga permintaan dan penawaran tersebut melebihi batas Penolakan
Automatis. Periode pra-pembukaan untuk Pasar Reguler dilaksanakan pada setiap hari perdagangan sebagai berikut:
Monday - Friday Put Order
09:10:00 – 09:25:00 JATS Time Proses Alokasi
Transaksi JATS 09:25:01 – 09:29:59 JATS Time
Sedangkan jadwal aktifitas perdagangan bursa dilaksanakan setiap Hari Bursa yang kesemuanya dibagi menjadi dua sesi.
89
Lihat lampiran, Taufiq Rochman, Wawancara Pribadi oleh Arief Himawan, 18 Agustus 2010,
Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Tape recording. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
79
Monday - Thursday Session I
09:30 – 12:00 JATS Time Session II
13:30 – 16:00 JATS Time Friday
Session I 09:30 – 11:30 JATS Time
Session II 14:00 – 16:00 JATS Time
Khusus untuk periode perdagangan Pasar Tunai: Monday - Thursday
Session I 09:30 – 12:00 JATS Time
Friday Session II
09:30 – 11:30 JATS Time
3. Jenis Transaksi
Berdasarkan sumber pembiayaan dan kepemilikan saham, maka transaksi efek terdiri dari transaksi margin, transaksi short-selling, transaksi repurchase agreement
repo, dan transaksi pinjam-meminjam efek. a.
Transaksi margin on trading. Transaksi margin dilakukan pembeli dengan membayar sebagian harga secara tunai, kemudian perantara mencari pinjaman
kepada bank untuk melunasi sisa harga dengan syarat surat berharga tersebut dijadikan jaminan bagi pialang untuk melunasi harga pinjaman. Transaksi ini
terjadi di pasar sekunder. Fasilitas margin trading telah diterapkan BEI dengan dikeluarkannya peraturan nomor II-9 bulan Agustus 1997 dan disempurnakan
dengan peraturan nomor III-I tentang Keanggotaan Margin dan Short Selling serta peraturan nomor II-H tentang
Persyaratan dan Perdagangan Efek dalam Transaksi Margin dan Transaksi Short Selling. Untuk saat ini, tidak semua saham
dapat ditransaksikan dan dijaminkan secara margin dan short selling. Setiap awal bulan BEI akan mengeluarkan daftar efek yang dapat ditransaksikan dan
80
dijaminkan secara margin dan short selling,
90
diantaranya adalah pertama, saham-saham yang terdaftar sebagai daftar efek yang dapat ditransaksikan secara
margin dan short selling; kedua, saham-saham yang masuk dalam perhitungan Indeks LQ45; ketiga, obligasi negara dan atau obligasi korporasi dengan rating
minimum setara A+. b.
Transaksi short selling. Transaksi ini merupakan suatu bentuk transaksi jual beli di mana penjualan terhadap surat berharga yang belum dimiliki pada waktu
transaksi dilaksanakan.
91
Setidaknya ada dua alasan bagi investor melakukan
90
Lihat lampiran Pengumuman Bursa Efek Indonesia Peng‐00582BEI.PSH11‐2010 tentang Efek
yang Dapat Ditransaksikan dan Dijaminkan dalam Rangka Transaksi Marjin dan atau Transaksi Short
Selling.
91
Short selling merupakan suatu instrumen yang memungkinkan investor untuk menghasilkan
uang tanpa perlu memiliki suatu sekuritas secara aktual. Setidaknya ada dua hal yang menjadi
motivasi seseorang menggunakan instrumen short selling, yaitu spekulasi dan lindung nilai. Bagi
investor tersebut, dia berasumsi bahwa suatu saham tertentu yang tidak dia miliki saat ini harganya
terlampau tinggi dan akan menjadi lebih rendah di masa berikutnya. Oleh karena itu, dia akan
meminjam efek melalui broker dari pihak lain, untuk segera menjualnya dengan harga saat ini dan
kemudian akan membelinya kembali di masa mendatang. Jika asumsinya benar, harga efek ternyata
turun maka ia untung. Namun, jika asumsinya keliru, harga efek ternyata naik maka ia rugi. Ilustrasinya
seperti ini, Iwan berasumsi bahwa saat ini saham PT ABCD Tbk terlampau tinggi pada
posisi Rp 6000, dan dia ingin mendapat keuntungan jika penaksirannya benar. Iwan lalu menghubungi
brokernya, Rizki, dan menginstruksikannya untuk menjual saham ABCD sebanyak 3 lot 1500
lembar. Dalam hal ini Rizki akan melakukan dua hal, pertama dia akan mengadministrasikan penjualan
3 lot saham ABCD atas nama Iwan ke dalam sub account KSEI meskipun dana belum diserahkan,
dan kedua dia akan mengatur pinjaman 3 lot saham ABCD dari pihak lain agar dapat diserahkan
ke pembeli. Umpamakan Rizki akhirnya dapat meminjam saham tersebut dari Arief, dan berhasil
menjualnya sebanyak 3 lot pada harga Rp 6000 per lembar kepada pembeli. Besarnya biaya diluar
biaya dan komisi adalah Rp 9.000.000. Penjualan yang dilakukan Iwan inilah yang disebut dengan
‘short 3 lot’ saham ABCD. Jika dalam beberapa waktu kemudian harga saham ABCD turun menjadi
Rp 5.500 per lembar, untuk menutup posisi short‐nya Iwan akan menginstruksikan brokernya
Rizki untuk membeli saham ABCD sebanyak 3 lot. Besarnya biaya tanpa pajak dan komisi
sebesar Rp 8.250.000. Setelah saham ABCD tersebut dikembalikan kepada Arief yang meminjamkan
saham, maka saat ini Iwan sudah tidak mempunyai kewajiban lagi kepada Rizki ataupun
Arief, karena Iwan telah menutup posisi short‐nya short covering. Dalam kasus ini Iwan mendapat
keuntungan sebesar Rp 750.000 diluar biaya dan komisi dengan melakukan penjualan saham
ABCD seharga Rp 9.000.000 dan membelinya dengan harga Rp 8.250.000.