Dekomposisi dan Zigzagging Level 1

2. Axiom 2: The Information Axioms, dimana desain harus dapat meminimumkan konten informasi yang terdapat dalam desain.

5.2.6.1 Proses Pemetaan Faktor Kompetisi dalam Rancangan Strategi

Proses pemetaan meliputi proses dekomposisi dan zigzagging secara lengkap. Desain dianggap lengkap ketika proses pemetaan dari domain fungsional ke domain fisikal telah selesaitercapai. Tujuan dari proses ini adalah untuk mendekomposisikan FR dan DP secara detail untuk level lebih lanjut. 36

5.2.6.1.1 Dekomposisi dan Zigzagging Level 1

Suatu desain atau rancangan strategi dikatakan layak jika tidak membebani faktor-faktor lain dan menciptakan sub-sub persoalan yang tidak dapat dipecahkan. Kelayakan tersebut dapat dilihat dengan memperhatikan hubungan antara setiap elemen desain dengan elemen desian lainnya. Dalam axiomatic design kelayakan ini dilihat berdasarkan dua prinsip aksioma yaitu aksioma kebebasan the independence axioms dan konten informasi the information axioms. Dalam kasus aksioma pertama desain disusun untuk memberntuk matriks diagonal yang menandakan bahwa masing-masing elemen desain tidak dipengaruhi oleh elemen desain yang lain. Namun jika hal tersebut tidak dapat dipenuhi maka alternatif minimum yang harus dipenuhi adalah bentuk desain matriks diagonal, dimana elemen desain mungkin mempengaruhi elemen desain 36 K. Yang, dan B. S. El-Haik. 2003. Design for Six Sigma. McGraw-Hill Universitas Sumatera Utara lainnya namun tidak menimbulkan hubungan timbal balik. Sedangkan untuk aksioma kedua adalah menghitung nilai konten informasi dari desain. Hal ini berkaitan dengan target dari masing-masing parameter desain yang ditentukan. Untuk dapat menenuhi kedua aksioma tersebut maka perancanng harus menentukan parameter dari masing-masing kebutuhan fungsional yang akan dipetakan. Dalam menentukan parameter desain untuk memenuhi kebutuhan aksioma tersebut, peneliti secara langsung berdiskusi dengan pihak rumah sakit. Penentuan parameter desain berlandaskan pada peraturan pemerintah RI tentang pelayanan kesehatan di rumah sakit. Adapun materi yang digunakan dalam menentukan parameter design adalah: 1. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.129Menkes SKII2008 tentang standar pelayanan minimal rumah sakit untuk dekomposisi dari instalasi farmasi, instalasi gizi, penunjang medis, staf scheduling 2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.340MenkesPER III2010 tentang klasifikasi rumah sakit untuk dekomposisi dari waktu pelayanan. 3. Pedoman teknis sarana dan prasarana rumah sakit kelas B oleh Kementerian Kesehatan RI, Pusat Sarana, Prasarana dan Peralatan kesehatan tahun 2010. 4. Standar kompetensi dokter oleh Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2006 untuk dekomposisi dari kompetensi staf, Universitas Sumatera Utara 5. Standar kompetensi perawat Indonesia oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia tahun 2005 untuk dekomposisi dari kompetensi staf. 6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1204Menkes SKX2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit untuk dekomposisi dari sanitasi dan security and safety control 7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197Menkes SKX2004 tentang standar pelayanan farmasi di rumah sakit untuk dekomposisi dari instalasi farmasi. 8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1014Menkes SKXI2008 tentang standar pelayanan radiologi diagnostik di sarana pelayanan kesehatan untuk dekomposisi dari penunjang medis dan peralatan medis 9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.411Menkes PERIII2010 tentang laboratorium klinik untuk dekomposisi dari penunjang medis dan peralatan medis 10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1204Menkes SKX2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit untuk dekomposisi dari sanitasi. 11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.779Menkes SKVIII2008 tentang standar pelayanan anestesiologi dan reanimasi di rumah sakit untuk dekomposisi dari peralatan medis dan penunjang medis. 