I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Membaiknya perekonomian daerah akan berdampak pada lingkungan usaha yang kondusif. Pergerakan ekonomi Provinsi Banten dapat diukur dengan
beberapa indikator ekonomi salah satunya adalah Produk Domestik Regional Bruto PDRB yang dapat menunjukkan dampak nilai tambah ekonomi terhadap
masyarakat. Pertumbuhan ekonomi masyarakat Banten ditandai dengan peningkatan
nilai PDRB per kapita atas dasar harga berlaku selama enam tahun terakhir dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 10,15 persen. Adapun peningkatan nilai
PDRB per kapita atas dasar harga berlaku di Provinsi Banten pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga
Berlaku Provinsi Banten 2005-2009
Tahun PDRB per kapita atas dasar harga berlaku Rp
Pertumbuhan 2005 9,372,525.00
11,65 2006 10,610,241.00
13,2 2007 11,407,775.00
7,52 2008 12,756,194.00
11,8 2009 13,600,226.00
6,62 Sumber : BPS Provinsi Banten 2010
PDRB per kapita atas dasar harga berlaku penilaiannya didasarkan kepada harga pada tahun berjalan. Sedangkan PDRB per kapita atas harga konstan
penilaiannya didasarkan kepada harga satu tahun dasar tertentu. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku dapat digunakan sebagai proxy bagi pendapatan
perkapita. Hal ini didasari dengan asumsi pendapatan faktor produksi dan transfer yang mengalir keluar sama dengan pendapatan faktor produksi dan transfer yang
masuk ke Provinsi Banten. Sehingga, PDRB perkapita atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu dampak dari adanya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Banten adalah dengan adanya perubahan gaya hidup. Hal
ini terlihat dari cara masyarakat di Provinsi Banten dalam memenuhi
2 kebutuhannya, salah satunya dalam hal pemenuhan kebutuhan akan makan.
Pertambahan tingkat pendapatan tersebut menyebabkan masyarakat di Provinsi Banten tidak sekedar melakukan pemenuhan kebutuhan makan sebagai
kebutuhan dasar saja, namun mereka mulai mementingkan kualitas dan variasi dari makanan yang ingin dikonsumsinya.
Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu daerah di Provinsi Banten yang mengalami fenomena akan perubahan gaya hidup dalam hal pemenuhan
kebutuhan makan. Kondisi perubahan gaya hidup masyarakat di Kabupaten Pandeglang dipengaruhi pula oleh peningkatan jumlah penduduk Pandeglang
yang bekerja. Hal tersebut menjadikan aktivitas masyarakat Pandeglang lebih banyak dilakukan di luar rumah, sehingga pemenuhan kebutuhan akan makanan
pun akan lebih banyak dilakukan di luar rumah. Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja
laki-laki di Kabupaten Pandeglang cenderung fluktuatif, sedangkan tingkat partisipasi angkatan kerja wanita di Kabupaten Pandeglang cenderung mangalami
peningkatan ditiap tahunnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa trend wanita bekerja di luar rumah terjadi di Kabupaten Pandeglang. Banyaknnya wanita yang
bekerja di luar rumah menambah jumlah masyarakat Kabupaten Pandeglang yang memenuhi kebutuhan makannya di luar rumah. Sehingga banyak masyarakat
Kabupaten Pandeglang lebih memilih untuk makan diluar rumah atau memilih menggunakan jasa delivery. Hal tersebut dipilih oleh banyak masyarakat
Kabupaten Pandeglang karena lebih bersifat praktis, cepat, nyaman, dan dianggap dapat memudahkan aktivitas.
