kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari. Belajar dengan auditori berarti mengakses jenis bunyi
dan kata yang diciptakan maupun diingat. Belajar bahasa secara auditori ditekankan pada aktivitas mendengarkan suara-suara melalui berbagai dialog yang
tercipta selama proses pembelajaran di kelas. 3.
Belajar Visual Learning by observing and picturing belajar dengan mengamati dan
menggambarkan. Menurut Meier 2002: 97, dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang
lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau
program komputer. Pembelajaran bahasa secara visual menuntut ketersediaan berbagai media yang dapat diamati secara langsung oleh pembelajar untuk
kemudian membicarakannya dalam bentuk lisan dan tulis. Meier 2002: 99, menambahkan hal penting yang dapat dilakukan di kelas untuk meningkatkan
kemampuan visual dan berbahasa siswa adalah dengan meminta mereka mengamati situasi nyata tertentu, memikirkannya, kemudian membicarakannya
kepada orang lain disertai dengan menggambarkan proses, prinsip, atau makna yang diamatinya.
4. Belajar Intelektual
Learning by problem solving and reflecting belajar dengan memecahkan masalah dan melakukan refleksi. Tindakan pembelajar yang melakukan sesuatu
dengan pikiran mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk
merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat dengan makna intelektual adalah
bagian diri yang merenung, mencipta, dan memecahkan masalah Astuti, 2002: 99. Dengan kemampuan intelektual ini, siswa dapat menghubungkan pengalaman
mental, fisik, emosional, dan intuitif untuk membuat makna baru dan melahirkan gagasan kreatif dari proses penyaringan informasi. Meier 2002: 100 menjelaskan
bahwa belajar bisa optimal apabila keempat unsur SAVI ada dalam satu peristiwa pembelajaran.
8. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan SAVI
Menurut Meier 2002: 91-99, pendekatan SAVI memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari pendekatan SAVI ialah a
membangkitkan kecerdasan dan kreativitas siswa melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual, b menciptakan suasana belajar yang lebih baik,
menyenangkan, menarik, dan efektif, c memaksimalkan ketajaman konsentrasi melalui pembelajaran secara visual, auditori, dan intelektual, d pembelajaran
tidak terpusat pada guru. Kekurangan dari pendekatan SAVI ialah a pembelajaran yang melibatkan
semua indra dan pikiran membutuhkan kemampuan yang lebih sehingga kemungkinan penerapan kedua pokok tersebut akan mengalami kesulitan, b
sarana dan prasarana yang digunakan akan lebih banyak, c pembelajaran membutuhkan persiapan yang lebih matang di segala aspek, d membutuhkan
pengaturan kelas yang lebih baik oleh guru agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
9. Tahap-Tahap Pembelajaran Menulis Kreatif Puisi dengan Pendekatan
SAVI
Menurut Astuti 2002: 106, SAVI akan berjalan dengan baik apabila sudah melalui empat tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap penyampaian, tahap
pelatihan, dan tahap penampilan hasil. a.
Tahap Persiapan Kegiatan Pendahuluan Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan
positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.
b. Tahap Penyampaian Kegiatan Inti-Konsep Somatis
1 Guru menjelaskan mengenai pembelajaran menulis kreatif puisi dengan
pendekatan SAVI. 2
Guru dan siswa berdiskusi mengenai puisi dan unsur-unsur pembangun puisi. 3
Guru mengajak siswa melakukan pengamatan lingkungan dengan diberi lembar kerja pengamatan.
Tema Pengamatan 1: Lingkungan Sungai Tema Pengamatan 2: Lingkungan Sekolah
4 Siswa diminta mengamati dan berinteraksi dengan lingkungan tersebut.
c. Tahap Pelatihan Kegiatan Inti-Konsep Auditori, Visual, dan Intelektual
5 Siswa diminta melibatkan semua panca indra selama kegiatan pengamatan
berlangsung. 6
Siswa menuliskan apa yang mereka lihat, temukan, dan dengar selama pengamatan menjadi catatan dalam bentuk kata kunci dalam lembar kerja.
7 Siswa diminta memilih dan menggunakan kata kunci yang sudah ditulis untuk
dirangkai menjadi sebuah puisi utuh dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun puisi.
8 Siswa menyunting hasil pekerjaan menulis kreatif puisi
d. Tahap Penampilan Hasil Kegiatan Penutup
Pada tahap ini guru membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar
akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat.
10. Penilaian Pembelajaran Menulis Puisi
Nurgiyantoro 2012: 6 mengemukakan bahwa, penilaian merupakan suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Kadar pencapaian tujuan baru
dapat diketahui setelah dilakukannya penilaian. Menulis puisi merupakan salah satu tugas kesastraan yang berkaitan dengan penciptaan secara kreatif. Adapun
kriteria penilaian puisi dapat bertolak dari kemampuan dalam membangun harmoni atau keselarasan unsur-unsur puisi Abidin, 2012: 289.