12. Karakteristik pelayanan yang tidak memiliki standar seperti pemeriksaan kesehatan gratis, pengelolaan taman, fasilitas TV, AC dan Kipas Angin Universitas Sumatera Utara Adapun Hasil dekomposisi untuk FR-DP level 1 dapat dilihat pada Tabel 5.17. Tabel 5.17 Dekomposisi FR-DP Level 1 ID FR Functional Requirement DP Design Parameter 1 Kompetensi staf Standar Pencapaian Kompetensi 2 Staf Sheduling Jam kerja staf 3 Waktu pelayanan standar waktu pelayanan 4 Pemeriksaan kesehatan gratis Kebijakan pelaksanaan program pemeriksaan gratis 5 Security and safety control Standar pengendalian keamanan dan keselamatan 6 Sanitasi Frekuensi pelaksanaan program sanitas 7 Instalasi Gizi standar layanan instalasi gizi 8 Instalasi farmasi standar layanan instalasi farmasi 9 Penunjang Medis standar layanan penunjang medis 10 Peralatan medis Standar peralatan medis 11 TV, AC dan Kipas Angin Ketersediaan fasilitas TV, AC dan Kipas Angin 12 Pengelolaan Taman kebijakan pengelolaan taman Sumber: Pengolahan Data Keterangan: ID = Identitaskode untuk FR dan DP ID pada Tabel 5.17 menunjukkan pengkodean untuk setiap FR dan DP yang akan dipetakan dan didekomposisikan pada level selanjutnya. Dalam hal ini hasil keputusan pada analisis ERRC akan dijadikan acuan untuk penentuan target nilai parameter desain pada sub-bab 5.2.4.2. Berdasarkan Tabel 5.17 kemudian dibangun pemetaan untuk menentukan apakah desain ini dapat diterima Universitas Sumatera Utara berdasarkan prinsip independence axioms. Dalam proses desain ini urutan FR dan DP sangat penting untuk membuat desain agar dapat memenuhi uncoupled design ataupun decoupled design. 37 Adapun bentuk pemetaan terhadap FR dan DP pada level 1 dapat dilihat pada Tabel 5.18. Tabel 5.18 Pemetaan FR-DP Level 1 FRDP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 X O O O O O O O O O O O 2 O X O O O O O O O O O O 3 O O X O O O O O O O O O 4 O O O X O O O O O O O O 5 X O O O X X X X X X O O 6 O O O O O X O O O O O O 7 O O O O O X X O O O O O 8 O O O O O O O X O O O O 9 X O O O O X O O X X O O 10 O O O O O O O O O X O O 11 O O O O O O O O O O X O 12 O O O O O O O O O O O X Sumber: Pengolahan Data Keterangan: X = Tidak Ada Hubungan antara FR dan DP yang dipetakan O = Ada Hubungan antara FR dan DP yang dipetakan FRDP = Lihat Tabel 5.17 untuk deskripsi ID dari FR dan DP Berdasarkan hasil pemetaan pada Tabel 5.18 maka dapat dilihat bahwa menunjukkan bentuk coupled. Namun, perancang dapat menukarmengurutkan FR-DP untuk membuat desain menjadi decoupled yaitu: 1. Tukar kolom dan baris dari FR5-DP5 dengan kolom dan baris FR10-DP10 37 Gumus, Bullent. 2005. Axiomatic Product Development Lifecycle. Faculty of Texas Tech University. Universitas Sumatera Utara 2. Tukar kolom dan baris dari FR5-DP5 dengan kolom dan baris FR9-DP9 3. Pindahkan kolom dan baris dari FR11-DP11 dan FR12-DP12 diantara kolom dan baris dari FR4-DP4 dan FR10-DP10 4. Pindahkan kolom dan baris dari FR1-DP1 diantara kolom dan baris dari FR12-DP12 dan FR10-DP10 Adapun hasil proses disain diatas dapat dilihat pada Tabel 5.19 Tabel 5.19 Hasil Decoupling Pemetaan FR-DP Level 1 FRDP 2 3 4 11 12 1 10 6 7 8 9 5 2 X O O O O O O O O O O O 3 O X O O O O O O O O O O 4 O O X O O O O O O O O O 11 O O O X O O O O O O O O 12 O O O O X O O O O O O O 1 O O O O O X O O O O O O 10 O O O O O O X O O O O O 6 O O O O O O O X O O O O 7 O O O O O O O X X O O O 8 O O O O O O O O O X O O 9 O O O O O X X X O O X O 5 O O O O O X X X X X X X Sumber: Pengolahan Data Keterangan: X = Tidak Ada Hubungan antara FR dan DP yang dipetakan O = Ada Hubungan antara FR dan DP yang dipetakan FRDP = Lihat Tabel 5.17 untuk deskripsi ID dari FR dan DP Berdasarkan Tabel 5.19 dapat dilihat bahwa hasil pemetaan telah menunjukkan bentuk triangular matrix decoupled design. Tabel 5.19 juga menunjukkan bahwa pemetaan antara FR2-DP2, FR3-DP3, FR4-DP4, FR11- DP11, dan FR12-DP12 merupakan pemetaan satu-ke-satu. Untuk itu dekomposisi Universitas Sumatera Utara FR dan DP untuk elemen tersebut dapat diselesaikan pada level berikutnya tanpa dipengaruhi oleh FR lainnya. Sedangkan untuk FR1-DP1, FR10-DP 10, FR6- DP6, FR7-DP7, FR8-DP8, FR9-DP9, dan FR5-DP5 harus dikerjakan dengan urutan tertentu untuk dapat menghasilkan solusi desain yang layak.