Tabel 2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK di Pandeglang 2005-2009
Tahun Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK
Laki-laki Wanita 2005 76,24
37,83 2006 74,64
39,44 2007 76,83
39,56 2008 74,32
41,06 2009 79,12
46,96 Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang 2010
3 Sejalan pula dengan perubahan gaya hidup yang terjadi pada masyarakat
Kabupaten Pandeglang, jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang pun mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,9
persen Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Kabupaten Pandeglang 2005-2009
Tahun Jumlah Penduduk
Pertumbuhan 2005
1.106.788
0,53 2006
1.124.497
1,6 2007
1.130.514
0,59 2008
1.146.067
1,38 2009
1.149.064
0,26 Sumber : BPS Provinsi Banten 2010
Perubahan gaya hidup dalam memenuhi kebutuhan makan yang didukung oleh peningkatan jumlah penduduk memberikan dampak eksternalitas
terhadap peningkatan permintaan masyarakat Kabupaten Pandeglang akan kebutuhan di luar kebutuhan dasar. Dalam hal ini adalah kebutuhan untuk
memperoleh fasilitas tempat makan yang lebih memberikan kualitas dan variasi makanan. Tingginya permintaan masyarakat Kabupaten Pandeglang terhadap jasa
penyedia makanan mengakibatkan usaha penyedia makanan di Kabupaten Pandeglang tumbuh dan berkembang pesat. Hal tersebut menyebabkan
banyaknya berbagai pilihan tempat penyedia makanan yang dapat menyediakan makanan yang diinginkan oleh masyarakat. Tempat-tempat tersebut dipilih
karena selain dapat menyediakan makanan yang dapat memenuhi selera, juga dapat menyediakan makanan yang bervariatif dengan kualitas yang baik, serta
dapat memberikan kenyamanan ketika mereka berkunjung atau menikmati hidangan yang disajikan. Salah satu jasa penyedia makanan yang dapat
memenuhi hal tersebut adalah restoranrumah makan. Selain bertambahnya jumlah penduduk dan pergeseran gaya hidup yang
dialami masyarakat Kabupaten Pandeglang, banyaknya obyek pariwisata yang tersedia di Kabupaten Pandeglang yang meliputi obyek pariwisata alam,
pariwisata agama penjiarahan, dan tempat rekreasi di Kabupaten Pandeglang juga menjadikan perkembangan jumlah restoran dan rumah makan di Kabupaten
4 Pandeglang cenderung mengalami peningkatan. Adanya peningkatan tersebut
menyebabkan tingginya persaingan bisnis diantara sesama penyedia makanan di Kabupaten Pandeglang. Setiap restoran dan rumah makan akan berusaha
memberikan kualitas produk dan pelayanan terbaiknya agar mampu bersaing dengan restoran dan rumah makan lain serta mampu bersaing dengan jasa
penyedia makanan yang ada di Kabupaten Pandeglang. Data dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pandeglang
menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan peningkatan jumlah restoran dan rumah makan di Kabupaten Pandeglang selama enam tahun terakhir. Hal ini
memperlihatkan bahwa pergeseran gaya hidup, pertambahan jumlah penduduk, dan tersedianya tempat wisata di Kabupaten Pandeglang dapat meningkatkan
jumlah jasa penyedia makanan di Kabupaten Pandeglang, khususnya pada jumlah rumah makan dan restoran. Perkembangan jumlah restoran dan rumah makan di
Kabupaten Pandeglang pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Restoran dan Rumah Makan di Kabupaten Pandeglang 2005- 2010
Tahun Jumlah Restoran dan Rumah Makan
2005 68 2006 70
2007 73 2008 81
2009 84 2010 91
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayan dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang 2010, diolah
Salah satu rumah makan yang berada pada persaingan antar bisnis penyedia makanan di Kabupaten Pandeglang adalah Rumah Makan Dapoer Iboe
yang lokasinya berada di pusat kota Pandeglang. Rumah Makan Dapoer Iboe merupakan rumah makan tradisonal khas Sunda yang mampu menyediakan
berbagai macam menu makanan dan minuman khas Sunda. Menu andalan dari Rumah Makan Dapoer Iboe adalah Nasi Timbel. Selain menyediakan berbagai
macam menu makanan dan minuman khas Sunda, Rumah Makan Dapoer Iboe
5 juga menyediakan berbagai macam menu makanan dan minuman non Sunda
sebagai makanan dan minuman pendukung. Sebagai usaha yang berada pada persaingan antar penyedia makanan di Kabupaten Pandeglang, Dapoer Iboe harus
dapat melihat kondisi pasar sehingga pihak manajemen Dapoer Iboe dituntut untuk dapat menerapkan strategi agar mampu memenuhi apa yang konsumen
atau pelanggan inginkan. Hal ini dikarenakan konsumen berperan besar dalam menentukan keberhasilan atau kesuksesan sebuah rumah makan.
Rumah makan dalam operasionalnya tidak hanya menawarkan produk tetapi juga menawarkan jasa. Oleh sebab itu, mempertahankan dan meningkatkan
kualitas produk dan jasa dalam hal ini pelayanan merupakan syarat utama bagi manajemen rumah makan untuk memenangkan persaingan. Jika produk dan jasa
yang ditawarkan rumah makan sesuai dengan harapan konsumen, maka konsumen akan memperoleh kepuasan dan pada akhirnya akan loyal yang
diindikasikan dengan melakukan pembelian ulang di rumah makan tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan kajian mengenai tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen,
sehingga pihak rumah makan dapat menjaga dan meningkatkan kualitas produk dan pelayanannya secara kontinu.
1.2 Perumusan Masalah