Proses Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
119
lain-lain. Apabila motivasi itu muncul dengan sendirinya, berarti termasuk doro- ngan intrinsik. Akan tetapi, bila motivasi itu dibangkitkan oleh orang lain, maka
disebut dorongan ekstrinsik.
Motivasi mengarahkan perilaku seseorang. Misalnya, orang yang
bermotivasi tinggi untuk berprestasi, perilakunya terarah pada usaha pen-
capaian prestasi. Dengan demikian hal-hal yang dipikirkannya pun
mengarah ke cara-cara memperoleh prestasi. Motivasi juga membuatnya
pantang menyerah walaupun mungkin beberapa kali mengalami
kegagalan. Berbagai risiko yang merintangi tidak menyurutkan
kegigihannya. Dengan demikian, motivasi telah membentuk pola tindakan, pola berpikir, dan semangat kerja
seseorang. Itu semua merupakan bagian dari kepribadian.
2 N ach
N ach adalah kebutuhan yang dimliki oleh setiap orang untuk berprestasi dalam lingkungan sosialnya. Bentuk-bentuk prestasi berbeda-beda antara satu
dengan yang lainnya. Bagi pelajar, bentuk n ach adalah berprestasi dalam bidang
akademik, misalnya naik kelas atau lulus ujian. N ach muncul dari proses interaksi
yang berkembang dan kompetitif. Bagi seseorang yang memiliki n ach akan
berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian. Keinginan untuk terus berpretasi memunculkan kepribadian positif seperti tekun, pantang menyerah,
optimis, dan sebagainya.
3. Tahap-tahap Pembentukan Kepribadian
Seseorang belajar menjadi anggota keluarga atau masyarakat melalui proses sosialisasi. Dalam sosialiasi orang menerima dan menyesuakan diri dengan unsur-
unsur dari faktor lingkungan sosial. Sosialisasi bermula dari lingkungan keluarga kemudian meluas, lambat-laun membuat seseorang merasa menjadi bagian
masyarakat. Perasaan ‘menjadi bagian’ terjadi setelah dia berhasil menerima dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dan unsur-unsur kebudayaan di sekitar-
nya. Apabila masyarakat berubah, dia pun akan menyerap dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai baru yang muncul bersama perubahan itu.
Sosialisasi berlangsung seumur hidup manusia, secara bertahap, bukan seketika. Sedikit demi sedikit pengalaman seseorang bertambah, nilai-nilai dan
norma-norma sosial mengalami proses internalisasi. Sejak dari kelahirannya hingga dewasa, seseorang mengalami proses sosialisasi melalui tahapan-tahapan
berikut ini.
Gambar 4.15 Motivasi untuk meraih keberhasilan membuat orang memiliki kepribadian gigih memper-
juangkan prestasi.
Foto: Seseorang menerima piala.
Sumber: Haryana
120
Sosiologi SMAMA Kelas X
a. Tahap Persiapan Preparatory Stage
Pada saat seseorang dilahirkan, dia sudah siap mengenal dunia sosialnya,
termasuk siap memahami dirinya sendiri. Pengenalan diri dan lingkungan terjadi
berkat kemampuan berpikir. Kemam- puan berpikir memungkinkan seorang
bayi meniru beberapa hal yang dia lihat atau dia dengar, walaupun masih belum
sempurna. Kemudian semakin berkem- bang, sehingga pada tahap berikutnya
seorang anak mampu meniru hampir semua perilaku orang dewasa yang ada
di dekatnya. Ciri penting tahap per- siapan adalah interaksi seseorang ter-
batas dengan anggota keluarga dekat. Karena keterbatasan ini, seorang anak belum memiliki kesadaran diri.
b. Tahap Meniru Play Stage
Pada tahap ini seorang anak dapat meniru berbagai tingkah secara sem- purna. Anak perempuan berusia 3 - 5 tahun mampu meniru tingkah laku wanita
dewasa dalam bentuk permainan ‘pasar-pasaran’, sedangkan anak laki-laki dalam usia sama biasanya suka bermain ‘perang-perangan’.
Dalam permainan yang dilakukan, kesadaran diri anak mulai terbentuk. Mereka memahami siapa dirinya, siapa orang tuanya, dan siapa saja saudara-
saudaranya. Dia mulai menyadari, bahwa dirinya mungkin anak kedua dalam keluarganya. Sebagai anak kedua, dia menyadari bagaimana seharusnya bersikap
kepada kakak atau adiknya. Sebagai anak, dia mengharapkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Dia pun menyadari sikap-sikap yang seharusnya
ditunjukkan kepada kedua orang tuanya. Pada tahap ini anak mampu menempatkan diri sebagaimana seharusnya, dan mampu menempatkan diri
pada posisi orang lain.
c. Tahap Siap Bertindak Game Stage
Memasuki tahap ini, seorang anak mulai mengurangi proses peniruan. Me-
reka secara langsung mulai berani me- mainkan peranan dirinya dengan penuh
kesadaran. Kemampuannya dalam me- nempatkan diri pada posisi orang lain
pun meningkat. Peningkatan itu ditunjuk- kan dengan adanya kemampuan untuk
bermain dalam kelompok atau tim.
Gambar 4.17 Tahap memerankan diri dalam kerja sama kelompok.
Foto: Sekelompok anak remaja sedang bermain
basket.
Sumber: Haryana
Gambar 4.16 Pada usia satu tahun, anak mulai meniru ucapan dalam satu suku kata.
Sumber: Ayahbunda, Juni 05