5.2.6.1.2 Dekomposisi dan Zigzagging Level 2

Dokumen yang terkait

Strategi Perbaikan Kualitas Pelayanan Dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD) dan Pendekatan Blue Ocean Strategy di LotteMart Wholesale Medan

13 167 189

Penilaian Dimensi Internal Service Quality dengan Menggunakan Metode TOPSIS untuk Peningkatan Kualitas Layanan di R.S. Efarina Etaham Berastagi

3 85 228

Integrasi Aplikasi Metode Quality Function Deployment (QFD) dengan Blue Ocean Strategy (BOS) untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Hotel, Studi Kasus: Hotel Grand Angkasa Internasional Medan

15 91 169

Analisis Kebutuhan Pelanggan Terhadap Kualitas Pelayanan Jasa Rawat Inap Menggunakan Metode Servqual Dan Quality Function Deployment (Qfd) Di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

10 89 185

Penilaian Dimensi Internal Service Quality dengan Menggunakan Metode TOPSIS untuk Peningkatan Kualitas Layanan di R.S. Efarina Etaham Berastagi

0 1 59

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Integrasi Aplikasi Metode Quality Function Deployment (QFD) dengan Blue Ocean Strategy (BOS) untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Hotel, Studi Kasus: Hotel Grand Angkasa Internasional Medan

0 1 10

BAB I PENDAHULUAN - Integrasi Aplikasi Metode Quality Function Deployment (QFD) dengan Blue Ocean Strategy (BOS) untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Hotel, Studi Kasus: Hotel Grand Angkasa Internasional Medan

0 0 9

Integrasi Aplikasi Metode Quality Function Deployment (QFD) dengan Blue Ocean Strategy (BOS) untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Hotel, Studi Kasus: Hotel Grand Angkasa Internasional Medan

0 0 21

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Pendekatan Blue Ocean Strategy Terhadap Strategi Pelayanan Rumah Sakit Dengan Integrasi Quality Function Deployment Dan Axiomatic Design (Studi Kasus: Unit Pelayanan Rawat Inap R.S. Efarina Etaham Berastagi)

0 0 13

PENDEKATAN BLUE OCEAN STRATEGY TERHADAP STRATEGI PELAYANAN RUMAH SAKIT DENGAN INTEGRASI QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT DAN AXIOMATIC DESIGN

0 1 23