27 Pask dan Scott dalam Asri Budiningsih 2008: 94 membagi tipe
siswa dalam teori sibernetik kedalam wholist dan serialist. Siswa dengan tipe wholist mempelajari sesuatu dari yang paling umum menuju
khusus sedangkan serialist berpikir menggunakan cara bertahap atau linear.
Berlandaskan pada teori sibernetik, maka E-Learning hendaknya juga melibatkan penekanan peran pentingnya sistem informasi yang
disampaikan kepada siswa atau peserta didik untuk lebih mudah dipahami dengan memperhatikan karateristik siswa dalam memahami
materi.
d. Teori Digital Native – Digital Immigrant
Pada kajian landasan teori kali, istilah digital native yang diperkenalkan Marc Prensky 2001 belum sepenuhnya menjadi teori
namun untuk merujuk ke sebuah generasi yang berbeda dari apa yang ia sebut digital immigrants pendatang digital. Perbedaan yang dimaksud
adalah perbedaan dalam cara berpikir dan cara menggunakan pikiran untuk memroses informasi. Anak-anak yang digital sejak lahir terterpa
teknologi komputer sejak usia amat dini sehingga Prensky bahkan yakin bahwa otak atau di dalam benak mereka berbeda dari generasi
sebelumnya. Sebagai seorang pendidik, Prensky amat risau melihat kenyataan bahwa perbedaan ini tak disadari oleh sekolah-sekolah dan
masyarakat secara umum, sehingga sering terjadi kesenjangan antara peserta didik dan pendidik.
28 Selwyn 2009: 32 mengkaji budaya dan gaya hidup yang khas di
kalangan generasi muda dengan istilah seperti born digital lahir sudah digital dan net savvy fasih berjaringan, ia menganggap bahwa konsep
digital native tak dapat secara objektif menggambarkan budaya generasi
muda dan teknologi yang mereka gunakan. Banyak klaim Prensky tentang keterampilan dan kefasihan generasi muda dalam menggunakan
teknologi komputer tidak didukung oleh bukti-bukti empirik. Selain itu, diskusi tentang karakteristik digital native ini juga seringkali diwarnai
oleh debat tentang moral dan ideologi sehingga lebih mencerminkan kepanikan moral” moral panic di masyarakat katimbang konsep
ilmiah tentang perilaku generasi muda saat ini. Pernyataan Williams dalam Putu Laxman 2014: 4-5 menegaskan
bahwa bagaimana teknologi sesungguhnya digunakan sehari-hari dan – jika teknologi itu adalah sebuah media – apa isi yang disampaikannya,
tak dapat diabaikan dalam upaya memahami kehadiran maupun efeknya di sebuah masyarakat. Selain itu, Williams sangat berpegang pada
pandangan bahwa semua teknologi muncul karena ada maksud dan tujuan, serta ada peran manusia sebagai pihak dalam sosiologi, disebut
agent yang punya kuasa untuk menentukan. Maksud dan tujuan ini juga ada di dalam kelompok sosial untuk memenuhi hasrat atau tujuan
mereka, sehingga setiap teknologi sebenarnya mengandung aspek historis dan budaya yang spesifik.