Pedoman penilaian yang digunakan dalam penelitian ini modifikasi dari pedoman penilaian menulis puisi yang dikemukakan Nurgiyantoro 2012: 487,
dan pedoman penilaian yang digunakan pada program ESL English as a Second Language yang kemudian dilakukan modifikasi. Adapun rubrik penilaian
menulis puisi peserta didik disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2: Rubrik Penilaian Tugas Menulis Puisi No.
Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
5 4
3 2
1
1. Kebaruan tema dan makna
2. Keaslian pengucapan
3. Kekuatan imajinasi
4. Ketapatan diksi
5. Pendayaan pemajasan dan citraan
6. Respon aktif guru
Jumlah skor: Model penilaian yang digunakan pada program ESL English as a Second
Language menggunakan model skala interval untuk tiap tingkatan tertentu pada tiap aspek yang dinilai Nurgiyantoro, 2012: 440. Dengan demikian, penilaian
dilakukan secara rinci dan teliti dalam memberikan skor. Model penilaian pada program ESL English as a Second Language yang dimodifikasi dari Hartfield
Nurgiyantoro, 2012: 441 disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3: Model Penilaian Menulis dengan Pembobotan Tiap Komponen
PROFIL PENILAIAN KARANGAN Skor
Isi 27-30
SANGAT BAIK-SEMPURNA:
padat informasi
substantif pengembangan tesis tuntas relevan dengan permasalahan dan tuntas
22-26 CUKUP BAIK: Informasi cukup substansi cukup pengembangan tesis
terbatas relevan dengan permasalahan tetapi tidak tuntas 17-21
SEDANG-CUKUP: informasi
terbatas substansi
kurang pengembangan tesis tidak cukup permasalahan tidak cukup
13-16 SANGAT-KURANG: tidak berisi tidak ada substansi tidak
ada pengembangan tesistidak ada permasalahan Organisasi
18-20 SANGAT BAIK-SEMPURNA: ekspresi lancar gagasan diungkapkan
dengan jelaspadat tertata dengan baik urutan logis kohesif 14-17
CUKUP-BAIK: kurang lancar kurang terorganisir tetapi ide utama terlihat bahan pendukung terbatas urutan logis tetapi tidak lengkap
10-13 SEDANG-CUKUP:tidak lancar gagasan kacau terpotongpotong
urutan dan pengembangan tidak logis 5-9
SANGAT-KURANG: tidak komunikatif tidak terorganisir tidak layak nilai
Kosakata 18-20
SANGAT BAIK-SEMPURNA: pemanfaatan potensi kata canggih pilihan kata dan ungkapan tepat menguasai pembentukan kata
14-17 CUKUP-BAIK: Pemanfaatan potensi kata agak canggih pilihan kata dan
ungkapan kata kadang kurang tepat tapi tidak mengganggu 10-13
SEDANG-CUKUP: Pemanfaatan potensi kata terbatas sering terjadi kesalahan penggunaan kosakata dan dapat merusak makna
7-9 SANGAT-KURANG: Pemanfaatan potensi kata asal-asalan pngetahuan
kosakata rendah Penggunaan bahasa
22-25 SANGAT BAIK-SEMPURNA: konstruksi kompleks tetapi efektif
hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bahasa 18-21
CUKUP-BAIK: konstruksi sederhana tetapi efektif kesalahan kecil pada konstruksi kompleks terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tidak
kabur 11-17
SEDANG-CUKUP: terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat- kalimat makna membingungkan atau kabur
5-10 SANGAT-KURANG: tidak menguasai aturan sintaksis terdapat banyak
kesalahantidak komunikatif tidak layak nilai Mekanik
5 SANGAT BAIK-SEMPURNA: menguasai aturan penulisan hanya
terdapat beberapa kesalahan ejaan pengembangan ide pokok dalam tiap paragraf tuntas
4 CUKUP-BAIK: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tidak
mengaburkan makna pengembangan ide pokok dalam tiap paragraf tuntas
3 SEDANG-CUKUP:
serius terjadi
kesalahan ejaan
makna membingungkan atau kaburpengembangan ide pokok dalam tiap
paragraph 2
SANGAT-KURANG: tak menguasai aturan penulisan terdapat banyak kesalahan ejaan tulisan tidak terbaca tidak layak nilai pengembangan
ide pokok tiap paragraf kacau
Pada penelitian ini enam aspek yang terdapat dalam Tabel 2 Rubrik Penilaian Tugas Menulis Puisi dikembangkan menjadi tujuh aspek.
Pengembangan aspek penilaian dilakukan dengan menguraikan unsur-unsur pembangun puisi. Aspek keaslian pengucapan dan respon aktif guru diubah