114
Sosiologi SMAMA Kelas X
bayi selama dalam kandungan. Akibat kondisi yang tidak menguntungkan, dapat menyebabkan bayi
lahir cacat atau kidal. Keterkejutan keras shock,
saat lahir dapat pula mengakibatkan bayi itu memiliki kelambanan dalam berpikir. Semua itu dapat
memengaruhi pembentukan kepribadian.
b. Faktor Keturunan Heredity
Warisan biologis berpengaruh penting dalam membentuk beberapa ciri kepribadian seseorang,
namun tidak menentukan semua ciri kepribadian orang tersebut. Warisan biologis akan berkembang
secara optimal bila mendapat pengaruh positif dari lingkungan.
Warisan biologis antara lain intelegensi, temperamen, watak, cara berbicara, tinggi badan, warna kulit, jenis rambut, dan sebagainya. Sifat seseorang yang
dipengaruhi faktor keturunan adalah keramah-tamahan, perilaku kompulsif perilaku terpaksa, dan kemudahan dalam pergaulan sosial. Berikut ini akan
dijelaskan tiga faktor keturunan yang paling menonjol.
1 Ciri Fisik-Biologis Secara biologis, setiap manusia memiliki ciri-ciri fisik berbeda yang diwarisi
dari orang tuanya. Ada orang yang berbadan tinggi dan gagah, namun ada pula yang kecil dan pendek. Perbedaan fisik-biologis seperti itu dapat me-
mengaruhi ciri kepribadiannya. Orang bertubuh kecil dan pendek mungkin memiliki sifat rendah diri, atau paling tidak merasa tidak seberuntung orang
yang berbadan tinggi dan gagah. Demikianlah cara berpengaruhnya faktor biologis terhadap kepribadian seseorang. Tentu saja tidak selalu seperti gambaran
tersebut. Ada juga orang yang bertubuh kecil dan pendek, tetapi memiliki rasa percaya diri yang besar, terutama apabila sejak kecil lingkungan mengajarinya
menjadi orang yang percaya diri.
2 Ciri Psikologis Sebagian dari sifat dasar yang diwariskan orang tua adalah faktor kejiwaan
psikologis. Unsur-unsur kejiwaan terdiri dari temperamen, emosi, nafsu, dan kemampuan belajar. Temperamen adalah perangai, sifat, atau watak yang
ditandai dengan mudah atau tidaknya seseorang terpancing amarahnya. Ada orang yang dikenal dengan temperamen tinggi atau mudah marah. Emosi
berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, dan sedih atau gembira. Orang emosional tidak selalu berarti orang yang cepat
atau suka marah. Orang yang mudah terharu melihat adegan sedih dalam film juga termasuk orang yang emosional. Nafsu adalah keinginan kuat ke arah
Gambar 4.10 Pembentukan kepriba- dian dimulai sejak dalam kandungan.
Sumber: PT Shanghiang Perkasa, Jakarta
Proses Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
115
suatu tujuan. Nafsu ada yang mengarah pada tujuan positif, seperti nafsu makan, nafsu menjadi orang sukses, dan lain-lain. Namun ada pula nafsu ke arah tujuan
negatif, misalnya nafsu serakah dan keinginan untuk menang sendiri.
3 Tingkat Kecerdasan Salah satu bagian kepribadian yang diwarisi dari orang tua adalah
kemampuan belajar atau tingkat kecerdasan. Menurut hasil suatu penelitian, kecerdasan seorang anak mirip atau hampir sama dengan tingkat kecerdasan
orang tua kandungnya. Apabila seorang anak diasuh oleh orang tua angkat, tingkat kecerdasan orang tua angkat tidaklah berpengaruh.
Setiap orang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda. Para ahli ilmu jiwa menggolongkan tingkatan-tingkatan itu menjadi idiot, debil, embisil, moron,
normal, pandai, supernormal, dan genius. Rata-rata orang memiliki kecerdasan normal, hanya sedikit orang yang memiliki tingkat kecerdasan di atas normal
genius atau di bawah normal idiot.
c. Faktor Lingkungan Environment
Ciri-ciri kepribadian seseorang dalam hal ketekunan, ambisi, kejujuran, kriminalitas, dan kelainan merupakan hasil pengaruh lingkungan. Lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita, baik keadaan fisik, sosial, maupun kebudayaan. Dengan demikian, ada tiga faktor lingkungan yang dapat
memengaruhi pembentukan kepribadian seseorang. Namun, pengaruh ketiganya tidak berdiri sendiri.
1 Lingkungan Fisik Lingkungan fisik meliputi keadaan iklim, tipografi, dan sumber daya alam.
Ketiganya dapat memengaruhi perilaku masyarakat yang tinggal di
dalamnya. Keadaan iklim dan geo- grafi suatu daerah memengaruhi pe-
rilaku seseorang. Tanah yang subur mampu mendukung kehidupan pen-
duduk secara lebih baik. Kualitas hidup yang baik memengaruhi peri-
laku seseorang. Sementara itu, daerah yang tandus menyebabkan
penduduknya miskin. Perilaku orang miskin jelas berbeda dengan pe-
rilaku orang berkecukupan.
Keadaan lingkungan fisik juga berpengaruh terhadap karakter
seseorang, misalnya kehidupan pada masyarakat pantai. Orang-orang yang tinggal di pantai berbicara dengan nada keras dan agak kasar. Hal tersebut
Gambar 4.11 Masyarakat nelayan berkepribadian keras karena menyesuaikan dengan lingkungan laut
yang juga keras.
Foto: Masyarakat Nelayan
Sumber: Insight Guides