d. Masyarakat Belajar Learning Community Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa
unuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya.Seperti yang disarankan dalam Learning
Community, bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan oramg lain melalui berbagai pengalaman sharing. Melalui
sharing ini anak dibiasakan untuk saling member dan menerima, sifat ketergantungan
yang positif
dalam Learning
Community dikembangkan.
14
Hasil belajar yang diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang ini, di
kelas ini, di sekitar sini, juga orang-orang yang ada di luarsana, semua adalah anggota masyarakat belajar.
15
dengan siapapun itu jika kita mau bertanya dan mengambil pelajaran maka kita akan mendapat
pengetahuan. e. Pemodelan Modeling
Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang
dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya, guru memberikan contoh bagaimana cara mengoprasikan sebuah alat, atau bagaimana cara
melafalkan sebuah kalimat asing, guru olah raga memberikan contoh bagaimana cara melempar bola, guru kesenian memberikan contoh
bagaimana cara memainkan alat musik, guru biologi memberikan contoh bagaimana cara menggunakan termometer, dan lain
sebagainya.
16
Oleh karena itu, pemodelan dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa dapat memenuhi
harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu keterbatasan yang dimiliki oleh guru.
14
Rusman, op.cit, h.196
15
Trianto, opcit.H.111
16
Wina Sanjaya, op.cit, h.265
Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan.
Misalkan siswa yang pernah menjadi juara dalam membaca puisi dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya di depan teman-temannya,
dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab
melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoretis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.
17
f. Refleksi Reflection
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur
pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada saat refleksi, siswa diberi kesempatan
untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri learning to be.
18
Dengan demikian guru harus memiliki kemampuan untuk menghubungkan
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru dipelajari.
g. Penilaian Autentik Authentic Assessment Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang
bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa
memastikan bahwa siswa dapat memahami proses pembelajaran dengan benar.
Apabila data yang dikumpulkan oleh guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemaceten belajar.
Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan diakhir periode
17
Ibid, h.265
18
Rusman, op.cit, h.197
pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar, tetapi dilakukan bersama-sama secara terintegrasi tidak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran.
19
Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak; apakah pengalaman
belajar siswa menmiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.
3. Perbedaan CTL Dengan Pembelajaran Konvensional.
Di bawah ini dijelaskan secara singkat pebedaan kedua pendekatan tersebut dilihat dari konteks tertentu.
20
a. CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara
menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar
yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif. b. Dalam pembelajaran CTL, siswa belajar melalui kegiatan kelompok,
seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional siswa lebih banyak
belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran.
c. Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara riil, sedangkan dalam pembelajran konvensional, pembelajaran bersifat
eoritis dan abstrak. d. Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman, sedangkan
dalam pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui latihan – latihan.
e. Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah keputusan diri, sedangkan dalam pembelajaran konvensional, tujuan akhir adalah
nilai atau angka.
19
Trianto, opcit, h.114
20
Wina Sanjaya, op.cit. H. 258 - 260
f. Dalam CTL, tindakan atau prilaku dibangun atas kesadaran diri
sendiri, misalnya individu tidak melakukan perilaku tertentu karena ia menyadari bahwa perilaku itu merugikan dan tidak bermanfaat,
sedangkan dalam pembelajaran konvensional, tindakan atau perilaku individu tifak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman atau
sekedar untuk memperoleh angka atau nilai dari guru. g. Dalam CTL, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu
berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu setiap siswa bisa terjadi perbedaan dalam memakai hakikat
pengetahuan yang dimiliki. Dalam pembelajaran konvensional hal ini tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang dimiliki bersifat absolute dan
final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain. h. Dalam pembelajaran CTL, siswa bertanggung jawab dalam memonitor
dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing, sedangkan dalam pembelajaran konvensional guru adalah penentu jalan proses
pembelajaran. i.
Dalam pembelajran CTL, pembelajaran bisa terjadi dimana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan, sedangkan
dalam pembelajaran konvensional pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas.
j. Oleh karena tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek
perkembangan siswa, maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai cara, misalnya dengan evaluasi, wawancara,
dan lain sebagainya, edangkan dalam pembelajaran konvensional keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dari tes.
Beberapa perbedaan diatas, menggambarkan bahwa CTL memang memiliki karakteristik tersendiri baik dari asumsi maupun proses
pelaksanaan dan pengelolaannya.
4. Sekenario Pembelajaran Kontektual.
Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan CTL, tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat desain skenario
pembelajarannya, sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagai alat kontrol dalam pelaksanaannya, pada intinya pengembangan setiap
komponen CTL, tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut.
21
a. Mengembangkan pikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar
lebih bermakna apakah dengan cara sendiri, menemukan sendiri, dan mengontruksi sendiri pengetahuan dan keterlibatan baru yang harus
dimilikinya. b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik
yang diajarkan. c. Mengembangkan sifat ingin tahu sisiwa melalui munculnya
pertanyaan-pertanyaan. d. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok
berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya. e. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan. f.
Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.
Dalam pembelajaran kontektual, program pembelajaran merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang oleh guru, yaitu dalam bentuk
scenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran.
5. Pola Pembelajaran CTL
Untuk mencapai kompetensi yang sama dengan menggunakan CTL guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti dibawah ini:
22
21
Rusman, op.cit, h. 199-200
22
Wina Sanjaya, op.cit h.267-268
a. Pendahuluan 1 Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta
manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
2 Guru menjelaskan prosedur pembeajaran CTL : - Siswa dibagi kedalam beberpa kelompok sesuai
dengan jumlah siswa. - Tiap
kelompok ditugaskan
untuk melakukan
observasi, misal kelompok 1 dan 2 melakukan observasi kepasar.
- Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hasil yang ditemukan di pasar tersebut.
3 Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.
b. Inti Dilapangan
1 Siswa melakukan observasi ke pasar sesuai dengan pembagian tugas kelompok.
2 Sisiwa mencatat hal-hal yang mereka temukan di pasar sesuai dengan alat observasi yang telah mereka
tentukan sebelumnya. Di dalam kelas
1 Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompok masing-masing.
2 Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain, kelompok menjawab
setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.
c. Penutup 1 Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil
observasi sekitar masalah pasar sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai.
2 Guru menugaskan siswa untuk embuat karangan tentang pengalaman belajar mereka dengan tema
“pasar”.
Untuk itu ada beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai sesuatu strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
23
23
Ibid, h.270.