16 perlu adanya proses analisis secara mendalam tentang program yang akan
diteliti.
6. Evaluasi Program Model CIPP
Evaluasi program bermacam-macam modelnya berdasarkan pendekatan atau strategi yang digunakan dalam melakukan kegiatan
evaluasi. Walaupun model-model luarnya berbeda, tetapi maksud dan tujuannya sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi
yang berkenaan dengan objek yang dievaluasi. Sementara itu, Kaufman dan Thomas dalam Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin AJ 2007: 24
membedakan model evaluasi menjadi delapan, yaitu : 1. Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler.
2. Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven. 3. Formatif-Sumatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael
Scriven 4. Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
5. Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake. 6. CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi
dilakukan. 7. CIPP Evaluation Model, yang dikembangkan oleh Stufflebeam.
8. Discrepancy Model, yang dikembangkan oleh Provus. Dalam penelitian ini, model evaluasi yang digunakan adalah model
evaluasi CIPP. Alasan peneliti memilih model ini karena dianggap dapat memberikan gambaran proses dari awal hingga akhir evaluasi pelaksanaan
program, sehingga peneliti mudah menjabarkan kedalam sub indikator, selain itu karena adanya penelitian yang relevan. Model evaluasi ini
dikemukakan oleh Stufflebeam pada tahun 1967 di Ohio State University. CIPP
merupakan akronim dari context penilaian konteks, input penilaian masukan, process penilaian proses, dan product penilaian produk.
17
Gambar 1. Diagram Model Evaluasi CIPP Shufflebeam, 2003
a. Evaluasi context Evaluasi context adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci
lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek Arikunto, 2004: 29. Tahap ini membantu
dalam merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan program. Evaluasi
konteks juga digunakan untuk menggambarkan hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan program seperti karateristik dan
perilaku peserta didik, kurikulum, keunggulan dan kelemahan pelaksana, sarana dan prasarana, serta perubahan yang diinginkan
Djudju Sudjana, 2006: 55. Sehingga dapat disimpulkan, dalam bukunya yang lain Arikunto
1988: 39 dengan jelas mengemukakan bahwa penilaian konteks adalah penilaian terhadap kebutuan, tujuan pemenuhan kebutuhan dan
18 karateristik individu yang menangani. Peran evaluasi context dalam
penelitian ini digunakan sebagai evaluasi awal perancangan pembelajaran E-Learning berdasarkan indikator yang telah ditentukan
meliputi latar belakang program, analisis kebutuhan program, relevansi kurikulum dan tujuan program serta sasaran program sehingga mampu
menjadi bahan acuan untuk memperbaiki context pembelajaran E- Learning
muatan lokal Bahasa Jawa di SMA Negeri 2 Bantul. b. Evaluasi input
Evaluasi input adalah kemampuan awal siswa dan sekolah dalam menunjukkan PMTAS, antara lain kemampuan sekolah dalam
menyediakan petugas yang tepat, pengatur menu yang handal, ahli kesehatan yang berkualitas Arikunto, 2004: 29. Ranah evaluasi ini
juga berguna untuk mencari tahu prosedur kerja mengenai sumber dan bahan apa yang terkait dengan program serta meneliti karakteristik
subjek program. Evaluasi input dilakukan untuk mengidentifikasi dan menilai kemampuan sumberdaya bahan, alat, manusia, dan biaya di
dalam melaksanakan program Baskara, 2014: 14. Peran evaluasi input dalam penelitian ini digunakan sebagai
evaluasi awal sebelum kegiatan pembelajaran E-Learning berlangsung dengan indikator yang telah ditentukan meliputi kompetensi pendidik,
kesiapan siswa, sarana dan prasarana, kualitas penyajian materi serta kecakapan pengelola sehingga mampu menjadi bahan acuan untuk