Kurikulum Muatan Lokal Kajian Muatan Lokal Bahasa Jawa SMA 1. Pengertian Muatan Lokal

47 1.2. 1.2. Mampu mengungkapkan pikiran, gagasan, dan pendapat dalam berbagai bentuk wacana lisan tentang bahasa, sastra, dan budaya Jawa, dengan menggunakan santun bahasa atau unggah – ungguh bahasa sesuai dengan konteks budaya. 12 • Menyimak dan menanggapi pidato dalam bahasa Jawa sesorah. 8 • Menyimak dan menanggapi ungkapan – ungkapan tradisional budaya masyarakat Jawa dalam ragam karma – karma inggil. 6 1.3. 1.3. Mampu memahami berbagai teks tentang bahasa, sastra, dan budaya Jawa. 6 • Membaca dan memahami pesan moral dari wacana beraksara Jawa. 6 1.4 1.4. Mampu mengungkapkan gagasan, dan pendapat dalam berbagai bentuk karangan tentang bahasa, sastra, dan budaya Jawa. 16 • Menulis artikel berbahasa Jawa, yang memuat budi pekerti. 6 • Menulis surat resmi undangan, berita, lelayu berbahasa Jawa. 4 • Menulis dan membuat sengkalan. 6 Evaluasi Jumlah Jam Semester 1 48

E. Relevansi Evaluasi Program Dengan Keilmuan Teknologi Pendidikan

Definisi Teknologi Pendidikan menurut AECT tahun 1994 Association for Educational Communication and Technology dalam Seels dan Richey 1994: 1, mengemukakan bahwa teknologi pendidikan merupakan teori dan praktek dalam desain pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan serta evaluasi proses dan sumber untuk belajar. Hubungan antara teori dan praktek menjadi sebuah satu kesatuan yang saling melengkapi. Teori terdiri dari konsep, konstruk, prinsip proposisi yang memberi sumbangan pada pengetahuan, sedangkan praktek merupakan penerapan pengetahuan tersebut dalam 48 memecahkan permasalahan Seels dan Richey, 1994: 11.Kemudian AECT tahun 2008 mendefinisikan Teknologi Pendidikan sebagai studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan menciptakan, menggunakan, dan mengelola proses teknologi yang sesuai dan sumber daya Januszewski Molenda, 2008. Hubungan antar kawasan bersifat sinergistik, artinya antara satu kawasan dengan kawasan yang lain saling melengkapi dan membutuhkan. Gambar 3. Kawasan Teknologi Pendidikan Berdasarkan Definisi AECT 1994 Seels dan Richey 1994: 30 memaparkan mengenai kelima kawasan teknologi pendidikan definisi AECT 1994 yang terdiri dari desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan evaluasi. Kawasan desain merupakan tahap awal yang digunakan dalam studi dan praktek teknologi pembelajaran. Desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar dengan tujuan untuk mencipatakan strategi dan produk pada tingkat makro, seperti program dan kurikulum, dan pada tingkat mikro seperti 49 pelajaran dan modul Seels dan Richey, 1994: 32. Dengan adanya analisis awal kepada komponen-komponen pembelajaran serta pengaruh dari lingkungan, maka kawasan desain di klasifikasikan kembali menjadi empat macam, yaitu: a desain sistem pembelajaran; b desain pesan; c strategi pembelajaran; d karakteristik pebelajar. Kawasan pengembangan menurut Seels dan Richey 1994: 50 merupakan proses implementasi rancangan desain ke dalam bentuk fisik. Kawasan ini lebih berfokus pada produksi media yang digunakan di dalam pembelajaran. Teknologi merupakan salah satu komponen penting dalam pengembangan produk atau media yang telah didesain. Kawasan pengembangan membagi menjadi empat kategori media berbasis teknologi, yaitu: a teknologi cetak; b teknologi audiovisual; c teknologi berbasis komputer; d teknologi terpadu. Kawasan pemanfaatan menurut Seels dan Richey 1994: 50 merupakan aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Kawasan ini berfungsi untuk mengkoneksikan antara si pebelajar siswa dengan bahan atau sistem pembelajaran. Aktivitas yang dilakukan dalam kawasan pemanfaatan yaitu mencocokkan, menyiapkan, memberikan bimbingan pebelajar terhadap bahan atau aktivitas yang dipilih selama pembelajaran. Kawasan pemanfaatan diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu: a pemanfaatan media; b difusi inovasi; c implementasi dan institusionalisasi pelembagaan; dan d kebijakan dan regulasi. Kawasan pengelolaan menurut Seels dan Richey 1994: 54 merupakan pengendalian teknologi pembelajaran melalui perencanaan, pengorganisasian, 50 pengkoordinasian, dan supervisi. Terdapat empat kategori dalam kawasan pengelolaan, yaitu: a pengelolaan proyek; b pengelolaan sumber; c pengelolaan sistem penyampaianl; dan d pengelolaan informasi. Kawasan evaluasi menurut Seels dan Richey 1994: 59 merupakan proses penentuan memadai tidaknya pembelajaran dan belajar. Kawasan evaluasi menjadi tahapan terkahir dalam lingkup lima kawasan teknologi pembelajaran. Menurut Joint Comitte 1981, memaparkan beberapa jenis penilaian, yaitu: a penilaian program; b penilaian proyek; dan c penilaian bahan. Kemudian definisi AECT 2008 meliputi standar pengetahuan, standar isi pembelajaran, standar lingkungan pembelajaran, standar ilmu dan kinerja, dan standar penelitian. Sehingga dapat dijelaskan bahwa: 1 Standar pengetahuan dibutuhkan untuk menciptakan, menggunakan, mengelola dan menilai penerapan teori dan praktek dari proses dan teknologi dalam pendidikan; 2 Standar isi pembelajaran dibutuhkan sebagai acuan praktisi untuk meningkatkan efektivitas penggunaan teknologi dalam pendidikan; 3 Standar lingkungan pembelajaran dibutuhkan sebagai acuan untuk memfasilitasi pembelajaran; 4 Standar profesionalisme kerja dan keilmuan dibutuhkan sebagai acuan untuk mendesain, mengembangkan, menerapkan dan mengevaluasi lingkungan pembelajaran dengan memperhatikan etika praktek; dan 5 Standar riset atau penelitian dibutuhkan sebagai acuan untuk menganalisis, mengevaluasi, mengumpulkan dan menerapkan metode pengumpulan data dalam rangka memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan hasil tujuan pembelajaran.