Gambar 6. Aktivitas siswa saat mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas
Ganbar 6 di atas menunjukkan aktivitas siswa pada saat mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Pada gambar diatas terlihat saat salah satu
siswa sedang membacakan hasil karangannya di depan kelas, terlihat siswa lain tidak memperhatikan temannya yang sedang membacakan karangannya di depan
kelas malah sibuk sendiri.
4.2.2.5 Refleksi Siklus I
Setelah dilaksanakan pembelajaran menulis karangan narasi dengan metode latihan terbimbing berbantuan gambar puzzle pada siklus I dapat diketahui bahwa
metode pembelajaran yang diterapkan guru banyak disukai oleh siswa. Siswa lebih mudah menulis karangan narasi karena ada langkah-langkah yang jelas
dalam penulisannya. Beberapa siswa terlihat antusias mengikuti kegiatan pembelajaran, namun terlihat juga beberapa siswa yang tidak aktif dalam
pembelajaran. Hal ini disebabkan karena kekurangtertarikan siswa terhadap materi
menulis karangan narasi. Selama pembelajaran siswa terlihat kurang aktif, masih ragu-ragu dan takut bertanya ataupun menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Akan tetapi siswa sudah terlihat aktif dalam diskusi kelompok, hal ini dibuktikan dengan mereka yang bekerja sama menyusun gambar puzzle.
Dilihat dari rata-rata hasil tes menulis karangan narasi dengan metode latihan terbimbing berbantuan gambar puzzle. belum mencapai nilai rata-rata
klasikal yang harus dicapai, yaitu 65. Dari nilai klasikal tersebut, siswa yang mencapai nilai ketuntasan, yaitu 15 siswa atau 78,95 sedangkan siswa yang
belum mencapai nilai ketuntasan, yaitu 4 siswa atau 21,05. Dalam siklus I ini nilai rata-rata tes keterampilan menulis karangan narasi secara klasikal hanya
mencapai 64 dalam kategori cukup dan belum mencapai rata-rata klasikal yang telah ditentukan, yaitu 65. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan siklus II
untuk meningkatkan hasil tes menulis karangan narasi secara klasikal, yaitu 65. Pada siklus II nanti, di samping meningkatkan hasil tes menulis karangan narasi
yang kurang baik seperti aspek kerapian tulisan juga harus mempertahankan hasil yang sudah baik yaitu aspek kesesuaian judul dengan isi cerita.
Hal yang menjadi penyebab siswa belum dapat mencapai nilai ketuntasan yaitu, siswa masih lemah dalam beberapa aspek yaitu aspek pilihan kata, aspek
keefektifan kalimat dan aspek kerapian tulisan. Kemudian Siswa yang kurang berminat dengan pembelajaran menulis karangan narasi juga merupakan salah
satu penyebabnya. Kurangnya keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan narasi dan siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru.
Metode dan media yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis karangan
narasi yaitu, metode latihan terbimbing dan media gambar puzzle. Metode dan media tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan dari
metode latihan terbimbing, yaitu siswa mendapat arahan atau bimbingan dari guru agar tulisan yang dibuat oleh siswa tidak menyimpang dari jalur yang telah
ditentukan untuk mendapatkan kualitas tulisan yang diharapakan, kemampuan siswa bisa di ketahui setiap waktu, membantu kesulitan siswa atau memenuhi
kebutuhan perkembangan siswa dan siswa dapat berkembang secara optimal. Sedangkan kelebihan dari gambar puzzle, yaitu membantu siswa dalam
menentukan gagasan, setidaknya siswa sudah mempunyai pandangan apa yang ingin dituliskan berdasarkan dengan gambar puzzle tersebut. Gambar puzzle cocok
digunakan sebagai media pembelajaran untuk siswa SD, karena mereka dapat bermain sambil belajar, selain itu juga dapat membantu kekompakan dan
kerjasama siswa, karena pada saat siswa menyusun gambar puzzle dilakukan dengan cara berkelompok, dan dapat melatih kesabaran, ketekunan, dan ketelitian
siswa, melatih koordinasi mata dan tangan, serta melatih nalar siswa. Kemudian kelemahan dari metode latihan terbimbing, yaitu dengan metode latihan
terbimbing guru lebih aktif daripada siswa, kurang efektif karena guru harus membimbing siswa satu persatu. Kemudian kelemahan dari media gambar puzzle,
yaitu siswa membutuhkan waktu lama untuk merangkai gambar puzzle, siswa terlihat sangat antusias dengan media gambar puzzle yang diberikan oleh guru,
sehingga membuat mereka senang yang berlebihan dan akhirnya membuat kelas menjadi gaduh dan ramai, akan tetapi guru berusaha mengkondisikan kelas
menjadi kondusif dan tenang kembali. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode dan
media yang digunakan guru mempunyai kelebihan dan kekurangan masing- masing, akan tetapi guru berusaha menutupi kekurangan tersebut dengan tidak
menjadikan kelemahan itu sebagai penghambat proses belajar siswa dalam pembelajaran menulis karangan narasi.
Dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi pada siklus II, maka perlu direncanakan kegiatan pembelajaran yang lebih matang,
mulai rencana pembelajaran sampai pemberian materi dan penggunaan media gambar puzzle yang lebih menarik bagi siswa. Peningkatan hasil tes dilakukan
dengan menambahkan bobot materi pembelajaran serta penerapan pendekatan keterampilan proses kreatif dengan media gambar puzzle yang lebih baik.
4.3 Hasil Penelitian Siklus II
Siklus II ini merupakan tindakan akhir pembelajaran menulis karangan narasi dengan metode latihan terbimbing berbantuan gambar puzzle. Tindakan
siklus II ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis karangan narasi. Hasil tindakan siklus II dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut.
4.3.1 Hasil Tes Siklus II
Hasil tes menulis karangan narasi siklus II ini merupakan data setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan metode latihan terbimbing dan media
gambar puzzle pada siklus I. Kriteria penulisan pada siklus II ini meliputi 8 aspek penelitian, yaitu: 1 kesesuaian judul dengan isi, 2 susunan kalimat, 3 rangkaian