Masyarakat Fungsi dan Tujuan Sosialisasi

104 Sosiologi SMAMA Kelas X itu bersifat mengikat para warganya. Oleh karena itu, seorang individu hendaknyadapat menyesuaikan diri dengan budaya itu. c. Agar setiap orang dapat menyadari keberadaannya dalam masyarakat. Warga masyarakat yang menyadari keberadaanya senantiasa mampu ber- peran aktif dan positif dalam kehidupan sehari-hari. d. Agar setiap orang mampu menjadi anggota masyarakat yang baik. Ciri anggota masyarakat yang baik adalah bahwa dirinya berguna. Berguna bagi dirinya sendiri maupun berguna bagi masyarakat. Dengan demikian, keberadaannya di masyarakat tidak menjadi beban atau pengganggu. e. Agar masyarakat tetap utuh. Keutuhan masyarakat dapat terjadi bila di antara warganya saling berinteraksi dengan baik. Interaksi itu didasari peran masing-masing tanpa menyimpang dari nilai dan norma umum yang berlaku.

3. Media Sosialisasi

Manusia tidak mungkin mengadakan sosialisasi tanpa melibatkan pihak atau unsur dari luar. Unsur dari luar itulah yang disebut media sosialisasi. Media sosialisasi adalah pihak-pihak yang menjadi perantara terjadinya sosialisasi. Berikut ini beberapa media sosialisasi.

a. Keluarga

Pertama kali manusia mengalami proses sosialisasi adalah di dalam keluarga tempat dia dilahirkan. Keluarga sebagai kesatuan yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat. Namun, peran yang dimilikinya sangat penting dalam proses sosialisasi. Sebagai kelompok sosial, keluarga memiliki nilai-nilai dan norma-norma tertentu. Misalnya, tata krama hubungan anak dengan orang tua, atau tata krama hubungan antara kakak dengan adiknya. Nilai-nilai dan norma-norma keluarga itulah yang pertama kali disosialisasikan kepada seorang anak yang baru lahir. Keluarga sebagai media pertama dalam proses sosialisasi mempunyai banyak peran, antara lain melatih penguasaan diri, pemahaman nilai-nilai dan norma- norma sosial, serta melatih anak dalam mempelajari peranan sosial. Latihan penguasaan diri dimulai sejak seorang anak dibimbing untuk men- jaga kebersihan diri dan lingkungannya. Mula-mula seorang bayi harus dimandi- kan ibunya, lama-kelamaan dia mulai mengerti bahwa pada waktu-waktu ter- tentu dia harus mandi agar badannya ber- Gambar 4.6 Keluarga adalah media sosialisasi pertama dan utama. Foto: Seorang ayah membimbing putranya belajar, sementara si ibu menemani putri kecilnya bermain di lantai. Sumber: Haryana Proses Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian 105 sih dan sehat. Apabila hal seperti ini telah disadarinya, maka anak itu dapat dikata-kan mulai dapat mengatur dan menguasai diri sendiri, khususnya dalam hal kebiasaan mandi. Proses seperti ini juga berlaku untuk aspek-aspek lain, termasuk dalam hal penguasaan emosi. Dari keluarga, anak-anak juga akan mulai belajar bagaimana harus bersabar, bersikap ramah, dan memiliki perha- tian kepada orang lain. Di dalam keluarga, seorang anak sudah mulai diberi tanggung jawab kecil. Misalnya, merapikan buku-buku, tempat tidur, atau membersihkan halaman rumah. Dengan cara seperti itu seorang anak mengalami sosialisasi nilai-nilai kerja sama dan tanggung jawab. Dalam hal berpakaian pun demikian, mula- mula seorang anak akan dipilihkan warna dan model baju oleh ibunya. Lama- kelamaan dia akan mengerti warna dan model tertentu yang dia sukai. Apabila pilihan itu diarahkan oleh ibunya, maka lama-kelamaan dia pun mengerti nilai- nilai kepantasan etika dan keindahan estetika dalam berpakaian. Agar sosialisasi dalam keluarga berlangsung secara baik, maka diperlukan kondisi yang mendukung. Kondisi demikian ditentukan oleh keharmonisan keluarga, cara mendidik, komunikasi antaranggota keluarga, dan perhatian yang cukup. Orang tua yang otoriter dan sering bertengkar akan memberikan dampak negatif kepada anaknya. Pemanjaan yang berlebihan sama buruknya dengan tidak memberikan perhatian yang cukup kepada anak. Pengekangan terhadap keinginan anak sama tidak menguntungkannya dengan membebaskan anak untuk berbuat semaunya.

b. Teman Sebaya

Media sosialisasi pada tahap berikutnya adalah kelompok teman sebaya atau teman sepermainan. Teman sebaya terdiri atas beberapa orang anak yang usianya hampir sama. Mereka sering berinteraksi satu dengan lainnya melalui kegiatan bermain bersama. Interaksi di antara teman sepermainan bertujuan untuk memperoleh kesenangan rekreatif. Para remaja juga melakukan sosialisasi melalui kelompok teman sebaya, dan di antara mereka mempunyai rasa saling memiliki dan senang melakukan kegiatan bersama-sama. Dalam kelompok teman sebaya itulah seorang anak mulai menerapkan prinsip hidup bersama di luar lingkungan keluarganya. Mereka dapat bekerja sama dengan teman-teman sebaya dalam berbagai hal. Jalinan antarindividu dalam kelompok teman sebaya sangat kuat, sehingga lahirlah nilai dan norma tertentu yang dijunjung tinggi dalam pergaulan mereka. Tidak jarang mereka menggunakan simbol-simbol tertentu sebagai identitas kelompok. Semua nilai, norma, dan simbol itu berbeda dengan yang mereka hadapi di dalam keluarga masing-masing. Di dalam kelompok ini mereka saling menyesuaikan diri karena menyadari keberadaan orang lain dan rasa saling membutuhkan. Fungi utama kelompok teman sebaya dalam proses sosialisasi ialah sebagai berikut.