Bagaimana proses maintenance terhadap program E-Learning Bahasa Jawa? Sudah berkala atau belum?

128 Untuk beberapa kasus sudah relevan, umumnya juga relevan karena semua tergantung itu tadi guru kan selain harus bisa menguasai materi menurut saya dia justru harus bisa menguasai suasana kelas dalam artian psikologi anak disamping harus menguasai metode pembelajaran. Karena sebagus apapun metodenya seidealis apapun metode yang ingin diterapkan ketika tidak sesuai dengan suasana ya bubar. Biasanya kalo dalam pelajaran itu kalau anaknya males saya suruh ‘ayo buka akun facebook mu, coba ya nanti artikan kalian komentar di status yang saya buat dalam Aksara Jawa’ nah nanti kan anak-anak aktif lagi tu.

4. Bagaimana kesiapan siswa sebelum menggunakan program E- Learning

? Apakah sudah baik dan memenuhi kriteria? Ya seperti yang saya katakan sebelumnya, saat pretest kan disitu terdata setiap kelas berapa jumlah anak yang sudah membawa perangkat digitalnya sendiri ke sekolah entah laptop atau smartphone, tapi secara umum hampir 99 anak sudah siap untuk dilibatkan dalam pembelajaran E-Learning karena sudah membawa itu tadi. Selain itu kan jaman sekarang anak hampir dipastikan sudah mampu to memanfaatkan Microsoft Word, mengakses internet mencari materi jadi saya nggak kesulitan dalam mengarahkan mereka. 5. Bagaimana feedback atau respons yang diberikan siswa selama pembelajaran menggunakan E-Learning? Sepengamatan saya sih anak timbul rasa percaya diri karena belajar aksara secara modern, selain itu mereka jadi semangat belajar lagi karena dari yang sebelumnya berpikir bahwa Bahasa Jawa itu pelajaran yang terpinggirkan ternyata mampu dikemas secara menarik, ya jadi respon anak sih positif.

6. Media apa yang biasanya bapak gunakan untuk mengemas materi di E-Learning

? Alasannya apa? Biasanya saya kalau yang ditampilkan di layar secara umum ya tetep masih menggunakan metode presentasi autoplay studio jadi tampilannya seperti ebook walaupun basisnya sama seperti powerpoint tapi paling tidak 129 membedakan dengan mereka si anak-anak, nah itu untuk daya tarik supaya siswa ngeh tertarik sama materi. Selain itu kadang menggunakan media seperti film karena ini kan pelajaran Bahasa Jawa jadi ada juga aspek listeningnya, kebetulan saya bisa sedikit editing movie ya tembang-tembang Jawa tak bikin subtitlenya dalam Aksara Jawa biar beda. Kadang juga saya ajak praktek kalau misalkan tentang gamelan jadi biar anak-anak itu aktif. 7. Apakah materi yang bapak gunakan sudah sesuai dengan kurikulum yang digunakan sekolah? dan juga memenuhi kebutuhan siswa? Sudah, bahan ajar yang saya upload di E-Learning itu sudah saya bagi perpiwulang per KD dan itu sudah disesuaikan berdasarkan kesepakatan Kurikulum Muatan Lokal DIY. Untuk RPP dan Silabusnya sudah sesuai dengan apa yang diminta MENDIKPORA DIY kebetulan saya juga ketua MGMP-nya, jadi kalau ada sekolah lain yang belum menerapkan itu ya karena belum dilaunching secara resmi materi bahan ajar yang terbaru, tapi untuk SMA Negeri 2 Bantul ini sudah curi start. 8. Apakah ada kesulitan selama memakai E-Learning di dalam pembelajaran? Jika ada, apa yang sekolah lakukan? Atau secara individu, apa yang bapak lakukan? Kesulitannya sih hampir sama seperti kendala yang sudah tak bilang tadi, yang paling penting seperti cakupan wifi tiap kelas kan berbeda karena keterbatasan router wifi tapi saya rasa pihak sekolah sudah lumayan lah masih bisa diatasi dengan masing-masing anak pakai quota internetnya masing-masing kalau nggak tersambung wifi, atau juga kadang saya bawa ke Lab pas ulangan. Untuk saya sendiri sedikit kesulitannya ya pas awal belajar cara hosting atau membuka portal CMS 9. Apakah pada saat rekrutmen guru mengharuskan penguasaan ICT? Nggak ada kalau di SMA Negeri 2 Bantul, tapi kalau mau feedback disini kan sifatnya mutasi bukan pengangkatan lagi tapi secara prinsip ketika saya masuk menjadi pegawai negeri di wilayah Jogja khususnya Bantul ketika pengadaan saya dulu memang berbasis IT jadi mungkin yang seangkatan